Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sepasang Suami Istri yang Membuat Jenderal Soedirman Terharu dan Menitikkan Air Mata

Sepasang Suami Istri yang Membuat Jenderal Soedirman Terharu dan Menitikkan Air Mata Jenderal Soedirman. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Detik-detik saat Panglima Besar TNI meninggalkan Desa Pakis untuk kembali ke Yogyakarta.

Penulis: Hendi Jo

Suasana pertemuan pagi itu berlangsung agak muram. Di atas kursi sederhana milik Djaswadi Darmowidodo (Lurah Pakis), Panglima Besar Letnan Jenderal Soedirman tampak duduk dalam wajah haru.

Beberapa orang desa duduk di hadapannya. Setelah lama terdiam, dalam nada bergetar namun tetap tenang, Soedirman pun berkata dalam bahasa Jawa halus.

"Kang Lurah dan Yu Lurah, setelah sekian lama saya rasakan bahwa saya dan keluarga saya serta seluruh anak buah telah berhutang budi yang besar sekali kepada Kang Lurah sekalian dan Penduduk Pakis. Saya tidak bisa membalas kembali hutang budi ini, selain hanya senantiasa berdoa memohon kepada Yang Maha Kuasa, semogalah dengan ridho-Nya penduduk Pakis ini kelak menemukan rejaning zaman (zaman sejahtera dan aman tenteram). Dan nanti apabila keadaan sudah aman, saya berangan-angan untuk mengajak anak-anak dan ibunya untuk datang menengok ke Desa Pakis ini guna menyampaikan terimakasih dan sekaligus ingin dapat turut menyongsong datang terwujudnya kerahjaan zaman itu," demikian pidato perpisahan Soedirman seperti dikutip Roto Soewarno dalam bukunya, Pak Dirman Menuju Sobo.

Momen Penuh Haru Bagi Soedirman

Roto Soewarno adalah putra dari Lurah Pakis. Menurut Tjokropranolo dalam bukunya Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman: Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia (Kisah Seorang Pengawal), Roto-lah yang mendampingi Djaswadi saat menemui staf pengawal Panglima Besar Soedirman guna menawarkan Desa Pakis sebagai menjadi tempat tinggal sementara sang jenderal selama diburu militer Belanda.

Demi mendengar pidato itu, Lurah Pakis dan istri hanya diam tefekur. Namun dengan terbata-bata, akhirnya dia pun menjawab ucapan terimakasih dan perpisahan Soedirman, juga dalam bahasa Jawa kromo inggil yang sangat baik:

"Saya beserta Istri bersama seluruh Penduduk Pakis menghaturkan beribu banyak terimakasih karena panjenengan (anda) dan rombongan telah berkenan menetap tinggal di sini, yang sesungguhnya keadaanya sangat tidak layak bagi panjenengan dan rombongan. Semua itu tidak lain karena hanya demikianlah kemampuan rakyat desa dalam membantu panjenengan dalam perjuangan membela tanah air dan kemerdekaan kita ini. Saya juga memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas semua kekurangan itu, kekhilafan seluruh keluarga saya beserta kekhilafan seluruh penduduk Pakis selama melayani panjenengan dan rombongan. Mohon maaf jika dalam pergaulan ada hal-hal yang tidak pantas dan kurang sopan. Itu terjadi karena kami di desa tidak paham tata cara pergaulan seperti priyayi kota."

Dalam kesempatan itu, Lurah Pakis juga memohon agar usai sarapan, Soedirman berkenan menyisakan daharan (makanan) di piringnya dan mengizinkan dirinya dan istrinya untuk melorod (menghabiskan sisa makanan sebagai tanda hormat, bakti dan pengabdian yang tak akan berakhir sampai kapanpun) dilanjutkan dengan melakukan sembah sujud sungkem di lutut Soedirman.

Begitu mendengar penuturan dan permohonan itu, lagi-lagi Soedirman hanya bisa terdiam. Kemudian dia berkata dalam nada pelan dan lembut.

"Memenuhi permohonan Kang Lurah beserta istri, saya bisa memahami maknanya. Meskipun dengan perasaan yang penuh haru, saya akan penuhi permohonan itu dengan harapan agar semua itu menjadi pupuk sebagai sarana mengeratkan tali persaudaraan antara saya dengan Kang Lurah dan keluarga. Sebelum dan sesudahnya, saya minta maaf kepada Kang Lurah dan Yu Lurah, karena ini berarti saya harus memberikan makanan sisa. Terlebih, secara umur, Kang Lurah lebih tua dibandingkan saya."

