Adab Buang Hajat dalam Islam Berdasarkan Hadis, Wajib Diketahui
Merdeka.com - Agama Islam sangat memperhatikan berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Islam tak hanya berisi perintah untuk menyembah Allah SWT, namun juga mengatur segala aktivitas manusia dalam menjalani kehidupan di dunia.
Dari masalah besar hingga kecil, semua telah diatur oleh Islam, termasuk adab buang hajat. Buang hajat atau buang air adalah aktivitas yang pasti dilakukan oleh setiap orang. Dan Islam, kita telah diberikan adab dalam melakukannya agar diamalkan dengan baik.
Buang hajat memang tidak boleh dilakukan sembarangan. Islam pun memiliki cara tersendiri yang sesuai dengan ketentuan agama dalam masalah ini. Dilansir dari rumaysho.com, kami akan menyampaikan adab buang hajat yang perlu diketahui oleh setiap muslim.
Tidak Membawa Sesuatu Bertuliskan Nama Allah
Adab buang hajat yang pertama adalah tidak boleh membawa sesuatu yang bertuliskan nama Allah. Hal ini tidak diperbolehkan karena kita sebagai umat Islam seharusnya mengagungkan nama Allah SWT.
Ada sebuah riwayat, yang meskipun bukan shahih, dapat menjadi gambaran dari larangan ini. Riwayat tersebut dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki kamar mandi, beliau meletakkan cincinnya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Meski hadis ini munkar, namun cincin yang dimiliki oleh beliau memang betul bertuliskan “Muhammad Rasulullah”, berdasarkan riwayat Bukhari dan Muslim.
Syaikh Abu Malik hafizhohullah menjelaskan terkait masalah ini, “Jika cincin atau semacam itu dalam keadaan tertutup atau dimasukkan ke dalam saku atau tempat lainnya, maka boleh barang tersebut dimasukkan ke WC. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, “Jika ia mau, ia boleh memasukkan barang tersebut dalam genggaman tangannya.” Sedangkan jika takut barang tersebut hilang karena diletakkan di luar, maka boleh masuk ke dalam kamar mandi dengan barang tersebut dengan alasan kondisi darurat.”
Membaca Basmalah sebelum Masuk Tempat Buang Hajat
Adab buang hajat yang kedua yaitu membaca basmalah sebelum masuk ke dalam tempat buang hajat. Terkait hal ini terdapat dalil dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,
“Penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia adalah jika salah seorang di antara mereka memasuki tempat buang hajat, lalu ia ucapkan “Bismillah”.” (HR. Tirmidzi).
Kemudian hadis lainnya datang dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki jamban, beliau ucapkan: Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, jika Anda berada di tanah lapang, dan bukan bangunan tempat buang hajat, maka Anda bisa membacanya ketika membuka pakaian.
Masuk dengan Kaki Kiri
Adab buang hajat yang ketiga yakni masuk ke tempat buang hajat dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan. Asy Syaukani rahimahullah mengatakan terkait hal ini, “Adapun mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke tempat buang hajat dan kaki kanan ketika keluar, maka itu memiliki alasan dari sisi bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka mendahulukan yang kanan untuk hal-hal yang baik-baik. Sedangkan untuk hal-hal yang jelek (kotor), beliau lebih suka mendahulukan yang kiri. Hal ini berdasarkan dalil yang sifatnya global.”
Ya, untuk hal-hal yang baik seperti memakai sandal atau menyisir rambut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka mendahulukan yang kanan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, ketika bersuci dan dalam setiap perkara (yang baik-baik).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak Menghadap atau Membelakangi Kiblat
Adab buang hajat yang keempat adalah dengan tidak menghadap atau membelakangi kiblat. Hal ini dijelaskan dalam hadis dari Abu Ayyub Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke arah timur atau barat.” Abu Ayyub mengatakan, “Dulu kami pernah tinggal di Syam. Kami mendapati jamban kami dibangun menghadap ke arah kiblat. Kami pun mengubah arah tempat tersebut dan kami memohon ampun pada Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Hadaplah arah barat dan timur” maksudnya karena ini adalah kondisi di Madinah. Namun, jika kita berada di Indonesia, maka yang benar adalah dilarang buang hajat dengan menghadap arah barat dan timur, dan diperintahkan menghadap ke utara atau selatan.
Dilarang Berbicara kecuali Darurat
Adab buang hajat yang kelima yaitu dilarang berbicara ketika buang hajat kecuali darurat. Hal ini tergambar dari hadis Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
“Ada seseorang yang melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya.” (HR. Muslim).
Syaikh Ali Basam mengatakan, “Diharamkan berbicara dengan orang lain ketika buang hajat karena perbuatan semacam ini adalah suatu yang hina, menunjukkan kurangnya rasa malu dan merendahkan murua’ah (harga diri).” Kemudian beliau berdalil dengan hadits di atas.
Dilarang Buang Hajat di Air Tergenang
Adab buang hajat berikutnya adalah larangan untuk buang hajat di air yang tergenang. Entah itu air tergenang yang banyak atau sedikit, tetap tidak diperbolehkan karena dapat mencemarinya. Air tergenang sendiri contohnya adalah waduk, kolam, atau bendungan.
Dalilnya adalah hadis Jabir bin ‘Abdillah, beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kencing di air tergenang.” (HR. Muslim).
Namun jika airnya mengalir maka diperbolehkan, meskipun yang lebih baik adalah tidak melakukannya karena dapat mencemari.
Berdoa setelah Keluar Kamar Mandi
Adab buang hajat yang terakhir yakni membaca doa ketika keluar kamar mandi. Berkaitan dengan hal ini, terdapat hadis dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa setelah beliau keluar kamar mandi beliau ucapkan “ghufronaka” (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad Darimi).
(mdk/ank)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada sunnah-sunnah saat berbuka puasa yang sebaiknya dipelajari dan diamalkan.
Baca SelengkapnyaHukum melakukan istinja dan tata caranya sesuai syariat Islam.
Baca SelengkapnyaTerdapat banyak kebaikan dan keindahan dibalik arti assalamualaikum.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menjaga kebersihan merupakan salah satu anjuran utama dalam ajaran Islam.
Baca SelengkapnyaDalam Islam, terdapat beberapa doa harian yang dianjurkan untuk dihafalkan dan diamalkan. Doa ini memiliki makna mendalam dan memperkuat hubungan kepada Allah.
Baca SelengkapnyaRamadan baru saja tiba, sambut bulan suci ini dengan belajar seputar hal-hal pembatal puasa.
Baca SelengkapnyaMandi wajib dalam Islam, juga dikenal sebagai mandi junub, adalah proses pembersihan diri yang dilakukan untuk menghilangkan hadas besar.
Baca SelengkapnyaSholat hajat adalah bentuk ibadah yang dilakukan untuk memohon pertolongan kepada Allah dalam menghadapi suatu masalah atau kesulitan tertentu.
Baca SelengkapnyaMeski buka puasa dianjurkan untuk disegerakan, jangan lupa untuk membaca doa buka puasa saat berbuka.
Baca Selengkapnya