Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Serdadu Inggris Terbantai di Surabaya

Serdadu Inggris Terbantai di Surabaya 10 November. ©Istimewa

Merdeka.com - Bendera putih banyak bermunculan dari pos-pos militer Inggris selama pertempuran tiga hari di Surabaya. Banyak di antara mereka yang menjadi korban amuk massa.

Penulis: Hendi Jo

SURABAYA, 29 Oktober 1945. Pertempuran antara para pejuang Indonesia dengan unit-unit Brigade ke-49 British Indian Army (BIA) sudah berlangsung dua hari. Alih-alih menguasai kota tersebut, posisi para serdadu Inggris malah semakin terjepit. Menurut sejarawan Frank Palmos, pasukan Inggris yang tersisa di tengah kota hanya segelintir dan tersudutkan. Satu persatu, mereka disergap dan dibantai.

"Mereka kehabisan logistik dan amunisi..." ungkap Palmos dalam Surabaya 1945, Sakral Tanahku.

P.R.S. Mani salah seorang anggota militer Inggris yang terkepung di Hotel Liberty mengisahkan situasi horor tersebut dalam bukunya, The Story of Indonesian Revolution 1945-1946. Selama pertempuran sengit berlangsung, dia bersama kawan-kawannya dari Batalyon Rajputana Rifles (5/6 Rajrif) hanya bisa bertahan di bagian paling puncak hotel tersebut.

"Kami hanya bersenjatakan 4 senapan bren, 20 senapan dan 10 pistol, sementara para pengepung kami bersenjatakan Army Gun, bren, revolver otomatis, pistol, senapan, gunto (pedang jepang), tongkat dan bambu runcing," kenang Mani.

Begitu kedudukan mereka dihujani peluru dari berbagai sudut (termasuk dari atas genting di gedung sebelah hotel), enam anggota Rajrif 5/6 langsung bertumbangan. Tak ada perawatan medis sama sekali karena detasemen-detasemen Inggris lain pun sedang menghadapi situasi yang sama. Akhirnya, setelah dua jam bertahan, mereka memutuskan untuk menyerah.

"Mayor Finlay memimpin kami menuruni tangga sambil membawa bendera putih. Kami lalu dibawa ke Penjara Kalisosok untuk ditahan sebagai tawanan perang," ujar Mani.

Nasib Mani dan kawan-kawannya bisa dikatakan lebih beruntung dibanding para serdadu Inggris yang bertahan di Penjara Koblen. Sejatinya posisi mereka sudah tak berdaya karena kekurangan logistik dan amunisi. Namun posisi mereka masih dilindungi dinding penjara yang tinggi dan tebal. Pintu gerbang penjara yang hanya memiliki satu akses di bagian depan pun begitu kuat dipertahankan musuh dengan berbagai barikade.

Massa rakyat yang sudah sangat marah akhirnya memanggil bantuan kendaraan lapis baja buatan Jepang untuk mendobrak pintu gerbang. Begitu pintu gerbang jebol, arus massa seolah tak bisa dibendung lagi menyerbu para prajurit Inggris yang tengah bertahan di dalam gedung penjara. Terjadilah perkelahian jarak dekat yang tidak seimbang dan berakhir dengan hancur leburnya kompi pasukan Inggris tersebut.

"Sebanyak 18 serdadu yang masih hidup digiring ke markas PTKR (Polisi Tentara Keamanan Rakyat) yang tidak jauh dari situ. Mayoritas yang ditahan berasal dari suku Sikh..." ungkap Suhario Padmodiwiryo dalam Memoar Hario Kecik: Autobiografi Seorang Mahasiswa Prajurit.

Dalam perjalanan menuju markas PTKR, teror mengiringi para tawanan perang itu. Teriakan mereka yang menakutkan bersanding dengan jerit histeris para ibu yang anak-anaknya menjadi korban tembakan serdadu-serdadu Inggris tersebut.

"Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh NICA, Bunuh Inggris bangsat!" teriak massa.

Situasi semakin kritis. Beberapa orang kemudian menarik para tawanan itu dan langsung mencincang mereka dengan senjata-senjata tajam yang mereka bawa. Sebagai komandan PTKR, Suhario coba menghentikan dengan mengacungkan gunto-nya ke atas udara. Namun percuma.

Tiba-tiba seorang yang berbadan kecil maju ke arah Suhario, dan dengan wajah merah dan suara serak meminta agar meminjamkan pedang. Tampak senyuman sadis pada wajahnya. Tangannya memegang pedang berlumuran darah.

"Pedang itu bengkok, mungkin karena kualitas bajanya yang rendah dan tidak tahan untuk memotong tulang," tutur lelaki yang lebih populer dipanggil Hario Kecik itu.

Amukan massa berlangsung sangat mengerikan. Darah bertumpahan, bau anyir-nya yang khas menyebar di udara. Saat menyaksikan para serdadu itu binasa, orang-orang baru menghentikan aksi-nya. Tak ada yang bisa dilakukan Hario Kecik kecuali memerintahkan massa untuk menguburkan mayat-mayat yang sudah tak jelas wujudnya itu.

Tak tahan melihat kesadisan nan mengerikan itu berlangsung di depan mata, seorang anggota PTKR bernama Suratmoko langsung jatuh pingsan. Para anggota PTKR yang lain kemudian menyalakan api unggun yang besar di atas kuburan 18 serdadu Inggris tersebut. Dalam kepercayaan mereka itu harus dilakukan agar roh-roh para serdadu yang sebenarnya tak ingin cepat mati tersebut tidak gentayangan di malam-malam berikutnya.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sembunyikan Sabu di Brankas Bersampul Kamus Inggris, 3 Pengedar Ditangkap Polisi

Sembunyikan Sabu di Brankas Bersampul Kamus Inggris, 3 Pengedar Ditangkap Polisi

Ketiga tersangka yang ditangkap berinisial IK (34), AAR (22), dan RF (35).

Baca Selengkapnya
35 Ucapan Tahun Baru Bahasa Inggris 2024 Keren, Sambut Awal Tahun dengan Senyum Bahagia

35 Ucapan Tahun Baru Bahasa Inggris 2024 Keren, Sambut Awal Tahun dengan Senyum Bahagia

Ucapan selamat tahun baru bahasa Inggris menjadi pilihan paling tepat untuk diutarakan saat menyambut datangnya tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak

Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak

Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Melawan, Bandar Coba Tabrak Polisi Pakai Mobil Berujung Didor & Ditangkap, 10 kg Sabu Disita

Melawan, Bandar Coba Tabrak Polisi Pakai Mobil Berujung Didor & Ditangkap, 10 kg Sabu Disita

Dari kasus ini polisi juga mendalami informasi peredaran sabu di salah satu lapas di Sumatera Utara.

Baca Selengkapnya
WNI Bawa Istri Bule Amerika Pulang Kampung ke Ponorogo, Kumpul Sama Keluarga Suami Dengar Bahasa Jawa Senyum-senyum

WNI Bawa Istri Bule Amerika Pulang Kampung ke Ponorogo, Kumpul Sama Keluarga Suami Dengar Bahasa Jawa Senyum-senyum

Saat di kediaman orangtua, sang istri seketika jadi pusat perhatian.

Baca Selengkapnya
Jatuh Bangun Sering Diremehkan, Pria Ini Kini Sukses Budidaya Belut dan Miliki 200 Kolam

Jatuh Bangun Sering Diremehkan, Pria Ini Kini Sukses Budidaya Belut dan Miliki 200 Kolam

Seorang pembudidaya belut mampu kembangkan hingga 200 kolam meski sempat diremehkan hingga merugi.

Baca Selengkapnya
Kini Tinggal Kenangan, Ini Potret Toko Pertama yang Sediakan Jasa Antar Barang dan Jadi Tempat Nongkrong Pemuda Pejuang Surabaya

Kini Tinggal Kenangan, Ini Potret Toko Pertama yang Sediakan Jasa Antar Barang dan Jadi Tempat Nongkrong Pemuda Pejuang Surabaya

Mirisnya bangunan cagar budaya ini dihancurkan untuk pembangunan mall

Baca Selengkapnya
Asyiknya Belajar Bahasa Inggris di Desa Bahasa Magelang, Sisipkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Asyiknya Belajar Bahasa Inggris di Desa Bahasa Magelang, Sisipkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Di desa wisata itu, belajar bahasa Inggris jad iterasa menyenangkan.

Baca Selengkapnya
Kenikmatan Pecel Semanggi Surabaya, Berawal dari Kebiasaan Warga Meramban Tanaman di Sekitar Rumah Kini Jadi Warisan Budaya

Kenikmatan Pecel Semanggi Surabaya, Berawal dari Kebiasaan Warga Meramban Tanaman di Sekitar Rumah Kini Jadi Warisan Budaya

Kuliner ini punya sejumlah manfaat untuk kesehatan, mulai mencegah diare hingga melancarkan aliran darah

Baca Selengkapnya