Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Cerdik Ngatimin Jadi Mata-Mata hingga 20 Hari Diburu Tentara Belanda

Kisah Cerdik Ngatimin Jadi Mata-Mata hingga 20 Hari Diburu Tentara Belanda Ngatimin mantan pejuang kemerdekaan. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Ngatimin, sang pejuang asal Karanganyar, Jawa Tengah, kini telah memasuki usia senja. Lahir di Paulan Timur, Desa Paulan RT 01 RW 04, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, 5 Juli 1933, usianya saat ini 88 tahun.

Meski telah senja, semangat perjuangan pria bertubuh kurus dan rambut putih ini tidak pernah padam. Apalagi ketika hari-hari mendekati tanggal 17 Agustus, yang merupakan peringatan ulang tahun Kemerdekaan Indonesia. Semangat menggelora muncul seperti tatkala remaja. Saat ikut berjuang mengusir penjajah Belanda dari bumi Nusantara.

Ditemui merdeka.com, Minggu (15/8), Mbah Min, sapaan akrabnya, sedang menjajakan mainan anak-anak di sekitar gapura Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ/Kebun Binatang Solo). Meski tubuhnya renta, Mbah Min tetap terus berkarya, membuat mainan anak-anak sebisanya.

Banyak jenis mainan hasil karya pria yang kini tinggal di Kaplingan Jebres itu. Di antaranya, mainan senapan, topi dan lainnya.

"Ini sebagian saya buat sendiri. Hasilnya tidak seberapa. Kadang dapat uang, kadang seminggu cuma Rp5.000. Enggak bisa untuk makan mas," ujar Ngatimin mengawali perbincangan dengan merdeka.com.

Kendati dagangannya kurang diminati pembeli, tidak membuat semangat Mbah Min surut. Dia pun mencari tempat lain untuk berjualan demi bertahan hidup.

"Kalau di sini enggak laku, saya pindah ke tempat lain mas. Kalau pagi di dekat UNS (Universitas Negeri Sebelas Maret), siang di Jurug dan malam di Panggung," katanya.

Mbah Min mengaku memiliki lima anak yang kini sudah berkeluarga semua. Namun sebagian di antaranya terkena imbas pandemi dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sehingga harus kehilangan pekerjaan. Sedangkan istrinya sudah mendahuluinya menghadap Sang Ilahi beberapa tahun lalu.

"Ada anak saya yang kerja di pabrik, tapi sekarang libur karena tutup. Jadi saya harus bantu kerja," terang Mbah Min.

Berjualan mainan anak-anak sudah digeluti Mbah Min sejak empat tahun terakhir. Sebelumnya, dia mengaku pernah bekerja sebagai pengayuh becak di sekitar Kota Solo. Selama menjalani hidup, Mbah Min yang tinggal di kaplingan belakang UNS, pernah digusur ke lokasi lain.

"Itu kan dulu kuburan, saya sering tidur di sana. Setelah itu digusur untuk bikin kampus," katanya.

Kisah Perjuangan Ngatimin

Semangat patriotisme Mbah Ngatimin bukan muncul begitu saja. Saat masih remaja usia 15 tahun, ia menyaksikan ayahnya ditembak mati tentara Belanda. Bahkan saat tertembak, ayahnya sedang menggandeng dirinya dan sang adik. Peristiwa pilu itu masih terekam jelas dalam ingatannya.

"Kita itu mau cari tempat persembunyian. Tapi ayah saya malah ditembak mati tentara Belanda," kisahnya.

Tempat tinggal Ngatimin dan keluarga memang tidak jauh dari hiruk pikuk tentara Belanda. Yakni di sekitar lapangan udara Panasan atau sekarang menjadi Bandara Adi Soemarmo. Saat itu tentara Belanda memang sedang melancarkan Agresi Militer II tahun 1948.

ngatimin mantan pejuang kemerdekaan©2021 Merdeka.com

Ayah Ngatimin memang menjadi target Belanda karena dinilai sering membantu tentara Indonesia membangun parit jebakan tank di jalan-jalan kampung.

"Bapak saya ditembak. Kita sedang lari mau bersembunyi setelah tentara Belanda datang. Warga memang sedang gotong royong bikin parit untuk jebakan tank di jalan kampung," terangnya.

Ngatimin memgaku ada beberapa warga pribumi yang menjadi mata-mata Belanda. Mereka menyamar dan ikut berbaur saat warga bergotong-royong membuat jebakan tank, dan mendata para pejuang untuk dilaporkan ke Belanda.

"Banyak yang ikut ditembak. Ada sepuluh lebih. Saya marah dan bertekad untuk ikut berjuang, meskipun saya masih anak-anak," katanya lagi.

Sejak peristiwa itu, ia pun mulai mengikuti gerak-gerik tentara Indonesia khususnya Angkatan Darat. Dia bahkan sudah terbiasa melihat dentuman senjata, bom yang dilancarkan penjajah Belanda.

