Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Tentang Haji Ujungkulon, Batal ke Mekkah Karena Takut Ombak Tinggi

Kisah Tentang Haji Ujungkulon, Batal ke Mekkah Karena Takut Ombak Tinggi haji. REUTERS

Merdeka.com - Memiliki uang dan kekuasaan, para bangsawan Sunda memiliki hak istimewa untuk pergi menunaikan ibadah haji. Namun tidak semua dari mereka sampai ke tanah Arab. Mengapa?

Penulis: Hendi Jo

Berhaji merupakan suatu ibadah yang memerlukan energi besar untuk melakukannya. Rukun Islam memang mewajibkannya, namun dengan sebuah catatan: jika tidak mampu jangan dipaksakan. Demikian fleksibilitas berhaji sesuai yang disepakati oleh mayoritas ulama (jumhur ulama).

Namun dalam kenyataannya, berhaji selalu menjadi suatu hal yang didambakan seorang Muslim yang taat. Tak terkecuali kaum bangsawan Sunda (menak) di era kolonial. Bisa jadi itu juga terkait dengan kedudukan para bangsawan yang menginginkan pula kesempurnaan posisi mereka sebagai pemuka spiritual di tengah rakyatnya yang mayoritas beragama Islam.

Kendati pergi berhaji secara resmi saat itu bukan suatu hal yang mudah dan sulit mendapat izin dari pemerintah Hindia Belanda, namun selalu ada jalan bagi para menak untuk melakukannya. Ketergantungan para pejabat kolonial terhadap mereka, menjadikan para menak kerap mendapatkan hak istimewa.

Perjalanan ke Mekkah Butuh 7 Bulan

Terdapat beberapa catatan arsip yang mengisahkan perjalanan para menak Sunda ke tanah suci Mekkah pada era 1800-an. Sebut saja salah satunya adalah teks naskah Raden Demang Panji Nagara yang terdapat dalam kalatogus van Ronkel.

Dikisahkan, tokoh utama dalam teks tersebut adalah seorang bangsawan Sumedang yang pergi menunaikan ibadah haji dengan diiringi 24 pengikutnya. Mereka berangkat dari Sumedang pada 27 Syawal 1268 (14 Agustus 1852) menuju Cirebon melalui Desa Tomo. Dari Pelabuhan Cirebon, rombongan Raden Demang Panji Nagara lantas berlabuh ke Singapura melalui Muntok dan Riau.

Dari negeri jajahan Inggris itu, mereka lalu menumpang sebuah kapal Arab yang mengangkut sekira 250 jemaah haji. Dalam perjalanan menuju Jedah, rombongan haji terlebih dahulu singgah di Malaka, Pulau Penang, Aceh, Alfiah, Kalikut, Kaliceri (India) dan Hudaidah (suatu kawasan di Laut Merah). Mereka baru sampai di Pelabuhan Jedah pada 10 Jumadilakhir 1269 (21 Maret 1853).

"Perjalanan itu memakan waktu tujuh bulan, tetapi bagian terbesar dihabiskan di berbagai persinggahan itu," ungkap Henri Chambert- Loir dalam Naik Haji di Masa Silam: Tahun 1482-1890.

Asal Muasal Istilah Haji Mabrur

Sang Raden dan rombongan kemudian tinggal di Mekkah selama 23 hari. Mereka kemudian berziarah ke Madinah yang ditempuh selama 15 hari dengan berkendaraan Unta yang disewa dari orang-orang Badwi.

"Adapun aturannya itu jemaah-jemaah mesti keluar di dalam satu orang 11 pasmat (uang ringgit Spanyol) buat menyewa onta…" ungkap Raden Demang Panji Nagara seperti termaktub dalam buku yang ditulis Loir.

Tak lama di Madinah, rombongan orang-orang Sunda tersebut kembali ke Mekkah dan bermukim di sana selama empat bulan. Pada 8-13 Zulhijah, mereka pun menunaikan ibadah haji dan dianggap telah mabrur (sempurna sesuai syarat-syarat berhaji) oleh otoritas keagamaan di tanah Arab.

Setelah selesai menunaikan ibadah haji dan bermukim lagi selama delapan bulan di kota suci, rombongan Raden Demang meninggalkan Mekkah pada 7 Syaban 1270 (5 Mei 1854). Begitu sampai di Pelabuhan Jeddah, mereka tidak langsung berlayar namun bermukim lagi di sana selama tiga minggu. Keberangkatan pulang ke rumah baru terlaksana pada 27 Syaban 1270 (25 Mei 1854) dengan menumpang sebuah kapal Arab yang menampung sekira 450 penumpang.

Kepulangan ke Pulau Jawa melewati rute Hudaidah, Mukha, Alfiah, Pulau Penang, Singapura dan Riau. Dari Riau, mereka mengganti kapal menuju Pulau Jawa dan sampai di Pelabuhan Cirebon pada 21 Syafar 1270 (13 November 1854). Akhirnya dengan selamat, rombongan bangsawan Sumedang itu sampai ke rumah pada 3 Rabiulawal 1271 (24 November 1854).

Takut Ombak, Jadi Haji Ujung Kulon

Namun tidak semua menak Sunda berhasil menjadi haji mabrur. Tersebutlah Raden Aria Wiranegara I, salah satu putra dari Bupati Cianjur Aria Wiratanudatar VI (1774-1813). Ketika gagal menjadi bupati Cianjur menggantikan ayahnya yang mangkat pada 1813, Aria Wiranegara I memutuskan untuk pergi berhaji. Kisah itu terbuhul dalam manuskrip yang ditulis oleh R.A.A. Kusumahningrat alias Dalem Pancaniti.

