Merdeka.com - Pulang kampung sebagai anggota US Army, Soedirmo diciduk gara-gara dicurigai sebagai agen Sekutu.
Penulis: Hendi Jo
Tahun 1946, usai melalui hari-hari penuh dengan darah dan bau mesiu di sepanjang palagan Pasifik: mulai dari Rabaul, Biak, Hollandia, Morotai, Saipan, Iwo Jima, Okinawa dan Tokyo, Raden Soedirmo Boender mengajukan cuti kepada kesatuannya di US Army. Dia berniat pulang kampung ke Yogyakarta, setelah tigabelas tahun meninggalkan kota kelahirannya tersebut.
Singkat cerita, pada suatu hari dia meninggalkan Amerika Serikat menuju Indonesia yang sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Dengan mengenakan seragam US Army dan ransel berisi oleh-oleh untuk orangtua dan adiknya, Soedirmo mendarat di Surabaya.
Tanpa sepengetahuannya, situasi di Surabaya saat itu tengah gawat. Berbagai penculikan terhadap serdadu-serdadu Inggris dan Belanda kerap dilakukan oleh para pejuang Indonesia. Sialnya, Soedirmo termasuk orang yang dicurigai dan diincar karena pakaian seragam US Army-nya mirip dengan seragam yang dikenakan prajurit-prajurit Sekutu yang banyak berkeliaran di Surabaya.
Soedirmo diculik. Dia lantas dibawa ke Gresik, diinterogasi dan diperlakukan sangat kejam oleh para prajurit dari Tentara Keamanan Rakjat (TKR). Segala daya upaya yang dilakukannya untuk bebas dari penangkapan itu seolah sia-sia. Taka da satu pun pejuang Indonesia yang percaya jika dia adalah orang Jawa perantau tang sedang pulang menuju tanah airnya.
"Pakaian seragamku, tinggi tubuhku dan patah lidahku yang sangat asing bagi penduduk Jawa Timur telah membawa celaka. Aku dituduh sebagai agen Sekutu," kenang Soedirmo dalam biografinya, Terhempas Prahara ke Pasifik.
Setelah dilucuti seluruh pakaiannya dan dirampas semua bawannya, Soedirmo lantas dijebloskan ke sebuah Gudang tua yang busuk. Diikat dalam kondisi berjongkok ke sebuah tiang kokoh. Itu berlangsung selama tiga bulan hingga kondisi kesehatannya menurun drastis.
Untunglah suatu hari datang seorang perwira bernama Letnan Kolonel Oesman yang ditugaskan untuk memeriksanya. Dia lantas memerintahkan para prajurit itu untuk melepaskan ikatan yang membelenggu Soedirmo.
"Mungkin karena terlalu lama dalam posisi jongkok, jarang berdiri dan berjalan, Pak Diermo mengalami kelumpuhan sementara," ungkap Hanna Rambe, jurnalis yang pernah mewawancarai Soedirmo.
Advertisement
Sebagai perwira yang terpelajar, Oesman memeriksa Soedirmo dengan cara yang manusiawi. Usai Soedirmo selesai menjelaskan siapa dirinya, tanpa dinyana ternyata Oesman mengenal baik Raden Soetarso Poerwotenojo. Bahkan sang perwira mengaku masih memiliki ikatan darah dengan ayahnya Soedirmo itu.
"Tapi mana mungkin? Putra Pak Soetarso hanya dua. Yang satu malah hilang tak tentu rimba karena kabur tak mau sekolah," ujar Oesman.
"Itu betul. Sayalah anak yang kabur itu. Bukan tak mau sekolah tapi karena dilarang menjadi dokter," jawab Soedirmo.
Awalnya Oesman masih ragu akan keterangan yang keluar dari mulut Soedirmo. Namun ketika lelaki itu bisa menjelaskan secara lancar silsilah keluarga Soetraso, kecurigaannya lenyap seketika.
Alih-alih memberikan hukuman, Oesman (yang kelak menjadi bupati Banyuwangi) malah mengangkat Soedirmo sebagai komandan kompi berpangkat kapten.
"Pak Oesman paham betul pengalaman Pak Diermo sebagai eks tentara Amerika Serikat bisa berguna untuk pasukannya," ujar Hanna Rambe.
Namun karier Soedirmo sebagai perwira TKR tidak lama. Dia lantas meminta mengundurkan diri dengan alasan akan pulang ke Yogyakarta. Alasan tersebut akhirnya diterima setelah beberapa kali mengalami penolakan.
Sesampai di Yogyakarta, Soedirmo tak menemukan keluarganya yang sudah pindah entah ke mana. Karena perlu makan, dia kemudian menjadi pegawai Departemen Sosial hingga perang selesai.
Tahun 1950, dia mendaftarkan diri ke KL (Angkatan Darat Kerajaan Belanda) yang sedang memerlukan perwira untuk memimpin para prajurit yang dikirim ke Perang Korea. Di palagan dunia yang terkenal tersebut, Soedirmo terlibat kembali sebagai petarung. Kali itu musuhnya adalah tentara Korea Utara dan Tiongkok.
Awal 1950, Angkatan Darat Republik Indonesia membentuk sebuah pasukan komando yang awalnya bernama Korps Komando Angkatan Darat (KKAD), kemudan berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Demi kualitas, RPKAD lantas banyak merekrut mantan prajurit KNIL dan KL untuk memperkuat kesatuan itu.
"Dalam sebuah upacara sederhana di Subang, aku resmi menjadi prajurit Indonesia. Untuk masa seperempat abad selanjutnya resmilah aku berbakti terhadap nusa dan bangsa yang telah lama sekali kutinggalkan," kenang Soedirmo.
Lama sekali Soedirmo berkiprah di pasukan komando TNI-AD. Dia banyak terlibat dalam berbagai operasi penumpasan berbagai pemberontakan. Mulai menumpas Darul Islam hingga terjun ke Operasi Trikora. Pangkat terakhirnya sebagai anggota TNI-AD adalah kolonel. Setelah itu dia berkiprah menjadi pimpinan sekuriti di sebuah pabrik semen terkemuka.
Advertisement
Kelintang Perunggu, Alat Musik Peperangan Melawan Penjajah Kini Terancam Punah
Sekitar 2 Hari yang laluLolos dari Jebakan Gerilyawan Permesta, KKo AL Berhasil Keluar dari Gunung Wiau
Sekitar 1 Minggu yang laluMundur dari TNI, Jenderal Didi Kartasasmita Menjadi Pegawai Negara Pasundan
Sekitar 1 Minggu yang laluTak Akur dengan Pemerintah Pusat, Jenderal Mayor Didi Kartasasmita Mundur dari TNI
Sekitar 1 Minggu yang laluDidi Kartasasmita, Khianati Ratu Belanda Demi Republik Indonesia
Sekitar 1 Minggu yang laluTentara Belanda Takut Penyakit Pes, Pejuang Indonesia Teror Kirim 10 Karung Tikus
Sekitar 1 Minggu yang laluKegetiran Masyarakat Jawa Barat di Era Gerombolan DI/TII Merajalela
Sekitar 2 Minggu yang laluAkibat Disergap Tentara Belanda, Tuanku Imam Bonjol Terluka Parah
Sekitar 2 Minggu yang laluKisah Bung Karno dan Sopirnya: Dari Ditinggal Ngopi Sampai Dikepung Tentara Belanda
Sekitar 2 Minggu yang laluBung Karno Sering Ngutang pada Arief Sopir Taksi Langganannya
Sekitar 2 Minggu yang laluGerah dengan Aksi Letnan Princen, Militer Belanda Bentuk Unit Khusus
Sekitar 2 Minggu yang laluPasukan Letnan Princen Serang Pos Pao An Tui, Hidung Tentara Hilang Kena Peluru
Sekitar 2 Minggu yang laluKetika Pimpinan KNIL Tutup Mata Atas Kebiadaban Kapten Westerling
Sekitar 2 Minggu yang laluBarutunggul, Neraka Tentara Belanda di Dataran Tinggi Ciwidey
Sekitar 2 Minggu yang laluVIDEO: [FULL] Pengakuan Ferdy Sambo Soal Motif di Balik Pembunuhan Brigadir J
Sekitar 1 Hari yang lalu6 Potret AKP Rita Yuliana, Polwan Cantik yang Tengah Jadi Sorotan
Sekitar 1 Hari yang laluIstri Ferdy Sambo Siap Buka Suara
Sekitar 1 Hari yang laluUngkapan Hati Ferdy Sambo di Secarik Kertas
Sekitar 1 Hari yang laluBegini Kondisi Bharada E saat Diperiksa Penyidik
Sekitar 7 Jam yang laluLPSK Resmi Kabulkan Permohonan Justice Collaborator: 24 Jam Kita Kawal Bharada E
Sekitar 8 Jam yang laluLPSK Tak Beri Perlindungan ke Istri Ferdy Sambo Karena Bukan Korban Pelecehan
Sekitar 8 Jam yang laluSaat Iming-Iming Rp1 M ke Bharada E, Ferdy Sambo Tunjukkan Uang Dolar dalam Amplop
Sekitar 8 Jam yang laluNyanyian Kode Mantan Pengacara Bharada E: Wiro Sableng, Naga Geni hingga TB1
Sekitar 5 Jam yang laluBegini Kondisi Bharada E saat Diperiksa Penyidik
Sekitar 7 Jam yang laluLPSK Resmi Kabulkan Permohonan Justice Collaborator: 24 Jam Kita Kawal Bharada E
Sekitar 8 Jam yang laluKomnas HAM Datangi TKP Duren Tiga Lokasi Brigadir J Dibunuh, Senin Mendatang
Sekitar 8 Jam yang laluDeolipa Singgung Kode Etik dan Sindir Pengacara Baru Bharada E
Sekitar 3 Jam yang laluMantan Pengacara Bharada E Minta Fee Rp15 Triliun: Lima Hari Kerja enggak Tidur
Sekitar 4 Jam yang laluNyanyian Kode Mantan Pengacara Bharada E: Wiro Sableng, Naga Geni hingga TB1
Sekitar 5 Jam yang laluVaksin Cacar Monyet akan Diproduksi Selama 24 Jam karena Tingginya Permintaan
Sekitar 2 Minggu yang laluMenkes Budi: Vaksin Cacar Efektif Lindungi dari Risiko Cacar Monyet
Sekitar 2 Minggu yang laluBRI Liga 1: Kemesraan Persik dan Javier Roca Resmi Berakhir
Sekitar 2 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Sandiaga Salahuddin Uno
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami