Surabaya Pernah Punya Pabrik Uang Logam Zaman Belanda, Ini Fakta Selengkapnya
Merdeka.com - Di masa silam, Surabaya pernah memiliki pabrik uang logam sendiri. Pabrik itu didirikan pada akhir 1805. Saat itu, Letnan Jenderal Loriaux bersedia mendirikan Pabrik Uang Logam (Munt) di Kota Surabaya dengan jaminan bahwa Pemerintah Belanda menyediakan bahan baku pembuatan uang logam berupa plat dan tembaga Jepang.
Pabrik tersebut ditempatkan di dalam gedung yang merupakan bagian dari gereja jemaah Kalvinis di VVillems plein (sekarang Taman Jayengrono). Keberadaan pabrik itu tak berlangsung lama diambil alih oleh Daendels.
Tak Bertahan Lama
Dikutip dari terbitan Oud Soerababaia koleksi Dinas Perpustakaan dan Arsip Jatim, menurut kontrak antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Pabrik Uang Logam Surabaya, saat itu Letnan Jenderal Loriaux harus menyediakan uang logam senilai 6.000 ringgit perak. Namun, Gubernur Hindia Belanda saat itu, Daendels membatalkan kontrak tersebut.
Selanjutnya, pada 27 Oktober 1808, Daendels mengambil alih Pabrik Uang Logam Surabaya dan menjadikannya sebagai instalasi Pemerintah Belanda. Pemerintah Hindia Belanda kemudian membangun gedung untuk Pabrik Uang Logam baru di kompleks Artillerie Constructie Winkel di Jalan Penjara, Kota Surabaya.
Pada tahun 1816, gedung gereja yang dulu digunakan sebagai Pabrik Uang Logam diserahkan kembali kepada jemaah gereja Kalvinis.
Pabrik Baru
©2021 Merdeka.com/liputan6.com
Sejak tahun 1822, Pemerintah Hindia Belanda tidak hanya membuat uang logam. Di pabrik uang yang baru, juga diproduksi uang emas dan perak.
Pabrik uang yang baru ini dilengkapi dengan platmolen, alat yang digerakkan dengan air dari Kali Krembangan. Alat ini berfungsi sampai tahun 1826.
Seiring perjalanannya, ketinggian permukaan air di Kali Krembangan tidak konstan. Padahal, operasional pabrik uang sangat tergantung pada tinggi permukaan air Kali Krembangan. Saat permukaan air Kali Krembangan rendah, pabrik uang tidak dapat menjalankan kegiatan operasionalnya.
Permasalahan ini membuat Pemerintah Hindia Belanda memutuskan memindahkan pabrik uang ke wilayah Tawangsari yang terletak di tepi Kali Mas. Menurut perhitungan, Kali Mas bisa menjamin platmolen bekerja secara teratur.
Penutupan Pabrik Uang
Sementara itu, pada tahun 1833-1837 sisi belakang uang tembaga yang diproduksi di Pabrik Uang Tawangsari diberi kode berupa huruf V. Inisial ini merujuk pada nama Pimpinan Direkturnya yang bernama K.J. de Vogel.
Namun, ada kalanya uang yang diproduksi diberi kode huruf I. Merujuk pada nama Demmemie, pemimpin Artillerie Constructie Winkel (Bengkel Peralatan Militer) yang berpangkat kapten.
Akhirnya, pada 11 Desember 1843 Pemerintah Belanda memerintahkan pabrik uang di Tawangsari ditutup lantaran tidak memenuhi syarat sebagai pabrik uang logam yang baik. Sejak saat itu, pembuatan uang logam dikerjakan oleh Pabrik Uang Logam di Belanda.
Sistem Keuangan di Surabaya
©2021 Merdeka.com/liputan6.com
Pada tahun 1850, ada dua macam uang yang berlaku di Surabaya, yakni Duit (terbuat dari tembaga) dan Ropij (terbuat dari perak dan tembaga).
Satu Duit merupakan 1/8 dari Stui ver (lima sen). Satu Ropij sama nilanya dengan satu Rupiah. Ropij sendiri ada tiga macam:
a. Ropij tembaga dari pecahan 100 Duit.
b. Ropij dalam bentuk uang kertas dari pecahan 100 Duit
c. Ropij perak dari pecahan 160 Duit.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah Terbentuknya BUMN, Ternyata Awalnya Sengketa dengan Belanda
Kolonel Soeprayogi, diangkat sebagai menteri urusan stabilisasi ekonomi oleh Presiden Sukarno, memainkan peran kunci dalam peraturan untuk pengambilan keputusan
Baca SelengkapnyaNaas Uang Rp7,8 Miliar Milik Pengusaha di Surabaya Raib usai Ditipu, Begini Modusnya
Korban pun terpaksa menuruti permintaan penipu dengan mentransfer uang miliknya hingga uang perusahaan.
Baca SelengkapnyaSejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya
Kampung ini memiliki nuansa bersejarah yang kental.
Baca SelengkapnyaMenilik Kondisi Kota Surabaya Tahun 1600-an, Dua Putra Bupati Berebut Jadi Pemimpin
Surabaya pernah jadi daerah paling kuat di Jawa bagian timur
Baca SelengkapnyaGraha Wismilak Surabaya Disita dan Digeledah Polisi, Terkait Dugaan Pemalsuan dan Korupsi
Polisi menyita dan menggeledah Graha Wismilak di Surabaya, Senin (14/8). Penggeledahan terkait dugaan pemalsuan surat atau akta otentik dan pencucian uang.
Baca SelengkapnyaSejarah Indonesische Persbureau, Kantor Berita Indonesia Pertama yang Didirikan Bumiputera
Selain penyalur informasi terkini, kantor ini juga menjadi sarana penghubung antara pers Belanda dan pers yang ada di Hindia Belanda.
Baca SelengkapnyaSejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaSejarah Polisi Cepek yang Sekarang Makin Menjamur di Indonesia
Dalam getaran megapolitan, keyakinan tersebar bahwa uang bukan barang langka, begitulah bukti adanya para polisi cepek di Ibu Kota. Simak selengkapnya disini!
Baca Selengkapnya