Sosok Ulama Keturunan Prabu Siliwangi di Belakang Pasukan Paling Ditakuti Belanda

Sabtu, 1 April 2023 06:05 Reporter : Merdeka
Sosok Ulama Keturunan Prabu Siliwangi di Belakang Pasukan Paling Ditakuti Belanda Raden Djajadiwangsa, penasehat spiritual Pasukan Pangeran Papak. ©Hendi Jo

Merdeka.com - Seorang ulama sepuh menjadi inspirasi perlawanan bagi para pemuda pejuang di Garut.

Penulis: Hendi Jo

Pada era Perang Kemerdekaan (1945-1949) di Wanaraja, Garut, tersebutlah sebuah laskar yang sangat ditakuti militer Belanda. Namanya Pasukan Pangeran Papak (PPP).

Laskar yang berdiri pada 27 Oktober 1945 tersebut merupakan gabungan dua kelompok bersenjata. Yakni Pasukan Djiwanagara pimpinan M.Wibatma dari Desa Cinunuk dan Pasukan Embah Angsana pimpinan M. Salim dari Desa Samangen.

"Sebagai komandan diangkatlah Saoed Moestofa Kosasih, yang tak lain adalah anak didik Raden Djajadiwangsa," ujar Dadang Koswara (kelahiran 1970).

raden djajadiwangsa penasehat spiritual pasukan pangeran papak

2 dari 3 halaman

Keturunan Prabu Siliwangi

Raden Djajadiwangsa merupakan salah satu ulama sepuh di Garut. Dia adalah putra dari Raden Wangsa Muhammad alias Pangeran Papak, ulama legendaris yang merupakan keturunan langsung dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.

"Pada masa hidupnya, Eyang Pangeran Papak selain ulama juga dikenal sangat anti pemerintah Hindia-Belanda," ungkap Dadang yang juga adalah salah satu cicit dari Pangeran Papak.

Cerita ketidaksukaan Pangeran Papak terhadap pemerintah kolonial rupanya diturunkan kepada orang-orang Wanaraja oleh para sesepuh. Begitu lekatnya tutur tinular tersebut, hingga menjadikan orang-orang Wanaraja menganggap Pangeran Papak bukan saja seorang ulama tetapi juga patriot.

Wajar saja jika para pemuda pejuang lantas menabalkan nama Pangeran Papak kepada laskar perlawanan yang dibentuk kemudian hari. Bahkan menurut Raden Ojo Soepardjo Wigena (kelahiran 1928), Raden Djajadiwangsa sendiri langsung merestui pembentukan Pasukan Pangeran Papak (PPP) dan menyatakan bersedia saat didapuk sebagai penasehat spiritual bagi laskar itu.

"Tak ada kebijakan atau aksi yang dilakukan PPP tanpa sepengetahuan kakek saya," ujar Raden Ojo yang tak lain adalah cucu dari Raden Djajadiwangsa tersebut.

3 dari 3 halaman

Peledakan Gudang Amunisi Belanda

Seiring terbentuknya PPP, pasukan Sekutu yang diwakili tentara Inggris, tiba di Bandung. Kedatangan mereka disinyalir juga mengikutsertakan para serdadu Belanda yang rencananya akan menerima pengalihan kekuasaan dari pihak Inggris. Tentu saja, para pemuda Jawa Barat merasa geram dengan rencana tersebut. Maka berduyun-duyunlah mereka membanjiri Bandung untuk menentang kembalinya orang-orang Belanda.

PPP kemudian meminta izin kepada Raden Djajadiwangsa untuk melancarkan aksi jihad fi sabilillah (jihad di jalan Allah). Usai mendapat restu dari ulama sepuh itu, maka berduyun-duyunlah anggota PPP menuju palagan Bandung.

Selain melawan tentara Inggris, mereka pun terbilang aktif bertempur melawan serdadu Belanda dan serdadu Jepang yang saat itu sudah menjadi alat kekuasaan Sekutu, menyusul menyerahnya Kekaisaran Jepang kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.

Menurut Kolonel Mohammad Rivai dalam biografinya Tanpa Pamrih Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, PPP di palagan Bandung ada di bawah koordinasi BPRI (Barisan Pemberontak Rakjat Indonesia), suatu lasykar skala nasional yang dipimpin oleh Soetomo alias Bung Tomo, bintang dalam Pertempuran Surabaya.

"BPRI Pangeran Papak pimpinan Achmad malah ikut andil dalam peledakan gudang amunisi Belanda di Dayehkolot oleh Mohammad Toha pada 10 Juli 1946," ungkap Rivai.

[noe]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini