Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sejarah Laskar Sabilillah Dalam Pertempuran 10 November di Surabaya

Sejarah Laskar Sabilillah Dalam Pertempuran 10 November di Surabaya Gambaran kondisi di Malang saat pertempuran 10 November 1945. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Surabaya panas membara dalam peristiwa heroik 10 November 1945. Pertempuran pecah dan memakan banyak korban jiwa antara pasukan pejuang menghadapi tentara sekutu pimpinan Inggris, yang tergabung dalam NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Tentara NICA tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945 dipimpin Jenderal Aubertin Walter Southern (AWS) Mallaby, Komandan Brigade 49 Divisi India. Tugas Mallaby, mengamankan tawanan perang dan melucuti persenjataan tentara Jepang di Indonesia, serta mengembalikan Indonesia sebagai Hindia Belanda di bawah administrasi NICA.

Saat itu, Jepang menyatakan kekalahannya dalam Perang Dunia II setelah dua kotanya, Nagasaki dan Heroshima dibom atom oleh Amerika Serikat. Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang membawahi NICA mengantarkan Mallaby dan pasukannya bertugas ke Indonesia.

Namun kedatangan NICA ke Surabaya dianggap terlambat, karena persenjataan tentara Jepang sebagian telah dilucuti para pejuang. Sementara Indonesia juga telah menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Warga Surabaya menolak permintaan NICA untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari tentara Jepang. Sebaliknya, justru melancarkan serangkaian serangan mengusir sekutu sepanjang 27-30 Oktober 1945.

gambaran kondisi di malang saat pertempuran 10 november 1945©2021 Merdeka.com

Peristiwa heroik yang populer adalah penyergapan mobil buick yang menewaskan Mallaby di Jembatan Merah. Tewasnya Jenderal Mallaby mengundang kemarahan pasukan Inggris, hingga memancing perang lebih besar.

Pengganti Mallaby, Jenderal Robert Mansergh pun pada 9 November 1945 mengeluarkan ultimatum agar warga Surabaya menyerahkan segala bentuk persenjataan tanpa syarat.

Kondisi Malang Saat Itu

Pertempuran Surabaya tidak hanya melibatkan pejuang warga lokal Surabaya, tetapi juga mobilisasi dari kota lain, termasuk Malang. Personel dari berbagai laskar perjuangan di Malang saat itu dikerahkan besar-besaran menuju Surabaya.

Semangat kemerdekaan membuat banyak kalangan terpanggil untuk turun tangan mendukung perjuangan Arek Surabaya. Pesantren mengerahkan para santri untuk turut berjuang, apalagi saat itu juga keluar Resolusi Jihad dari Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari di Jombang, 22 Oktober 1945.

"Sehingga peristiwa November di Malang sangat dipengaruhi kondisi di Surabaya yang saat itu sedang panas," kata Agung H Buana, Tim Ahli Cagar Budaya (2019-2014) Kota Malang.

Titik lokasi yang menjadi tempat pertemuan dan koordinasi para pejuang sebelum diberangkatkan ke Surabaya adalah sudut jalan Blimbing, Kota Malang. Tempat itu semula tanah kosong yang sekarang dibangun menjadi Masjid Sabilillah, sekaligus sebagai monumen perjuangan Laskar Sabilillah.

gambaran kondisi di malang saat pertempuran 10 november 1945©2021 Merdeka.com

"Para pejuang Laskar Sabilillah saat itu bertemunya di situ, dari berbagai penjuru Malang, sekarang menjadi Masjid Sabilillah," katanya.

Panglima Laskar Sabilillah, KH Masykur berasal dari Pesantren Bungkuk, Singosari yang memotori barisan laskar ulama dan santri dari Malang. Kiai dan santri menyatu berjuang di bawah pimpinan Panglima Divisi Untung Suropati, Imam Soedja'i.

Sejumlah catatan menyebut, pasukan dari Malang dari unsur Laskar Sabilillah dan Badan keamanan Rakyat (BKR) Malang mendapatkan tugas di Stasiun Gubeng dan Jalan Pemuda Surabaya.

Sementara sejarawan Mansoer Hidayat menuturkan, mantan Daidancho PETA Malang Kota, Imam Soedja'i menggelar pertemuan di rumahnya Jalan Tenis 28 Kota Malang, pada 24 Agustus 1945. Pertemuan itu mengundang para tokoh perjuangan untuk membahas seruan Soekarno sehari sebelumnya.

gambaran kondisi di malang saat pertempuran 10 november 1945©2021 Merdeka.com

Soekarno saat itu mengimbau agar pemuda bekas Heiho, Peta, Seinendan, Keibodan dan badan-badan kemasyarakatan untuk bergabung dalam Badan keamanan Rakyat (BKR). Pertemuan itu pun menyepakati untuk mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan membentuk BKR Kota Malang.

Imam Soedja'i disepakati sebagai Ketua BKR Malang dan Kyai Iskandar Sulaiman, Mantan Daidancho Gondang Legi sebagai Wakil Ketua. Selain itu dibentuk BKR Penyelidik dengan menunjuk Bambang Supeno sebagai ketua dan bagian Rumah Sakit yang diketuai dr. Imam.

"BKR Malang yang dipimpin Imam Sudjai itu merebut dua meriam antiserangan udara. Seluruh Indonesia tidak punya itu, berhasil merebut pangkalan Udara Bugis yang sekarang Lanud Abdulrachman Saleh," urai Mansoer Hidayat.

BKR Malang selanjutnya melakukan serangkaian pelucutan senjata dari tentara Jepang. Aksi pertamanya diawali pengepungan Markas Kemepetai Jalan Semeru nomor 42 Kota Malang pada September 1945.

gambaran kondisi di malang saat pertempuran 10 november 1945©2021 Merdeka.com

Kemudian pelucutan senjata di Katagiri Butai (Batalyon Katagiri) di September 1945. Ketika itu santer terdengar persenjataan Jepang di Malang akan diserahkan pada Sekutu, sehingga massa yang mengepung markas dengan pengawasan BKR.

Delegasi dari para pejuang diterima untuk berunding dengan pimpinan milter Jepang atau Butai Cok (Komandan Batalyon) Kolonel Katagiri, Kapten Yanagawa dan Kapten Suzuki.

Serangkaian pertemuan menyepakati proses pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah militer Jepang di Malang kepada pemerintah Republik Indonesia. Pertemuan ini disusul pertemuan oleh masing-masing angkatan untuk pengambilalihan senjata, bahan makanan dan alat transportasi (kendaraan).

Disepakati penyerahan senjata di seluruh Karesidenan Malang Besuki yang terdiri dari 8 Kabupaten. Pengambilalihan senjata dari Katagiri Butai dan Brigade Kempetai selesai dalam waktu 3 hari.

Senjata yang disita sangat banyak dan cukup untuk memenuhi kebutuhan 1 Divisi sekitar 15.000 orang. Jenis senjata meliputi jenis senjata ringan sampai berat, seperti pistol, amunisi, senapan, jukikanju, meriam darat, meriam antiserangan udara, kendaraan pengangkut pasukan dan lain-lain.

BKR Malang juga mengambilalih Angkatan Udara Jepang di pangkalan udara Bugis yang saat ini menjadi Lanud Abdulrachman Saleh. Hasil perundingan di Oktober 1945, Pimpinan Militer Pangkalan Udara Bugis bersedia menyerahkan persenjataannya secara damai.

Sebanyak 64 buah pesawat dengan rincian 22 dapat dipakai, 12 sedang diperbaiki dan sebanyak 30 dalam keadaan rusak. Di samping itu ada generator pembangkit listrik, granat, amunisi dan senjata ringan.

"Sehingga BKR Udara pertama di Malang. Kalau bicara Angkatan Udara tidak boleh melupakan Malang. Karena kita punya Angkatan Udara pertama kali di Malang," tegasnya.

Saat itu, Pangkalan Udara Bugis adalah pangkalan udara terkuat di Jawa Timur. Imam Soedja'i, sebagai Kepala BKR Malang kemudian menetapkan Suhud sebagai Komandan Pangkalan udara Bugis.

BKR Malang juga mengabil alih senjata dari Angkatan Laut di Pujon yang dipimpin oleh seorang Laksamana Jepang. Seluruh persenjataan Angkatan Laut Jepang pun berpindah kepada pihak Indonesia.

BKR Malang yang kemudian menjadi Tentara Kemanan Rakyat (TKR) Divisi VII Untung Suropati mempunyai persenjataan terlengkap dan terkuat di antara Divisi di Tentara Republik Indonesia lain. Hasil sitaan persenjataan itu kemudian digunakan mendukung perlawanan 10 November 1945.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari

Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.

Baca Selengkapnya
Ternyata Sebelum Upacara di Istana Pasukan TNI-Polri Diperiksa Ketat Paspampres, Senjata Tak Boleh Ada Peluru & Tubuh Dicek Berulang Kali
Ternyata Sebelum Upacara di Istana Pasukan TNI-Polri Diperiksa Ketat Paspampres, Senjata Tak Boleh Ada Peluru & Tubuh Dicek Berulang Kali

Pengamanan tingkat tinggi diterapkan oleh Paspampres sebelum Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-78 dilaksanakan pada Kamis (17/8) kemarin.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok KH Saifudidn Zuhri, Pemimpin Laskar Hisbullah yang Menjadi Menteri Agama Era Presiden Soekarno
Mengenal Sosok KH Saifudidn Zuhri, Pemimpin Laskar Hisbullah yang Menjadi Menteri Agama Era Presiden Soekarno

Ia lahir dari keluarga petani yang taat beragama. Ia kemudian dibesarkan dalam pendidikan pesantren di daerah kelahirannya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Raja Surakarta PB XIII Pimpin Kirab 1.000 Tumpeng Sambut Lailatul Qadar
Raja Surakarta PB XIII Pimpin Kirab 1.000 Tumpeng Sambut Lailatul Qadar

1.000 tumpeng dibawa ke Sriwedari untuk diserahkan Pemkot Solo. Usai didoakan para ulama keraton, tumpeng dibagikan ke masyarakat.

Baca Selengkapnya
Peristiwa 8 Januari: Meninggalnya Pangeran Diponegoro pada Usia 74 Tahun di Makassar
Peristiwa 8 Januari: Meninggalnya Pangeran Diponegoro pada Usia 74 Tahun di Makassar

Pangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Panca Wijaya Akbar Bupati Kabupaten Ogan Ilir, Istrinya Bukan Orang Sembarangan
Mengenal Sosok Panca Wijaya Akbar Bupati Kabupaten Ogan Ilir, Istrinya Bukan Orang Sembarangan

Sebelum dirinya menjabat sebagai Bupati Ogan Ilir, Panca merupakan seorang pengusaha kondang di Sumatra Selatan

Baca Selengkapnya
Ini Sosok Pelaku Pengeroyokan Polisi di Makassar: Langganan Keluar Masuk Tahanan
Ini Sosok Pelaku Pengeroyokan Polisi di Makassar: Langganan Keluar Masuk Tahanan

Pengeroyokan terhadap seorang anggota polisi, merupakan kasus ketiga yang menjeratnya.

Baca Selengkapnya
Jenderal Bintang Dua Perintahkan Tindak Tegas Anggota Polisi Cabuli Anak Tiri di Surabaya
Jenderal Bintang Dua Perintahkan Tindak Tegas Anggota Polisi Cabuli Anak Tiri di Surabaya

Kapolda Jatim Irjen Pol Imam Sugianto menaruh perhatian khusus pada kasus dugaan pencabulan anak tiri oleh anggota Kepolisian di Surabaya.

Baca Selengkapnya
Imam Masjid di Balikpapan Meninggal saat Pimpin Salat Subuh Berjemaah, Sosoknya Jadi Panutan Warga
Imam Masjid di Balikpapan Meninggal saat Pimpin Salat Subuh Berjemaah, Sosoknya Jadi Panutan Warga

Kejadian ini terjadi di Masjid Al Ulaa, Kampung Baru, Balikpapan, pada Selasa (2/1/2024).

Baca Selengkapnya