Serangan Pesawat Pengebom TNI AU Selamatkan Tawanan & Bikin OPM Kocar Kacir

Rabu, 17 Mei 2023 06:08 Reporter : Ramadhian Fadillah
Serangan Pesawat Pengebom TNI AU Selamatkan Tawanan & Bikin OPM Kocar Kacir B-26 Invader. ©repro buku Baret Jingga

Merdeka.com - Organisasi Papua Merdeka (OPM) kerap menyerang pos-pos TNI dan Polri. Pesawat Pengebom TNI AU pun dikerahkan untuk melawan mereka.

Bulan Agustus 1965, Kelompok OPM pimpinan Lodewijk Mandatjan menyerang kantor Koramil di sebelah barat Manokwari. Seorang anggota TNI AD yang sedang dalam barisan hormat senjata gugur ditembak.

Panglima Komando Regional Udara IV Irian Barat Letnan Kolonel Gottschalk meminta bantuan pesawat pengebom untuk menyerang kubu gerombolan itu.

"Bereskan mereka," kata Gottschalk tegas.

Komandan Wing Operasional 002 Letnan Kolonel Udara Pedet Soedarman dan Letnan Udara I Suwadji segera lepas landas dari Biak. Pedet membawa bomber B-26 Invader, sementara Suwadji menjadi Wingman dengan pesawat B-25 Mitchel.

Kisah ini ditulis dalam biografi Pedet Soedarman, Pengalaman Heroik Penerbang Bomber.

2 dari 5 halaman

Hujani OPM Dengan Mitraliur 12,7 mm

Dari atas pesawat, Pedet melihat ada kerusuhan di Lapangan Udara kebar, 60 Km sebelah Barat Manokwari. Anggota OPM Lodewijk Mandjatan membawa bendera berwarna merah putih biru.

Mereka segera menghujani posisi gerombolan OPM dengan mitraliur 12,7 mm. Pasukan OPM kocar-kacir menghadapi serangan udara mendadak. Secara bergantian Pedet dan Suwadji menembaki OPM dengan senapan mesin berat andalan B-25 dan B-26.

"Gerombolan OPM bubar, sebagian lari kocar-kacir menyelamatkan diri masuk hutan," kata Pedet.

Kedua pilot itu memastikan tak ada lagi sisa-sisa kekuatan OPM sebelum memutar pesawatnya kembali ke Pangkalan Udara Biak.

3 dari 5 halaman

Selamatkan TNI-Polri yang Dikepung OPM

Tugas lain sudah menanti, tanggal 16 Agustus 1965 kembali serangan OPM terjadi. Kali ini di Kokonau. Satu regu Pasukan Gerak Tjepat (PGT) TNI AU dan polisi dikepung ribuan OPM.

Letkol Pedet menerima tugas tersebut. Dia terbang dengan B-26, tanpa Wingman ke arah sasaran.

Pesawat itu dipersenjatai dengan lengkap. 16 roket di sayap kanan dan kiri serta 8 mitraliur 12,7 mm. Pedet siap berjibaku menghadapi para pemberontak.

Dari kokpit pesawat yang terbang rendah, Pedet bisa melihat ribuan orang mengepung satu regu PGT dan beberapa orang polisi. Kondisi mereka sudah terjepit. OPM juga terus mengarahkan warga setempat untuk ikut mengepung.

Pedet menggambarkan situasinya terlihat cukup mengerikan. Seolah orang-orang terus berdatangan untuk mengeksekusi segelintir anggota TNI dan Polri yang sudah terdesak itu.

4 dari 5 halaman

Ambil Tindakan Humanis

Pedet bisa saja mengambil tindakan tegas dengan langsung menembaki gerombolan itu. Namun dia paham, tidak semua orang di bawahnya adalah pengikut OMP. Sebagian besar mungkin hanya ikut-ikutan saja karena dipaksa oleh gerombolan.

Apalagi ternyata di antara orang-orang itu ternyata ada wanita dan anak-anak. Bagaimana cara melaksanakan misi tanpa melukai orang-orang tak bersalah?

"Mereka adalah rakyat Indonesia, keluarga sendiri," batin Pedet.

Setelah mengamati kondisi lapangan lebih seksama. Diambilnya keputusan cepat. Pilot jagoan TNI AU itu membuat manuver. Dia terbang mendatar dan menembakkan roket dan senapan mesin ke arah gunung yang diyakininya kosong tak berpenghuni. 

Dua kali aksi itu dilakukannya. Suara menggelegar bersahut-sahutan terdengar menakutkan. Berhasil! OPM dan warga ketakutan melihat aksinya. Mereka berlari meninggalkan TNI dan Polri yang dikepung untuk menyelamatkan diri.

5 dari 5 halaman

Tanpa Satu Pun Korban Jiwa

Misi itu berhasil menyelamatkan seluruh anggota TNI dan Polri yang dikepung. Di sisi lain, tak jatuh satu pun korban dari warga karena keputusan yang diambil Pedet,

"Tugas terlaksana dengan baik tanpa korban jiwa dari OPM maupun masyarakat yang ikut-ikutan," kata perwira menengah Angkatan Udara ini.

Pemandangan yang sangat berkesan untuk Pedet adalah saat dia memastikan semua tawanan selamat. Pesawat B-26 itu terbang rendah. Pedet melambaikan tangannya dan disambut dengan oleh pasukan tersebut dengan lambaian penuh kegembiraan karena nyawanya diselamatkan. 

Pedet segera kembali ke Biak dan tak lama kemudian terbang pulang ke markasnya di Lanud Abdulrachman Saleh setelah misinya di Papua  selesai.

Ternyata tiga hari setelah itu, seorang anggota PGT yang diselamatkan khusus datang ke Markas Korud IV di Biak. Atas nama seluruh tim yang diselamatkan, dia mengucapkan terima kasih sambil menangis haru atas bantuan Pedet yang menyelamatkan mereka.

[ian]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini