Menolak Tunduk pada Inggris, Seorang Jenderal TNI Diancam Ditangkap

Selasa, 28 Maret 2023 07:07 Reporter : Merdeka
Menolak Tunduk pada Inggris, Seorang Jenderal TNI Diancam Ditangkap Jenderal Major Didi Kartasasmita tengah diwawancarai jurnalis asing. Arsip Nasional Belanda©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Sekutu marah besar di Bandung. Para pimpinan tentara Indonesia di Jawa Barat dianggap tidak kooperatif dan melakukan pembangkangan.

Penulis: Hendi Jo

Suatu hari di bulan Maret 1946. Panglima Komandemen Jawa Barat Jenderal Mayor Didi Kartasasmita dan Panglima Divisi III Kolonel A.H. Nasution dipanggil Perdana Menteri Sutan Sjahrir ke Jakarta.

Dalam pertemuan yang dilakukannya secara terpisah itu, Sjahrir menyatakan agar Tentara Repoeblik Indonesia (TRI) di Jawa Barat bersikap taktis dan tidak menghambur-hamburkan kekuatan untuk melawan Inggris yang sebenarnya bukan musuh Republik Indonesia.

"Kerjakan saja. TRI kita adalah modal yang harus dipelihara, jangan sampai hancur dahulu. Harus kita bangun untuk kelak melawan NICA," ujar Sjahrir seperti dikutip A.H. Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid III: Diplomasi Sambil Bertempur.

2 dari 4 halaman

Menolak Mundur

Selesai menghadap Sjahrir, Jenderal Mayor Didi dan Mayor Achmad Sukarmawidjaja bertolak kembali ke Bandung menggunakan pesawat Inggris. Begitu mendarat di Lapangan Terbang Andir, Didi ingat mereka dijemput seorang ajudan dari Jenderal Mayor D.C. Hawthorn (Komandan Pasukan Sekutu di Jawa) bernama Letnan Kolonel van der Post.

Sebelum bertemu Hawthorn, van der Post sengaja mengajak Didi dan Achmad berkeliling kota Bandung. Mereka berdua diperlihatkan bagaimana akibat serangan-serangan mortir TRI terhadap pemukiman sipil dan betapa kuatnya angkatan perang Sekutu di Bandung.

"Nah, Jenderal, coba pasukan anda disuruh untuk mundur dari Bandung," ujar Post.

Alih-alih merasa ciut, Didi malah mengatakan jika permintaan Post itu sangat mustahil dilakukannya. Dia membayangkan akan kehilangan muka para prajurit TRI jika harus mengikuti permintaan Inggris itu.

"Tidak bisa. Saya tidak bisa menyuruh mereka mundur dari Kota Bandung," jawab Didi seperti diungkapkan dalam otobiografinya, Didi Kartasasmita, Pengabdian Bagi Kemerdekaan (disusun oleh Tatang Sumarsono).

3 dari 4 halaman

Perintah Menangkap Jenderal

Post terperangah mendengar sikap kepala batu Didi itu. Beberapa saat kemudian, dia melaporkan sikap Didi itu kepada Hawthorn. Bukan main marahnya jenderal terkemuka Inggris tersebut. Itu dibuktikan dengan sikapnya yang tidak ramah ketika bertemu Didi: melengos saat diajak bersalaman.

"Dari beberapa arsip yang kemudian saya baca, Hawthorn malah memerintahkan anak buahnya menangkap saya setelah itu," ungkap Didi.

Sjahrir juga dikabarkan kecewa berat dengan penolakan yang dilakukan Didi. Rupanya dengan mengindahkan permintaan Sekutu, dia berharap ada kemenangan politik yang berhasil diraihnya. Namun Didi tidak sepakat dengan pandangan itu. Menurutnya, kemenangan politik itu tidak sepadan dengan pengorbanan militer yang harus dialami TRI.

"Kalau kita mundur begitu saja, pasti kita dicemooh dunia," ujar Didi.

4 dari 4 halaman

Pesan Jenderal Soedirman

Sikap Didi itu rupanya setali tiga uang dengan keinginan MBT (Markas Besar Tentara) di Yogyakarta. Ketika Nasution baru tiba (sepulang dari Jakarta) di Markas Divisi III, dia disodori 'kawat dari Yogya' yang memerintahkan TRI di Bandung tidak memilih jalur kompromi.

"Tiap sejengkal tumpah darah harus dipertahankan," demikian bunyi kawat yang diduga merupakan pesan langsung Panglima Besar Soedirman sendiri.

Kawat dari Yogya itu membuat kepala Nasution semakin pusing. Dia lantas mengumpulkan para komandan resimen untuk secepatnya membuat keputusan. Sementara itu di jalanan kota Bandung pertempuran kecil-kecilan dan pengadangan terhadap konvoi-konvoi Sekutu sudah mulai terjadi.

[noe]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini