Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ungkapan Penyesalan Tan Malaka soal Proklamasi Kemerdekaan: Sejarah Tak Izinkan Saya

Ungkapan Penyesalan Tan Malaka soal Proklamasi Kemerdekaan: Sejarah Tak Izinkan Saya Dua tokoh partai Murba yaitu Tan Malaka dan Sukarni. Pembela Proklamasi, 13-08-1955©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Tan Malaka dilabeli sebagai pemberontak negara hingga akhir hayatnya. Lantaran menolak upaya-upaya diplomasi yang dilakukan Sjahrir. Namanya seringkali dilupakan dalam buku-buku pelajaran sejarah di Indonesia.

Namun, Tan Malaka punya peran dalam perjuangan kemerdekaan negara Indonesia. Termasuk dalam peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan RI.

Tan Malaka merupakan tokoh pemikir dari Indonesia yang namanya sudah malang melintang di dunia internasional sejak tahun 1922. Pidatonya di hadapan Komintern (Organisasi Komunis Internasional) Moskow memukau para peserta kongres yang hadir.

Sejak saat itu, perannya sebagai wakil komintern membawanya ke beberapa negara. Seperti China, Thailand, Singapura, Burma dan Filipina. Tan Malaka sempat meminta untuk kembali ke Indonesia pada tahun 1925, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Kembali ke Indonesia, Tan Malaka Menyamar

Setelah melalui petualangan yang panjang, pada tahun 1942 Tan Malaka berhasil kembali ke Indonesia. Bermula ketika dia mendengar kabar kekalahan Jepang atas sekutu bulan Maret 1942. Dalam buku Tan Malaka: Sebuah Biografi Lengkap dijelaskan bagaimana Tan Malaka bersusah payah menempuh perjalanan dari Penang ke Belawan. Hingga berhasil sampai di Indonesia pada bulan Juni 1942, tepatnya di kota Medan.

Setibanya di Medan, Tan Malaka mencari cara untuk bisa pergi ke Jawa. Tan Malaka masih menggunakan nama samaran yakni Ilyas Hussein. Dia juga mendengar namanya digunakan pemerintah Hindia-Belanda untuk membohongi rakyat Padang. Nama Tan Malaka disebut-sebut sebagai kolonel yang memihak Jepang. Namun, Tan tidak menghiraukan hal tersebut.

Pada bulan Juli 1942, Tan Malaka berhasil sampai di Palembang dengan menumpangi sebuah truk. Setelah itu, Tan melanjutkan perjalanan ke Lampung dan menyeberangi Selat Sunda menuju Banten. Sesampainya di Banten dia lantas melanjutkan perjalanan ke Jakarta dan menetap di sana. Tepatnya di sebuah kamar kecil di daerah Kalibata.

Perwakilan Pemuda Banten

Selama periode tahun 1942–1943, Tan Malaka menetap di Jakarta dan menghasilkan karya monumentalnya, yakni Madilog. Semangat tingginya untuk membela kaum buruh membawa langkahnya kembali ke Banten dan bekerja sebagai buruh. Hingga tahun 1945, Tan Malaka menetap di sana dan sempat bertemu dengan Dwi Tunggal.

Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Tan Malaka selaku ketua BPP (Badan Pembantu PETA) Bayah Banten diutus ke Jakarta. Tujuannya mengikuti konferensi para pemuda yang mempertemukan Angkatan Baru (bentukan Jakarta) dengan Angkatan Muda (bentukan Bandung).

Maka, berangkatlah Tan Malaka ke Jakarta untuk mengikuti konferensi tersebut pada Juni 1945. Sayangnya, konferensi tersebut tidak berhasil dilaksanakan karena dilarang pemerintah Jepang.

Kendati demikian, Tan Malaka berhasil bertemu dengan golongan muda yang ada di Jakarta seperti Sukarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Anwar, dan Harsa Tjokroaminoto. Dalam pertemuan tersebut, Tan Malaka masih menggunakan nama samarannya, Ilyas Hussein. Perwakilan pemuda yang diutus dari Banten.

Pertemuan dengan para pemuda angkatan baru mengobati kekecewaan Tan Malaka. Dalam pertemuan itu para pemuda menunjukkan semangat kemerdekaan yang secara langsung atau tidak langsung mengilhaminya melahirkan karya bertajuk 'Aksi Massa'.