Menurut Dalem Pancaniti, setelah berhasil mengumpulkan banyak uang dan mencukur rambutnya Aria Wiranegara I mengawali proses pemberangkatan hajinya dari Cikalong menuju ujung barat daerah Bantam (Banten).

"Bahkan dia tinggal (di Banten) selama beberapa waktu," ungkap Dalem Pancaniti dalam karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda: Inlandsche Verhalen van den Regent van Tjiandjoer (1857).

Singkat cerita tibalah waktunya Aria Wiranegara I untuk berangkat ke Mekkah. Usai semua perbekalannya (termasuk uang) sudah diangkut ke atas kapal, mendadak dia merasa ngeri melihat gulungan ombak Samudera Hindia yang begitu besar. Tiba-tiba hatinya menjadi kecut sampai dia menangis dan menolak untuk menaiki kapal yang siap berlabuh.

Nakhoda kapal tentu saja tak bisa menerima dengan sikap Aria Wiranegara I itu. Permintaan sang menak untuk Kembali menurunkan semua barang-barang bawaan dan uangnya ditolak mentah-mentah. Jadilah dia kembali ke Cikalong tanpa sebagian besar hartanya.

"Sejak itulah, dia dijuluki orang-orang sebagai 'Tuan Haji Ujung Kulon' dan selalu menjadi bahan ejekan," ungkap Dalem Pancaniti.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kekayaan Orang Ini Tak Tertandingi, Pergi Haji Diiringi 20.000 Pelayan dan Bawa 100 Ekor Unta Bermuatan Emas Murni, Ini Sosoknya

Kekayaan Orang Ini Tak Tertandingi, Pergi Haji Diiringi 20.000 Pelayan dan Bawa 100 Ekor Unta Bermuatan Emas Murni, Ini Sosoknya

Orang ini disebut sebagai orang terkaya sepanjang masa, sepanjang sejarah manusia.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Indonesia Diminta Tak Asal Pakai Visa untuk Berhaji, Ini Risikonya Jika Tetap Nekat

Masyarakat Indonesia Diminta Tak Asal Pakai Visa untuk Berhaji, Ini Risikonya Jika Tetap Nekat

Petugas haji Arab Saudi memeriksa satu per satu jemaah lebih ketat ketika memasuki Mekkah dan Madinah termasuk di Arafah.

Baca Selengkapnya
Tutup Bimtek PPIH Arab Saudi 2024, Menag: Layani Jemaah Haji Seperti Orang Tua & Keluarga Sendiri

Tutup Bimtek PPIH Arab Saudi 2024, Menag: Layani Jemaah Haji Seperti Orang Tua & Keluarga Sendiri

Adapun kuota jemaah haji tahun 2024 ini mencapa 241 ribu orang.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
'Orang Kaya Pada Masanya', Cerita Pasangan Kakek Nenek Naik Haji Tahun 1966 Berangkat Pakai Kapal Laut, Begini Suasana Mekkah

'Orang Kaya Pada Masanya', Cerita Pasangan Kakek Nenek Naik Haji Tahun 1966 Berangkat Pakai Kapal Laut, Begini Suasana Mekkah

Tak terkira, suasana kota Mekkah tempo dulu cukup berbeda dengan saat ini.

Baca Selengkapnya
Momen Hangat Ulama Kondang Buka Puasa Bersama Jenderal AU, Beri Pesan 'Teruslah jadi Muslim Baik Jenderal'

Momen Hangat Ulama Kondang Buka Puasa Bersama Jenderal AU, Beri Pesan 'Teruslah jadi Muslim Baik Jenderal'

Bersama dengan jajaran dan keluarga besar TNI, ternyata sang ulama kondang itu menghadiri undangan acara buka bersama Kepala Staf TNI AU (Kasau).

Baca Selengkapnya
Menelusuri Jalur Klenik Para Caleg Jelang Pemilu 2024, Mandi Kembang di Tengah Malam hingga Ziarahi Makam Keramat

Menelusuri Jalur Klenik Para Caleg Jelang Pemilu 2024, Mandi Kembang di Tengah Malam hingga Ziarahi Makam Keramat

Bagi sebagian orang hal ini tak masuk akal, tapi pelaku mengaku jalur klenik merupakan bagian dari usaha memenangkan Pemilu

Baca Selengkapnya
⁠Dikenal Tajir Melintir dan Baik Hati, Potret Mesra Haji AW dan Sang Istri yang Cantik Memesona Jadi Sorotan

⁠Dikenal Tajir Melintir dan Baik Hati, Potret Mesra Haji AW dan Sang Istri yang Cantik Memesona Jadi Sorotan

Seorang konglomerat dermawan asal Jawa Barat, Haji AW membagikan momen mesra bersama istrinya yang cantik di atas kapal.

Baca Selengkapnya
Haru Sambil Taburkan Bunga, Mayjen Kunto Memperlihatkan Makam Anak Sulungnya yang Bernama Senin

Haru Sambil Taburkan Bunga, Mayjen Kunto Memperlihatkan Makam Anak Sulungnya yang Bernama Senin

Menyambut datangnya bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah, Mayjen Kunto dan Istri melakukan ziarah ke makam orangtua dan putra sulungnya.

Baca Selengkapnya
Hati-Hati Ada Joki Hajar Aswad yang Bisa Kuras Dompet Jemaah Haji dan Umrah

Hati-Hati Ada Joki Hajar Aswad yang Bisa Kuras Dompet Jemaah Haji dan Umrah

Arsad mengaku kejadian ini pernah dialami salah satu jemaah haji Indonesia.

Baca Selengkapnya