Tak Mau Hadiri HUT PKI, Jenderal Yani 'Gerilya' ke Jawa Barat, Ini Alasannya

Merdeka.com - Di era Orde Lama, jargon Nasionalis Agama Komunis (Nasakom) digaungkan di mana-mana. Sejumlah jenderal TNI AD tak setuju.
Oleh: Hendi Jo
Di lingkungan Angkatan Darat, bukan rahasia lagi jika Menteri Panglima AD Letnan Jenderal Ahmad Yani tidak suka terhadap PKI (Partai Komunis Indonesia).
Di setiap kesempatan mengunjungi daerah, sang jenderal selalu gencar mengkampanyekan gerakan anti komunis. Seperti terjadi saat dia mengunjungi Jawa Barat.
Di hadapan Panglima Kodam VI Siliwangi Mayor Jenderal Ibrahim Adjie, Yani secara tegas mengingatkan para prajurit Siliwangi untuk selalu waspada terhadap PKI.
"Anak-anak, jangan nyelonong tanpa perhitungan. Orang-orang komunis itu berbahaya, dan tidak ada yang dapat menghalanginya)," demikian kata Yani seperti dikutip Priyatna Abdurrasyid dalam otobiografinya, Dari Cilampeni ke New York, Mengikuti Hati Nurani (disusun oleh Ramadhan K.H.).
Karena itulah, saat Presiden Sukarno gencar mengkampanyekan ide politiknya yang bernama nasionalisme-agama-komunisme (disingkat: Nasakom), diam-diam Jenderal Yani sangat kecewa. Namun apa daya, segala yang ditentukan Si Bung Besar seolah menjadi hukum saat itu.
Ogah Dukung Nasakom
Penyatuan kekuatan politik yang berbeda ideologi (nasionalisme, islamisme dan komunisme) untuk kepentingan revolusi, bagi Sukarno adalah suatu keniscayaan. Itu ditegaskannya saat berpidato dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-16.
"Siapa yang setuju kepada Pancasila, harus setuju kepada Nasakom; siapa yang tidak setuju kepada Nasakom, sebenarnya tidak setuju kepada Pancasila," ujar Sukarno seperti diungkapkan Jan S. Aritonang dalam Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia.
Mau tidak mau, seluruh elemen politik mendukung ide Sukarno itu. PKI termasuk pihak yang mendukung habis-habisan konsep Nasakom. Sementara pihak AD sendiri, terkesan ogah-ogahan. Namun demi menghindari konflik langsung dengan Bung Karno, AD lewat Jenderal Yani terpaksa mendukung Nasakom.
"Bagaimana pun, Pak Yani adalah Menteri/Panglima Angkatan/ABRI yang paling akhir menyatakan dukungannya terhadap Nasakom," ungkap Yayu Rulia Sutowiryo alias Ibu A Yani dalam Ahmad Yani, Suatu Kenang-kenangan.
Menurut Yayu, suaminya itu sebenarnya tidak setuju dengan konsep Nasakom. Bagi sang jenderal, Nasakom tak lebih upaya orang-orang komunis di Indonesia guna memuluskan tujuan politiknya.
Yani juga percaya Nasakom sejatinya adalah gagasan yang sudah dimiliki PKI sejak 1954. Namun untuk menyatakan ketidaksetujuan itu, sangatlah sulit karena menentang Nasakom adalah sama dengan menentang politik Bung Karno kala itu.
Imbangi PKI
Memasuki 1965, PKI semakin agresif dengan manuver-manuver politiknya. Berdalih mendukung ide-ide Bung Karno, mereka semakin gencar meniupkan kewajiban Nasakomisasi di semua bidang kehidupan.
Yani yang paham maksud gerakan PKI itu tentu saja berupaya mengimbangi-nya. Secara tegas, dia menolak upaya Nasakomisasi di tubuh AD.
"Pak Yani mendukung Nasakom. Tapi bukan sebagai ideologi. Sebab ideologi negara adalah Pancasila," ungkap Yayu.
Keyakinan Yani itu menabalkan dirinya sebagai salah satu musuh politik PKI. Sikap itu semakin terlihat ketika PKI merayakan Hari Ulang Tahun-nya yang ke-45 pada 1965. Kendati diundang untuk menghadiri peringatan tersebut, Yani menolak untuk hadir.
"Nasution dan Ahmad Yani tidak datang. Entah apa sebabnya," ungkap Siswoyo dalam otobiografinya, Siswoyo dalam Pusaran Arus Sejarah Kiri, Memoar Anggota Sekretariat CC PKI (disusun oleh Joko Waskito).
Alih-alih memilih untuk merapat ke grup pendukung Nasakom, Yani malah aktif bergerilya ke daerah-daerah guna membendung pengaruh PKI. Salah satu wilayah yang kerap dia kunjungi adalah Jawa Barat, yang secara militer saat itu menjadi tanggung jawab Mayor Jenderal Ibrahim Adjie.
Laiknya Yani, Ibrahim Adjie adalah perwira tinggi yang termasuk dekat dengan Bung Karno. Kendati demikian, Adjie termasuk orang yang hubungannya sangat jauh dengan PKI. Wajar jika di antara Yani dan Ajie memiliki hubungan yang sangat dekat sejak awal 1960-an.
Kekhawatiran Yani kelak terbukti. Dalam Gerakan 30 September 1965, Letjen Ahmad Yani menjadi salat satu korban penculikan. Pimpinan Angkatan Darat ini diberondong peluru di rumahnya.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya


Ziarah Makam Gus Dur, Kaesang Napak Tilas Perjuangan dan Penguatan Kebhinekaan
Kaesang Pangarep didampingi Sekjen DPP PSI Raja Juli Antoni berziarah ke makam Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Baca Selengkapnya


Wamenkumham Eddy Hiariej Tersangka Suap dan Gratifikasi Diperiksa KPK Senin Besok
KPK menjadwalkan pemeriksaan Wamenkumham Eddy Hiariej, Senin 4 Desember 2023 besok.
Baca Selengkapnya


Gunung Marapi Sumbar Kembali Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 1.000 Meter
Gunung Marapi Sumatera Barat kembali erupsi pada Minggu.
Baca Selengkapnya


Dua Pelaku Pembunuhan Sadis Pria Mulut Tertancap Pisau Ditangkap!
Polisi menangkap dua orang pelaku pembunuhan pria berinisial AS (30) yang tewas dengan mulut tertancap pisau di Gresik.
Baca Selengkapnya


Kampanye di NTB, Ganjar Sosialisasi Pentingnya Program Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana
Ganjar memaparkan sejumlah program prioritasnya bersama Mahfud MD saat kampanye di Bima NTB.
Baca Selengkapnya

Proyek IKN Dikritik, Bahlil Balas Sentil Anies Hanya Cocok jadi Gubernur Jakarta
Bahlil menyindir Anies Baswedan yang dianggap lebih cocok maju sebagai Calon Gubernur dari pada maju di Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya

Sejarah Kelam di Paris, Tulang Manusia Digiling Jadi Tepung untuk Membuat Roti
Sejarah Kelam di Paris, Tulang Manusia Digiling Jadi Tepung untuk Membuat Roti
Baca Selengkapnya

Unik, Gelas yang Pernah dipakai Cut Nyak Dhien Buatan China Banyak yang Memintanya
Ini wujud gelas yang pernah menjadi saksi bisu pengasingan Cut Nyak Dhien di Sumedang.
Baca Selengkapnya

Potret Rumah Singgah Cut Nyak Dhien di Sumedang, Begini Kondisi Kamarnya Banyak Misteri
Begini kondisi rumah 'penjara' Cut Nyak Dien saat diasingkan ke Sumedang.
Baca Selengkapnya

Kisah Ludwig Ingwer Nommensen, Sang Misionaris di Tanah Batak
Masuknya agama kristen di Tanah Batak ini tak lepas dari peran dan perjuangan seorang misionaris bernama Ludwig Ingwer Nommensen.
Baca Selengkapnya

Menyusuri Gua Kemang di Deliserdang, Ada Pahatan Relief Berbentuk Manusia
Apabila dilihat langsung, gua ini memiliki pintu berbentuk segi empat yang ukurannya sangat kecil.
Baca Selengkapnya

Jenderal Agus Minta ke Jokowi Uang Lauk Pauk Prajurit TNI Rp200.000, Sama Dengan Polri
Jenderal Agus Minta ke Jokowi Uang Lauk Pauk Prajurit TNI Rp200.000, Sama Dengan Polri
Baca Selengkapnya