Air Mata Sang Panglima Besar

Obrolan itu diakhiri dengan acara makan pagi. Hanya sebentar melakukan sarapan, Soedirman lalu mengangkat piringnya dan langsung memberikannya kepada Lurah Pakis disaksikan seluruh hadirin. Dengan tangan agak gemetar, Lurah Pakis menerima sisa makanan itu. Dengan sopan, dia menghabiskannya bersama sang istri hingga tandas tak tersisa.

Usai melorod kedua pasangan suami isteri itu lantas mendekati tempat duduk Soedirman secara pelan. Dengan muka tertunduk kemudian mereka duduk bersila di tanah, persis di hadapan Soedirman seraya berkali-kali menyeka air mata yang bercucuran. Soedirman cepat paham. Digesernya letak kursi yang didudukinya. Sujud sungkem pun berlangsung secara takzim.

Kamis, 7 Juli 1949. Diiringi sinar mentari pagi yang hangat, dalam sebuah gubuk sederhana di suatu lereng gunung yang tandus, hati sang jenderal menjadi luluh. Bukan oleh api mesiu, tetapi oleh sentuhan kasih dan hormat dari manusia-manusia sederhana yang selama tiga bulan lebih menjadi pelindungnya.

Soedirman lantas mengajak Lurah Pakis dan Yu Lurah berdiri. Dipeluknya kedua orang tersebut. Tanpa menghilangkan kharisma keagungannya sebagai panglima, Soedirman pun tak ragu-ragu membiarkan air mata sambung menyambung membasahi kedua pipinya.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya

Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya

Cerita Prabowo Subianto saat masih menjadi Danjen Kopassus dan memimpin operasi penting di Papua.

Baca Selengkapnya
Tak Kalah Keren dari Sang Ayah, Ini Kisah Hidup Harsono Tjokroaminoto Pernah Disekap hingga Jadi Penasihat Panglima Soedirman

Tak Kalah Keren dari Sang Ayah, Ini Kisah Hidup Harsono Tjokroaminoto Pernah Disekap hingga Jadi Penasihat Panglima Soedirman

Ia melanjutkan perjuangan ayahnya sebagai negarawan yang sangat mencintai Indonesia.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ibu Tien Soeharto Cuma Mau Diwawancara Pemuda ini, Sosoknya Kini Jadi Capres 2024

Ternyata Ibu Tien Soeharto Cuma Mau Diwawancara Pemuda ini, Sosoknya Kini Jadi Capres 2024

Tak disangka, Ibu Tien Soeharto hanya ingin diwawancara oleh pemuda ini. Siapakah dia? Berikut sosoknya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.

Baca Selengkapnya
Presiden Jokowi Diseret Dalam Sidang Sengketa Pilpres, Istana Minta Pembuktian Tuduhan di MK

Presiden Jokowi Diseret Dalam Sidang Sengketa Pilpres, Istana Minta Pembuktian Tuduhan di MK

Pihak Istana masih menunggu pembuktian atas tuduhan yang disampaikan persidangan.

Baca Selengkapnya
Ditegur Pengurus karena Merokok Saat Puasa, Santri Bakar Pesantren di Sumedang

Ditegur Pengurus karena Merokok Saat Puasa, Santri Bakar Pesantren di Sumedang

Aksi pelaku itu diduga disebabkan emosi dan tidak terima ditegur pengurus pesantren karena merokok saat jam puasa.

Baca Selengkapnya
'Jebolan' Istana & Surakarta, Mayjen Widi Melesat Bakal Jadi Bintang Tiga Termuda di TNI AD

'Jebolan' Istana & Surakarta, Mayjen Widi Melesat Bakal Jadi Bintang Tiga Termuda di TNI AD

Mayjen Widi Prasetijono baru saja mendapatkan kenaikan pangkat sebagai letnan jenderal dan memakai bintang tiga di pundak. Ia akan menjadi bintang tiga termuda

Baca Selengkapnya
Sosok Jenderal M. Jusuf, Panglima ABRI Asal Bone yang Bikin Presiden Soeharto Kalah Pamor

Sosok Jenderal M. Jusuf, Panglima ABRI Asal Bone yang Bikin Presiden Soeharto Kalah Pamor

Pria berdarah Bone ini telah meniti karier dari politik sebagai menteri perindustrian hingga menjadi Panglima ABRI yang satu-satunya dari Sulawesi.

Baca Selengkapnya
Diremehkan Mantan Suami & Diganggu Preman, Janda Cantik 2 Anak Nekat Jualan Bakso Gerobak Kini Omzetnya Rp100 Juta

Diremehkan Mantan Suami & Diganggu Preman, Janda Cantik 2 Anak Nekat Jualan Bakso Gerobak Kini Omzetnya Rp100 Juta

Sempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.

Baca Selengkapnya