"Saya juga ikut tentara Indonesia menyerbu gudang senjata di Panasan. Saya melihat dari jauh tentara-tentara Indonesia meletakkan senjata di sebuah kebun," lanjut Mbah Min.

Ngatimin menceritakan, dalam penyerbuan itu tentara Indonesia hanya mengandalkan senjata pisau. Saat tengah hari sekitar pukul 11.30 WIB, mereka menyerbu wilayah yang diduduki tentara Belanda.

"Tentara kita itu menyerbunya siang. Karena tentara Belanda itu silau sama sinar matahari. Hanya 1 jam tentara kita menyerbu gudang untuk mengamankan persediaan," tuturnya.

Pada saat tentara Indonesia menyerbu ke gudang, Ngatimin pun berinisiatif mengamankan senjata yang ditinggalkan di kebun agar tidak ketahuan musuh. Ia pun menutup senjata-senjata itu dengan dedaunan.

Atas aksinya itu Ngatimin kemudian diberikan tugas pimpinan tentara Indonesia untuk memata-matai pergerakan tentara Belanda. Umur Ngatimin yang masih remaja relatif aman dari ancaman musuh.

"Saya diberi tugas menjadi mata-mata. Saya melihat musuh dari jauh dan melaporkan ke komandan. Usia saya masih di bawah umur, jadi tidak dicurigai musuh dan antek Belanda," kenangnya.

Tugas mulia itu dilakukannya dengan ikhlas dan penuh semangat. Bahkan beberapa kali ia harus berpura-pura menjadi anak tidak normal saat ketemu dengan tentara Belanda agar tak dicurigai.

"Saya kalau ada tentara Belanda lewat pura-pura jadi anak tidak normal. Mereka tidak curiga. Dan saya bisa melaporkan kegiatan dan keberadaan mereka ke tentara kita," jelasnya.

Selain menjadi mata-mata, Ngatimin juga mendapatkan tugas baru. Yakni memastikan senjata-senjata tentara Indonesia aman disembunyikan di wilayah musuh. Salah satunya yang disembunyikan di timur lapangan udara Panasan.

"Saya harus berusaha agar tidak tertangkap tentara Belanda. Bisa mati kalau ketahuan," katanya lagi.

Dalam perjalanan tugasnya, Ngatimin mengaku dikejar-kejar tentara Belanda. Bahkan ia harus bertahan hidup dengan makan seadanya atau bahkan tanpa makan apapun selama 20 hari persembunyian.

"Makan daun atau tak makan sudah biasa," tuturnya.

Ngatimin muda mengemukakan rasa bangganya bisa berjuang untuk membantu tentara Indonesia terbebas dari Belanda. Setelah tahun 1951 ia memutuskan untuk masuk sekolah rakyat yang ada di daerah Kecamatan Colomadu.

"Sampai sekarang saya tidak mendapat kabar apapun dari komandan saya. Bahkan saya tidak tahu namanya karena tidak pernah tanya, dan tidak bisa membaca," katanya.

ngatimin mantan pejuang kemerdekaan©2021 Merdeka.com

Di usia senja yang semestinya dipakai untuk beristirahat, Ngatimin tetap bekerja untuk membantu keluarga menyambung hidup dengan berjualan mainan. Pada momen peringatan HUT RI ke-76, ia bersama memperingati dengan upacara sederhana bersama keluarga di rumah.

"Saya tidak pernah lewat. Pasti ada upacara dan hormat bendera. Tahun kemarin di dekat UNS, besok rencananya di rumah sama anak-anak," ucapnya bangga.

Keinginan Jadi Anggota Veteran

Sebagai seorang yang ikut berjuang saat penjajah kembali merongrong kemerdekaan Indonesia, keinginan Ngatimin adalah menjadi anggota Veteran Indonesia. Namun hingga kini keinginan itu hanya sebatas cita-cita. Anak-anak Ngatimin yang sudah berusaha mengajukannya, masih terhalang sejumlah persyaratan.

"Saya pingin jadi anggota veteran, tapi belum dikabulkan. Syaratnya masih ada yang kurang. Kemarin sudah dibantu Mas Danar (pegiat sosial) ketemu Pak Ganjar (Gubernur Jateng Ganjar Pranowo). Moga-moga bisa dikabulkan," harapnya.

Pegiat sosial Agus 'Danar' Widanarko mengaku mengenal Mbah Min dalam beberapa tahun terakhir. Terutama setelah kisahnya perjuangannya viral di jagad maya. Menurutnya, Mbah Min adalah mantan pejuang kemerdekaan Indonesia perlu dicontoh.

Danar mengaku sudah mempertemukan Mbah Min dengan Ganjar, untuk mewujudkan mimpinya menjadi anggota Veteran. Ia pun menceritakan perjalanan Mbah Min sampai mendapatkan apresiasi gubernur hingga diundang ke Semarang.

"Awalnya saya lihat berita tentang Pak Min, penjual mainan yang mantan pejuang 45 di berita sosmed 2020 lalu. Saya trenyuh, karena saya dan istri pendongeng dan pecinta anak-anak maka kita mencoba menggalang dana untuk memborong semua mainan Pak Min di pas tanggal 17 Agustus 2020," ujarnya.