Tan Malaka Sehari Sebelum Proklamasi Kemerdekaan

Boleh dikatakan Tan Malaka menyumbang pemikirannya mengenai rencana kemerdekaan Indonesia yang harus segera dilakukan. Tak berapa lama kemudian, para pemuda dari Banten mendengar rencana proklamasi kemerdekaan bulan Agustus 1945. Tan Malaka (Ilyas Husein) kembali dikirim oleh pemuda Bayah sebagai perwakilan.

Pada awal bulan Agustus Tan Malaka mengunjungi rumah B.M. Diah. Hal ini dilakukannya karena mendengar kabar penangkapan B.M. Diah. Kemudian, pada tanggal 15 Agustus Tan Malaka sempat mengunjungi rumah Sukarni. Di rumah tersebut terlihat para pemuda hilir mudik begitu sibuk. Tetapi dia tidak diberitahu yang sebenarnya dipersiapkan golongan muda.

Tan dan Sukarni terlibat dalam sebuah perbincangan singkat. Dalam perbincangan tersebut Tan Malaka menjelaskan persiapan yang harus dilakukan sebelum kemerdekaan dan ramalan kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Penjelasan dari Tan Malaka membuat Sukarni terkesima. Dalam sebuah riwayat, Tan Malaka dikisahkan juga bertemu dengan Chaerul Saleh tepat sehari sebelum proklamasi kemerdekaan.

Andai saja para pemuda memberi tahu rencana mempersiapkan kemerdekaan, Tan Malaka mungkin akan terlibat secara langsung dalam proklamasi kemerdekaan. Akan tetapi, ketika itu Tan belum mengungkap identitas aslinya sehingga para pemuda hanya menganggapnya sebagai wakil dari Banten.

Terlebih lagi, rencana tanggal 15–16 Agustus 1945 termasuk Rengasdengklok merupakan rencana rahasia para pemuda yang tidak boleh diketahui oleh siapa pun. Karena tidak ikut dalam Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Tan Malaka mengeluarkan pernyataan sebagai berikut dalam otobiografinya.

"Rupanya, Sejarah Proklamasi 17 Agustus tidak mengizinkan saya campur tangan; hanya mengizinkan campur jiwa saja. Ini sangat saya sesalkan. Tetapi, sejarah, tidak memedulikan penyesalan seseorang manusia atau segolongan manusia," ujar Tan Malaka.

Meski begitu, pertemuannya dengan para pemuda sebelum proklamasi menunjukkan bahwa Tan Malaka juga berperan penting dalam peristiwa sekitar proklamasi.

Reporter Magang: Muhammad Rigan Agus Setiawan

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
35 Pantun Pembukaan Ceramah Lucu, Bisa Bikin Jemaah Terhibur

35 Pantun Pembukaan Ceramah Lucu, Bisa Bikin Jemaah Terhibur

Merdeka.com merangkum informasi tentang pantun pembukaan ceramah lucu yang bisa bikin jemaah terhibur.

Baca Selengkapnya
Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan

Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan

Tokoh perjuangan kemerdekaan asal Tanah Datar ini mulai dilupakan, bahkan namanya sendiri sudah diajukan sebagai pahlawan nasional sejak lama

Baca Selengkapnya
Momen Seru Ganjar Blusukan di Banda Neira, Diberi Warga Buku Sejarah Karya Des Alwi hingga Diminta Turunkan Beras

Momen Seru Ganjar Blusukan di Banda Neira, Diberi Warga Buku Sejarah Karya Des Alwi hingga Diminta Turunkan Beras

Kedatangan Ganjar disambut antusias warga setempat.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Blak-blakan Cak Imin Dulu Ikut Potong Tumpeng di IKN, Kini Berbalik Menolak Pemindahan Ibu Kota

Blak-blakan Cak Imin Dulu Ikut Potong Tumpeng di IKN, Kini Berbalik Menolak Pemindahan Ibu Kota

Cak Imin akhirnya buka suara soal dulu dukung pembangunan IKN, sekarang malah menolak

Baca Selengkapnya
Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah

Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah

Peristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.

Baca Selengkapnya
Mengenang Momen Pengumuman Hari Lebaran di Masa Awal Kemerdekaan Indonesia

Mengenang Momen Pengumuman Hari Lebaran di Masa Awal Kemerdekaan Indonesia

Semua masyarakat pribumi larut dalam kegembiraan dalam merayakan kemenangan.

Baca Selengkapnya
Terungkap, ini Alasan Bung Karno Pilih Tanggal 17 Agustus Untuk Proklamasikan Kemerdekaan RI

Terungkap, ini Alasan Bung Karno Pilih Tanggal 17 Agustus Untuk Proklamasikan Kemerdekaan RI

Kenapa tidak memilih tanggal lain? Ini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya