Nishida dan Karta, eks Tentara Jepang Pembunuh Perwira Australia Lalu Pilih Harakiri
Merdeka.com - Dua eks serdadu Jepang yang bergabung dengan pihak Indonesia terlibat dalam pembunuhan seorang perwira Australia yang ditugasi menangkap para penjahat perang.
Penulis: Hendi Jo
Pasca kekalahan Jepang terhadap Sekutu pada 14 Agustus 1945, nasib para serdadu Jepang di berbagai palagan Asia sama sekali tak mengalami kejelasan. Alih-alih diamankan oleh pemerintahnya sendiri, sebagian besar dari mereka malah menjadi buruan negara-negara yang warganya pernah mengalami kekejaman Jepang.
Tersebutlah dua prajurit Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang) bernama Nishida dan Karta (belum jelas benar siapa nama Jepang-nya). Keduanya, menurut sumber-sumber Sekutu yang berhasil digali oleh sejarawan Des Alwi, merupakan bekas algojo-algojo yang bertanggungjawab atas hilangnya nyawa puluhan orang Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan Australia di Kamp Ambon, Maluku pada 1943-1945.
"Des menceritakan itu langsung kepada saya," ungkap almarhum Priyatna Abdurrasyid, eks perwira Corps Polisi Tentara (CPT) di Bogor.
Tertangkapnya Nishida dan Karta
Menghindari kejaran pihak Sekutu, Nishida dan Karta lantas lari ke Surabaya sekitar akhir 1945. Dari Surabaya, mereka pergi ke Batavia dan selanjutnya menghindar ke pelosok hingga bergabung dengan Tentara Republik Indonesia (TRI) dari Batalyon II Resimen Bogor pimpinan Mayor A.E. Kawilarang.
Namun tetap saja keberadaan kedua buronan perang itu tercium intelijen Sekutu. Awal April 1946, Detasemen Kejahatan Perang Australia (AWCD) mengirimkan sebuah tim khusus pimpinan seorang perwira bernama Squadron Leader Frederick George Birchall untuk meringkus Nishida dan Karta. Demikian menurut pemberitaan koran The Canberra Times, 20 April 1946.
Sialnya, alih-alih menangkap kedua 'penjahat perang' itu, Birchall justru dibunuh duluan oleh Nishida dan Karta. Mereka berdua melakukannya dengan dibantu satu kompi TRI pimpinan Letnan Bustomi dari Yon II. Mayat Birchall kemudian dikubur di sebuah kebun dekat Stasiun Maseng, Bogor Selatan.
"Dibantu oleh dua warga setempat, saya berhasil menemukan jasadnya dan memberikannya ke pihak Sekutu via pemerintah RI," ujar Priyatna.
Atas permintaan Sekutu, Nishida dan Karta kemudian ditangkap. Dengan mudah mereka kemudian diringkus oleh Polisi Tentara (PT) di markas Yon II. Dalam otobiografi-nya (Untuk Sang Merah Putih), A.E. Kawilarang yang saat itu menjabat sebagai komandan batalyon mengaku awalnya keberatan anak buahnya ditangkap begitu saja. Namun karena ada surat perintah langsung dari Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin, Kawilarang tak bisa berbuat apa-apa.
Nishida dan Karta lantas diserahkan ke Markas Besar Komandemen Jawa Barat di Purwakarta. Di sana, mereka berdua diperlakukan secara baik, bahkan ditempatkan tidak di sel tahanan.
"Kami ditampung bersama kedua Jepang itu di sebuah mess Komandemen," ujar Priyatna yang ikut mengantar Nishida dan Karta ke Purwakarta.
Selanjutnya, Priyatna, yang saat itu berpangkat letnan satu, jadi terlibat lebih akrab dengan kedua Jepang itu. Kepada perwira PT tersebut, Nishida berkisah bagaimana mereka berdua mengikuti nasib terlempar dari satu medan perang ke medang perang lainnya di Asia: mulai Indocina hingga Indonesia.
Nishida dan Karta Memilih Harakiri
Setelah beberapa hari tinggal bersama kedua tahanan itu, Priyatna akhirnya harus balik ke Bogor. Seiring dengan itu, keluar perintah dari Jakarta kepada Panglima Komandemen Jawa Barat Jenderal Mayor Didi Kartasasmita.
"Mereka memerintahkan saya untuk memberangkatkan kedua mantan tentara Jepang itu ke Jakarta," ungkap Didi Kartsasmita dalam otobiografinya, Pengabdian bagi Kemerdekaan (disusun oleh Tatang Sumarsono).
Namun perintah itu tak pernah terlaksana. Saat datang ke sel mereka, Kepala Intel Komandemen Jawa Barat Mayor Soeroto Koento menemukan keduanya sudah tak bernyawa dengan masing-masing kepala pecah berantakan akibat ledakan granat.
Rupanya daripada menjadi pesakitan Sekutu, Nishida dan Karta memilih untuk melakukan harakiri. Lantas dari mana mereka mendapatkan granat? Hingga kini, itu masih merupakan misteri.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Australia Dukung Karyawan Tolak Angkat Telepon Bos di Luar Jam Kerja, Perusahaan yang Melanggar Bakal Didenda
Ini akan diatur dalam undang-undang yang diajukan pemerintah federal Australia.
Baca SelengkapnyaKereta Ini Tak Pernah Diharapkan Kehadirannya, Jika Keluar dari Sarangnya, Berarti Ada Hal Buruk Terjadi
Indonesia memiliki sebuah kereta yang kehadirannya sama sekali tidak diharapkan, jika kereta tersebut keluar, berarti sedang ada hal buruk yang terjadi.
Baca SelengkapnyaWarga Negara Inggris ini Bersepeda Sendirian dari China ke Australia, Begini Keseruannya saat Tiba di Semarang
Ia mempelajari budaya dan mencicipi kuliner baru pada setiap negara yang disinggahi
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemuda Indonesia Ungkap Alasan Mengejutkan Hijrah ke Australia, Gaji Selangit-Harga Mobil Cuma Rp20 Juta
Pria ini mengungkapkan banyak hal mengenai alasannya hingga tantangan tinggal di Negeri Kanguru.
Baca SelengkapnyaPM Fumio Kishida Ucapkan Selamat Kepada Prabowo, Singgung Peningkatan Kerja Sama Bilateral Jepang-Indonesia
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka meraih 96.214.691 suara pada Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPeselancar Asal Australia Ditemukan Tewas di Perairan Grajagan Banyuwangi
Korban berhasil dievakuasi oleh tim SAR gabungan sekitar pukul 08.46 Wib
Baca SelengkapnyaMengurungkan Niat Berangkat Ke Jepang Untuk Bekerja, Pemuda Ini Memilih Berternak Entok 'Alhamdulillah Sudah Punya Mobil dan Menikah'
Berbekal kesungguhan dan keyakinan, nyatanya ternak yang dijalaninya membuahkan hasil tak terduga. Ia sukses menjadi seorang peternak entok muda.
Baca Selengkapnya