Pembelian seluruh dagangan itu dimaksudkan agar mbah Min bisa menikmati kemerdekaan. Tidak berjualan mainan saat peringatan HUT RI.

"Dan Alhamdulillah tembus sekitar Rp7-8 juta melalui alumni UNS FE angkatan 99 dan dari masyarakat dalam dua hari penggalangan dana. Kita serahkan pas tanggal 17 Agustus pagi sambil upacara bendera kecil kecilan saat itu di depan gapura UNS pas beliau jualan mainan," katanya.

Karena di saat itu banyak pedagang lainya dan anak-anak, ia pun membuatkan acara upacara bendera dengan inspektur upacara Mbah Min.

"Beliau bangga banget. Terus setelah itu saya kepikiran coba hubungi Pak Ganjar melalui Istagram beliau. Harapannya beliau bisa dapat apresiasi dan bisa ketemu," katanya.

Keinginan tersebut akhirnya terkabul. Menjelang Hari Pahlawan, ia mengantarkan mbah Min bertemu gubernur. Rasa senang, bahagia dan bangga terpancar dari wajah Mbah Min. Karena kisah perjuangannya mendapatkan apresiasi gubernur.

"Bahkan Pak Ganjar juga memborong mainan yang dibawa. Berupa pistol-pistolan mainan dari limbah kaleng dan lainnya," terangnya.

Danar menyampaikan, gubernur juga berjanji menghubungkan Mbah Min dengan Kepala Dinas Sosial Jateng dan Kesbangpol. Usai pertemuan tersebut Mbah Min pulang bersama rombongan ke Solo.

"Beliau senang sekali saat-saat bisa ketemu Pak Ganjar. Selain diberi bantuan, Pak Min senang akan dibantu masuk Veteran," pungkas Danar.

(mdk/cob)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur

Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur

Kisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.

Baca Selengkapnya
Tempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku

Tempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku

Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.

Baca Selengkapnya
Perlu Dikenali Orangtua, Kenali Tanda Anak Membutuhkan Pemeriksaan Mata

Perlu Dikenali Orangtua, Kenali Tanda Anak Membutuhkan Pemeriksaan Mata

Mengucek dan memicingkan mata merupakan ciri-ciri ketika anak butuh memeriksakan mata.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Bikin Komandan Ketawa, Babinsa TNI Nyetir Mobil Bawa Tas di Punggungnya 'Ini Tas Doraemon Dan'

Bikin Komandan Ketawa, Babinsa TNI Nyetir Mobil Bawa Tas di Punggungnya 'Ini Tas Doraemon Dan'

Momen Babinsa saat menyetir mampu membuat komandan TNI-nya tertawa melihat tas di punggungnya. Pengakuannya kocak.

Baca Selengkapnya
Cak Imin Curhat: Ada Kawan Saya 'Dibeli' Paslon Lain Sampai Lupa Punya Teman Bernama Muhaimin

Cak Imin Curhat: Ada Kawan Saya 'Dibeli' Paslon Lain Sampai Lupa Punya Teman Bernama Muhaimin

Cak Imin mengatakan, temannya beralih dukungan ke pihak lain lantaran telah diiming-imingi sesuatu.

Baca Selengkapnya
Di Tengah Guyuran Hujan Deras dan Basah Kuyup, Momen Komandan Brimob Beri Pesan Penting Kepada Tamtama dan Bintara

Di Tengah Guyuran Hujan Deras dan Basah Kuyup, Momen Komandan Brimob Beri Pesan Penting Kepada Tamtama dan Bintara

Kendati diguyur hujan deras, komandan hingga deretan anggota Brimob tak bergeming dan tetap berdiri tegak.

Baca Selengkapnya
Jelang Pensiun Prajurit TNI Ini Akan Jualan Es & Bakso, Begini Pesan Mendalam dari Komandan

Jelang Pensiun Prajurit TNI Ini Akan Jualan Es & Bakso, Begini Pesan Mendalam dari Komandan

Perwira TNI beri pesan mendalam ke anak buahnya yang akan masuk masa pensiun. Ternyata ada yang berencana jualan es dan bakso.

Baca Selengkapnya
Penampilan Kece Mantan Panglima TNI, Kenakan Jaket Kulit Hitam Hadiri Undangan Senior di AU

Penampilan Kece Mantan Panglima TNI, Kenakan Jaket Kulit Hitam Hadiri Undangan Senior di AU

Potret kece eks Panglima TNI hadiri undangan mantan Kasau.

Baca Selengkapnya
Menikmati Masa Pensiun Kegiatan Jenderal Dudung Lihat Burung dan Olahraga 'Usai Salat Subuh Tidur Lagi'

Menikmati Masa Pensiun Kegiatan Jenderal Dudung Lihat Burung dan Olahraga 'Usai Salat Subuh Tidur Lagi'

Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurachman memasuki masa pensiun dan menikmati hari-harinya dengan bertani dan beternak.

Baca Selengkapnya