Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kala Desa Ciwaru Kuningan Jadi Kota Darurat, Lindungi Cirebon dari Serangan Belanda

Kala Desa Ciwaru Kuningan Jadi Kota Darurat, Lindungi Cirebon dari Serangan Belanda Desa Ciwaru Kuningan. ©2022 YouTube Lebakherang TV/Merdeka.com

Merdeka.com - Pasca perundingan Linggarjati pada 10 hingga 15 November 1946, sejumlah perjanjian turut disepakati oleh tiga belah pihak yakni Belanda, Inggris dan Indonesia. Beberapa poin yang disahkan yakni mengakui kedaulatan beberapa wilayah Indonesia secara de facto, Belanda harus kembali ke negara asalnya serta membentuk negara persemakmuran RIS di bawah pimpinan Ratu Wilhelmina.

Sayangnya, kesepakatan itu tak berlangsung lama sampai akhirnya Belanda kembali berambisi untuk merebut Republik Indonesia lewat agresi militer ke-I pada 21 Juli – 5 Agustus 1947. Pelaksanaannya sendiri dipimpin oleh Gubernur Jenderal Johannes Van Mook.

Saat itu sejumlah wilayah di Jawa Barat turut menjadi sasaran hingga menimbulkan kekacauan seperti di karesidenan Cirebon (Indramayu, Majalengka dan Kuningan). Agaknya peristiwa ini membuat pusat pemerintahan ibu kota di sana terpaksa dipindahkan secara darurat ke wilayah Desa/Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan.

“Berdasarkan Keputusan Dewan Pertahanan Karesidenan Cirebon dan Brigade V Siliwangi, pada akhir Juli 1947 pusat pemerintahan Karesidenan Cirebon secara resmi pindah ke Ciwaru (Kabupaten Kuningan).” Mengutip laman historyofcirebon, (6/2).

Upaya Melindungi Masyarakat Karesidenan Cirebon

kuningan

Kuningan, Jawa Barat

©2022 Merdeka.com

Penetapan wilayah Kuningan, khususnya Ciwaru sebagai Ibu Kota Darurat Keresidenan Cirebon pada 27 Juli 1947 membuat arus pengungsian dari berbagai unsur, seperti pemerintahan, militer dan penduduk sipil di wilayah Cirebon berdatangan silih berganti.

Masyarakat sekitar turut menyambut baik peristiwa itu dengan merelakan rumah-rumah mereka untuk dijadikan tempat beristirahat serta barak pengungsian, termasuk dijadikan kantor pemerintahan sementara.

“Ciwaru mendadak dibanjiri pengungsi sebagian lagi menyebar ke desa di wilayah Kecamatan Ciwaru seperti Desa Citundun dan Desa Pabuaran yang sekarang menjadi Desa Linggajaya Kecamatan Karangkancana” tulis Rinaldo Pratama, dalam Kecamuk Revolusi Kemerdekaan di Kuningan, Jurnal Candrangkala, Universitas Negeri Jakarta (2018)

Warga Ciwaru Menyerang Belanda Diam-diam

Dalam melancarkan aktivitas pemerintahan karesidenan Cirebon di Ciwaru, Kuningan, sejumlah unsur masyarakat turut membantu pasukan Komando Brigade V Divisi Siliwangi pimpinan Letkol Abimanyu. Mereka bergerilya di perbukitan dan kawasan hutan, dekat Ciwaru untuk menumpas Belanda.

Adanya bantuan dari rakyat, membuat pasukan militer Indonesia serta divisi Siliwangi selalu memperoleh informasi mengenai keberadaan serta gerak gerik musuh yang bersenjata. Hal ini karena kepiawaian rakyat Ciwaru yang berada di sekeliling musuh dan bergaul dengan para pasukan Belanda.

Saat itu Belanda tidak mengetahui jika rakyat sipil Kuningan (Ciwaru) turut membantu pergerakan pejuang tanah air. Dengan bantuan itu, pintu menuju markas dan tempat tidur musuh akhirnya bisa diketahui guna mempermudah pasukan Siliwangi untuk menciptakan serangan tiba-tiba dari pejuang yang tidak berseragam.

Menjadi Desa Maju

Dipilihnya Ciwaru sebagai pusat pemerintahan darurat Karesidenan Cirebon membuat kawasan yang sebelumnya terpencil, dan tidak teraliri listrik menjadi maju. Rumah-rumah warga banyak yang berubah fungsi menjadi pusat-pusat adminstrasi.

Kecamatan Ciwaru yang saat itu dipimpin Soemarno (Dewan Harian Cabang Angkatan '45 Kabupaten Kuningan) terletak di kaki bukit Gunung Tilu dan berjarak sekitar 30 km sebelah tenggara kota Kuningan, atau sekitar 70 km sebelah selatan Kota Cirebon yang menjadi pusat pasukan Belanda.

Karesidenan Cirebon sendiri ketika itu dipimpin oleh Residen Hamdani, dengan Sekretarisnya Abdurahman. Beberapa pejabat juga turut menjalankan tugasnya dari Ciwaru seperti Kepala Bagian Umum Hartono Sugra, Komisaris Polisi Amanan, Bupati Kuningan Asikin Nitiatmaja, dan Wedana Luragung Abdul Saleh.

Pusat Karesidenan Cirebon sendiri kembali dipindahkan dari Ciwaru ke Cirebon pada tanggal 1 Januari 1950.

(mdk/nrd)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Asal-usul Kota Cirebon, Bermula dari Musala Kecil Tahun 1447

Sejarah Asal-usul Kota Cirebon, Bermula dari Musala Kecil Tahun 1447

Cirebon dulunya hanya sebuah musala kecil. Bagaimana kisahnya?

Baca Selengkapnya
Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM

Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM

Dulunya Kuningan merupakan wilayah permukiman dan kerajaan.

Baca Selengkapnya
Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Bukan Hanya di Jalan Raya, Baliho Caleg di Cirebon Marak Ditemukan di Area Kuburan

Bukan Hanya di Jalan Raya, Baliho Caleg di Cirebon Marak Ditemukan di Area Kuburan

Alat peraga kampanye milik peserta pemilu yang dipasang di area pemakaman umum dan median jalan melanggar aturan.

Baca Selengkapnya
Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya

Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya

Wilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai

Baca Selengkapnya
Sejarah Kurug, Pakaian Jawa Kuno yang Sudah Ada di Abad ke-10

Sejarah Kurug, Pakaian Jawa Kuno yang Sudah Ada di Abad ke-10

Dulu, busana ini memiliki makna yang digunakan hanya pada acara-acara formal. Namun, zaman telah berubah, kini telah melebur menjadi pakaian sahari-hari.

Baca Selengkapnya
Jalur Kereta Api Ciwidey-Pangandaran Diusulkan Kembali untuk Diaktifkan

Jalur Kereta Api Ciwidey-Pangandaran Diusulkan Kembali untuk Diaktifkan

Bey meyakini minat masyarakat menggunakan dua jalur tersebut akan tinggi mengingat wilayah Pangandaran, Ciwidey dan Bandung merupakan destinasi wisata unggulan.

Baca Selengkapnya
Potret Daerah Terluar Kerajaan Majapahit, Ada Situs Parwati yang Mengalirkan Air Suci

Potret Daerah Terluar Kerajaan Majapahit, Ada Situs Parwati yang Mengalirkan Air Suci

Daerah-daerah terluar kerajaan ini punya ciri khusus yang unik

Baca Selengkapnya
Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya

Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya

Kampung ini memiliki nuansa bersejarah yang kental.

Baca Selengkapnya