Mayor TNI Temukan Harta Karun Tentara Jepang di Bogor, Isinya Emas Permata

Merdeka.com - Semasa pendudukan Jepang, kekayaan alam Indonesia diperas habis. Tentara Dai Nippon juga mengambil emas, permata dan perhiasan milik rakyat Indonesia. Beberapa tertinggal di Indonesia, dan tak sempat dikirimkan ke Tokyo.
Harta karun tentara Jepang itu bukan isapan jempol. Pasukan TNI pernah menemukannya di daerah Bogor, Jawa Barat.
Kepala Staf Resimen Divisi II Tentara Republik Indonesia (TRI), Mayor Alex Evert Kawilarang menceritakan penemuan harta itu dalam biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan diterbitkan Sinar Harapan.
Sekitar tahun 1946, pasukan TRI (kini TNI) anak buah Kawilarang melakukan penggalian di bekas markas Jepang di sekitar Cigombong, Bogor.
Mereka mencari senjata yang biasanya disembunyikan tentara Jepang dengan cara dikubur dalam tanah. Jepang memang belum lama meninggalkan kamp di Cigombong itu.
Para prajurit menggali dengan waspada karena selain mengubur senjata, Jepang juga menanam ranjau.
Di sebuah gundukan tanah, cangkul para tentara itu mengenai benda keras. Mereka ketakutan karena disangka mengenai bom.
Bukan Bom, Tapi Guci Harta Karun
Setelah beberapa saat tak meledak, barulah mereka berani menggali lagi. Tapi bukannya senjata, para prajurit TNI itu malah menemukan sebuah guci besar.
Isi guci itu ternyata kaos kaki. Setelah dibuka, mereka sangat terkejut. 12 kaos kaki itu penuh emas dan permata.
"Isinya emas dan permata yang sudah dicongkel. Bagus, berkilauan," kata Kawilarang.
Walau bisa kaya tujuh turunan, para tentara itu tak mau mengambilnya. Mereka segera lapor dan menyerahkan harta itu pada Kawilarang.
Kawilarang perwira jujur, dia tak mau makan emas permata peninggalan Jepang. Perwira menengah TNI itu berniat menyerahkan harta temuan pasukannya pada pemerintah Indonesia yang masih serba kekurangan.
Laskar Minta Jatah
Tapi keesokan harinya datang orang-orang mengaku laskar. Mereka minta guci itu pada Kawilarang. Katanya untuk berjuang.
Kawilarang tahu maksud orang-orang itu.
"Benar bapak-bapak mau berjuang?" tanya Kawilarang.
Mereka mengangguk. Kawilarang pergi ke gudang. Dia mengambil dua peti granat.
"Ini untuk berjuang," kata Mayor Kawilarang.
Orang-orang itu pun terpaksa pergi membawa dua peti granat.
Mereka tak menyerah. Keesokan harinya lagi-lagi mereka minta guci untuk modal perjuangan.
Lagi-lagi Kawilarang memberi peti berisi granat. "Ini untuk berjuang," katanya.
Sejak itu mereka tak pernah datang lagi.
Nasib Harta Tak Jelas
Kawilarang kemudian mengutus Letnan Muda Gojali yang terkenal jujur untuk mengawal harta itu. Gojali diperintahkan untuk menyerahkan harta karun itu ke Kementerian Dalam Negeri di Purwokerto.
Gojali melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia menyerahkan harta karun pada Sumarman yang kala itu menjabat Sekretaris Mendagri.
Tak jelas bagaimana Kementerian Dalam Negeri kemudian menggunakan harta tersebut. Surat timbang itu katanya habis terbakar saat agresi militer.
Berapa nilai harta karun tersebut, sebuah majalah pernah mencoba menghitung berdasar bukti-bukti otentik yang ditemukan. Isinya tak kurang dari tujuh kilogram emas dan empat kilogram permata.
Nilainya kala itu saja diperkirakan Rp 6 miliar. Jumlah yang luar biasa besar saat itu.
Belakangan banyak orang mengklaim ikut berjasa menemukan harta tersebut. Mereka menuntut pemerintah memberi ganti rugi atas harta yang hilang tersebut.
Tapi tak pernah ada penjelasan bagaimana pengelolaan harta karun Jepang itu.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya


Profil dan Jumlah Harta Kekayaan Menteri Pertanian Yasin Limpo, Rumahnya Digeledah KPK
Jumlah harta kekayaan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang dikabarkan terlibat kasus korupsi.
Baca Selengkapnya


Momen Mencekam Brimob & TNI Baku Tembak dengan KKB OPM Papua, Desingan Peluru Terus Berbunyi
Sebuah video memperlihatkan anggota Brimob dan TNI yang sedang baku tembak dengan KKB OPM Papua dan membuat situasi menjadi memanas.
Baca Selengkapnya


Akhir Cerita Wanita Korban Begal, Dipalak Polisi Berdalih Bercanda saat Melapor Kini Minta Maaf
Anggota Polsek Sukasari, berinisial Aiptu US diduga tidak memberi pelayanan baik itu dijebloskan ke rutan Polrestabes Bandung.
Baca Selengkapnya


Viral Pemobil Dimintai Rp150 Ribu oleh Polisi atau Ditilang: Cepat Jangan Lama-lama
Seorang pemobil dimintai uang sejumlah Rp150 ribu oleh polisi dan diancam akan ditahan SIM-nya jika tidak segera membayar.
Baca Selengkapnya


Pensiunan Jenderal Kopassus Kenang 48 Tahun Lalu, Tinggalkan Asrama untuk Tugas ke Timtim di Hari Spesial Sang Putri
Dia mengenang masa di mana harus bertugas menjelang momen istimewa sang putri yang masih kecil.
Baca Selengkapnya

Mengulik Gambaran Demak dalam Catatan Tome Pires, Kota Terkaya di Pesisir Jawa
Demak masa lalu merupakan kota pelabuhan yang sangat berpengaruh di pesisir Jawa.
Baca Selengkapnya

Pemilu Sudah Ada Sejak 79 Masehi, Saat Itu Bukan Presiden atau DPR yang Dipilih
Arkeolog menemukan prasasti di Kota Pompeii yang memperlihatkan bukti terlah terjaidnya pemilu.
Baca Selengkapnya

Usai Panas Terik, Musim Hujan di Jakarta Bakal Terjadi November
Awal musim hujan 2023/2024 tidak bersamaan di seluruh Indonesia. Di Jakarta dan daerah lainnya hujan diperkirakan akan dimulai pada November.
Baca Selengkapnya

Blusukan Tinjau Waduk Pluit, Kaesang Berambisi Maju Pilgub Jakarta?
Kaesang Pangarep ditemani istri blusukan ke Waduk Pluit
Baca Selengkapnya

Melihat Peradaban Kuno Masyarakat Lereng Merapi-Merbabu, Banyak Ditemukan Candi dan Prasasti
Dulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu
Baca Selengkapnya

Sosok Suparna Sastra Diredja Pembela Rakyat asal Garut, Tak Bisa Pulang di Negara Pengasingan hingga Akhir Hayat
Sosok ini bergerak masif di bawah tanah untuk mengajak rakyat melawan penjajah.
Baca Selengkapnya

Potret Bintang Tiga TNI di Antara Dua Jenderal Polisi, Sama-Sama Jebolan 1988
Potret kebersamaan jenderal TNI-POLRI, rekan satu angkatan di Akmil dan Akpol.
Baca Selengkapnya