Kisah Lucu di Tengah Mencekamnya Perang: Beli Ayam Ditukar Granat

Jumat, 31 Maret 2023 07:07 Reporter : Merdeka
Kisah Lucu di Tengah Mencekamnya Perang: Beli Ayam Ditukar Granat Dua pejuang muda tengah berpatroli di jalanan Bandung. IPPHOS©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Di tengah perang yang mencekam, selalu saja ada pengalaman-pengalaman konyol yang mengundang tawa.

Penulis: Hendi Jo

Cianjur, 1946. Sebagai anggota laskar Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI), siang itu Raden Makmur (kelahiran 1930) ditugaskan komandannya memeriksa setiap penumpang yang baru saja turun dari kereta api di Stasiun Salajambe. Dengan bambu runcing di tangan, dia menjaga pintu peron bersama beberapa kawannya.

Bukan hanya menggeledah barang bawaan setiap penumpang, mereka pun akan mengurus orang yang tidak meneriakan kata 'merdeka' . Jika perlu, mereka akan memukulnya.

Tersebutlah seorang remaja kampung buta huruf. Dia tidak melakukan kewajiban tersebut. Akibatnya, dia digelandang dan ditampar keras oleh Makmur.

"Kang salah saya apa?!" protes sang remaja kampung dalam bahasa Sunda.
"Kamu tidak mengucapkan 'merdeka', tahu!" teriak Makmur sambil memelototkan matanya.
"Merdeka itu apa?" tanya sang remaja lagi.

Sekonyong-konyong ditanya demikian, Makmur kebingungan. Dia lantas menanyakan kepada kawan-kawannya. Semua menggeleng.

"Apa Kang, itu merdeka?"
"Ahhhh! Saya juga tidak tahu! Pokoknya saya diperintahkan komandan begitu ya harus begitu! Kamu jangan melawan saya!" ujar Makmur, pura-pura marah.

2 dari 3 halaman

Ayam Ditukar Granat

Puluhan kilometer dari tempat Cianjur, remaja-remaja seusia Makmur juga bertempur dengan gagah berani melawan tentara Inggris yang terdiri dari pasukan bule, Gurkha (Nepal) dan India (Sikh, Hindustan dan Pakistan). Tetapi ada kalanya, permusuhan itu tiba-tiba harus berkompromi karena rasa lapar.

Seperti yang dialami Aleh (kelahiran 1928), seorang eks anggota Angkatan Pemoeda Indonesia (API). Suatu hari saat mereka tengah berjaga-jaga di batas demarkasi (saat ini di rel kereta api Jalan Sumatera), dua tentara BIA (British India Army) mendekati mereka sambil membawa bendera putih. Ketika sudah dekat terjadilah dialog dalam bahasa isyarat dan 'bahasa Inggris gaya Bandung' saat itu.

Salah seorang serdadu BIA itu menyatakan keinginannya untuk mendapatkan seekor ayam dan akan membelinya dengan harga mahal. Tentunya dia menyatakan itu dalam bahasa isyarat tangan yang melukiskan kepala seekor ayam yang sedang mematuk makanan. Aleh dan kawan-kawannya cepat paham.

"Oh kokok (bunyi ayam dalam bahasa Sunda). Okelah! I kokok you Tommygun (jenis senjata yang biasa dibawa tentara Inggris)," ujar Aleh.

Maka berlangsunglah tawar menawar dalam 'bahasa tarzan' dengan kesepakatan akhir: seekor ayam ditukar dengan beberapa granat tangan dan keju.

3 dari 3 halaman

Bahasa Inggris Gaya bandung

Soal 'bahasa Inggris gaya Bandung' itu juga disebutkan dalam buku Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan karya Ratnayu Sitaresmi, Aan Abdurachman, Ristadi Widodo dan Ummy Latifah Widodo.

Dari pengalaman seorang bekas pejuang Bandung bernama Suparyadi. Mereka mengisahkan tentang upaya-upaya para pejuang Bandung meyakinkan para serdadu BIA asal India yang beragama Islam (sekarang Pakistan) untuk tidak memerangi bangsa Indonesia.

"You muslim, I muslim, teretet no!" teriak remaja tanggung Bandung itu.

Kata 'teretet' tidak asing di kalangan anak-anak Priangan. Itu biasanya ramai diteriakan dalam momen perang-perangan untuk menirukan suara tembakan senjata beneran. Laiknya kata 'dor' dalam bahasa Indonesia atau 'bang' dalam bahasa Inggris.

[noe]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini