Merdeka.com - Begitu Belanda menjalankan agresi militernya yang ke-2, puluhan perwira yang baru lulus dari Akademi Militer Yogyakarta bergerak dengan berjalan kaki ke tempat-tempat mereka ditugaskan di Sumatera. Sempat diadang dan menjadi tawanan sekelompok milisi lokal.
Penulis: Hendi Jo
Pesawat Amphibi Catalina RI 006 yang memuat 50 perwira muda TNI lulusan Akademi Militer Yogyakarta mendarat di Tanjungkarang, Lampung. Mereka diberi kabar, militer Belanda sudah menyerang Yogyakarta, ibu kota Republik Indonesia. Berita buruk tersebut membuat rencana penyebaran para perwira ke seluruh Sumatera tersebut dipercepat.
Setelah berpamitan kepada Letnan Kolonel Syamaun Gaharu, dua hari kemudian mereka yang tidak ditempatkan di Tanjungkarang bergerak menuju pos-nya masing-masing. Mereka diberi bekal ala kadarnya. Tujuan pertama rombongan perwira pertama itu adalah Kotabumi.
"Dari Kotabumi-lah dimulai kisah perjalanan kaki mereka," ungkap sejarawan Moehkardi dalam Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Pisik 1945—1949.
Dari Kotabumi, mereka berjalan kaki sejauh 500 km ke Manna, wilayah pesisir selatan Sumatera yang terletak di Bengkulu. Lepas dari Manna, mereka menyusuri pantai hingga sampai ke Mukomuko.
Selanjutnya, long march diarahkan ke Kerinci lalu ke Sungaidareh dan menyambung langsung ke Bonjol lalu ke Hutanapan, daerah pedalaman ujung tenggara Sumatera Utara. Sampai di sini, rombongan perwira yang sejak Yogyakarta berjumlah 50 berkurang jadi sepuluh orang.
Begitu menginjakkan kaki di Sipirok, unit kecil perwira muda yang dipimpin oleh Letnan Satu H.A.K.I. Chourmain tersebut harus sudah menghadapi situasi yang sangat berbahaya. Syahdan di wilayah Tapanuli tengah, kala itu sedang terjadi permusuhan antara dua kekuatan bersenjata: pasukan Mayor Bedjo vs Barisan Harimau Liar (BHL) pimpinan A. Simarmata.
Ketika bertemu dengan Pasukan Bedjo, rombongan kecil para perwira muda itu tak mendapatkan masalah sama sekali. Namun saat mereka masuk wilayah BHL di Pasar Matanggor pada suatu malam, Simarmata yang berwajah seram itu memaksa mereka untuk tinggal.
"Saudara-saudara istirahat saja di sini, barang tiga atau empat hari. Saudara-saudara kelihatan lelah sekali," ujar pimpinan BHL, seperti dikisahkan Daud Sinjal dalam Laporan Kepada Bangsa Militer Akademi Yogya.
Rupanya selama tinggal di sarang BHL, Simarmata memanfaatkan juru rawat anggota Palang Merah yang ikut dengan rombongan perwira tersebut untuk mengobati sakit malaria-nya. Selain itu para anak buah Simarmata juga lewat cara setengah memaksa kerap meminjam barang-barang pribadi para tamunya.
Sebagai contoh, suatu hari salah seorang anak buah Simarmata meminjam sepatu Letnan Dua R.F. Soedirdjo. Besoknya giliran anak buah lain-nya meminjam jam tangan milik sang perwira. Semua itu dilakukan dengan alasan yang sama: untuk kepentingan patroli mengadang tentara Belanda.
"Tapi ya enggak ada yang dikembalikan lagi," ungkap Kolonel (Purn) Abdullah Amir Ranudirjo, rekan Soedirjo yang saat itu juga ada di situ.
Advertisement
Singkat cerita, sampailah waktu mereka untuk pamit kepada Simarmata. Saat menyampaikan niat itulah, Simarmata mencegah rombongan untuk jangan pergi dulu. Katanya, dia akan mengadakan 'pesta kecil' untuk melepas kepergian para perwira itu.
Yang terjadi kemudian, Simarmata muncul dengan penampilan siap perang lengkap dengan pengawalan satu regu pasukan bersenjata. Setelah menyilakan para perwira untuk menikmati hidangan kecil, secara demonstratif dia meletakan pistolnya di meja lalu berpidato dalam nada berapi-api.
"Apa betul saudara-saudara ini opsir-opsir dari Jawa?! Saya kira saudara-saudara adalah anak buah Bedjo. Apa buktinya kalau saudara-saudara adalah opsir-opsir dari Jawa?" katanya.
Demi merespon tantangan Simarmata itu, tampillah Letnan Dua Mohamad Hani. Kepada Simarmata dia menyodorkan foto pelantikan anak-anak Akademi Militer Yogya oleh Presiden Sukarno pada 28 November 1948.
Simarmata percaya. Namun dia meminta rombongan perwira mud aitu untuk meninggalkan senjata-senjata dan obat-obatan sebelum melanjutkan perjalanan ke Aceh.
"Saya berikan waktu setengah jam," ujarnya.
Alih-alih menjadi keder, para perwira muda itu malah menjadi geram. Letnan Satu Chaurmain yang tengah memegang tongkat berujung kampak besi dan berposisi persis dekat dengan Simarmata tampak giginya bergemertak. Dia lantas berbisik kepada Letnan Dua Soedirjo:
"Jok sirahe dekne tak kampak-e (ayo kepalanya kita kampak saja), paling-paling mati bareng…"
"Jangan-lah, nanti yang mati bukan kau saja. Semuanya pasti dibunuh, begitulah cara kerja laskar. Sudahlah, kasih saja. Nanti kita cari lagi," jawab Soedirjo dalam bahasa Jawa Banyumasan.
Akhirnya para perwira pun mengalah. Sambil menahan marah, mereka menyerahkan pistolnya masing-masing kepada Simarmata dan anak buahnya. Tapi untunglah, obat-obatan mereka persilakan untuk tetap dibawa.
Sebagai kompensasinya mereka 'merampok' barang-barang berharga milik para perwira seperti emas dan perhiasan lainnya. Alasannya, semua barang-barang itu akan mereka gunakan untuk 'modal perjuangan' melawan Belanda.
Advertisement
Cemeti Misterius di Pinggang Soeharto, Tak Pernah Lepas Saat Perang
Sekitar 14 Jam yang laluPrajurit Andjing NICA Ditembak Mati Kawan Sendiri Karena Bebaskan Ayah Komandan TNI
Sekitar 1 Hari yang laluKisah Lucu Anak Presiden Main Perang-Perangan di Istana, Bikin TNI Se-DKI Panik
Sekitar 2 Hari yang laluPresiden Sukarno Ungkap Hadiah Paling Seram dari Gadis Cantik, ini Isinya
Sekitar 2 Hari yang laluLanggar Pantangan Bicara Cabul, Prajurit TNI Tewas di Medan Perang
Sekitar 3 Hari yang laluKisah Lucu Kasal, Kasau & Kapolri Ngumpet Merokok, Takut Sama Panglima
Sekitar 3 Hari yang laluTaruna Akmil Apes, Orang Pakai Baju Lusuh Dikira Pembantu, Tahunya Jenderal TNI!
Sekitar 4 Hari yang laluDi Mata Anak Buah Saat Perang, Soeharto Seolah Kebal Peluru, Benarkah?
Sekitar 4 Hari yang laluMayor TNI Temukan Harta Karun Tentara Jepang di Bogor, Isinya Emas Permata
Sekitar 5 Hari yang laluTerungkap, Tukang Rokok di Depan Rumah Menteri Pertahanan Ternyata Intel
Sekitar 1 Minggu yang laluSosok Pengkhianat Terbesar China, Satu Negara Hancur Karena Serakah & Mesum
Sekitar 1 Minggu yang laluKisah Lucu Paspampres Refleks Lari Mengawal RI-1, Lupa Sedang Nikahkan Anak
Sekitar 1 Minggu yang laluTak Mau Hadiri HUT PKI, Jenderal Yani 'Gerilya' ke Jawa Barat, Ini Alasannya
Sekitar 1 Minggu yang laluMisi Rahasia Pilot Jet Tempur Rusia Bantu TNI Mengebom Militer Belanda
Sekitar 1 Minggu yang laluABG 16 Tahun Diperkosa 11 Orang, Polri: Harus Ditangani Sampai Tuntas
Sekitar 2 Jam yang laluFerdy Sambo Kirim Bunga-Surat buat Anaknya yang Ultah ke-22, 'Mba Trisha Kesayangan'
Sekitar 13 Jam yang laluVIDEO: Kronologi Polisi Tangkap Teroris KKB Papua Penembak Brimob
Sekitar 1 Hari yang laluMinim Bukti, Polisi Pelaku Persetubuhan Anak di Parimo Sulteng Belum Jadi Tersangka
Sekitar 1 Hari yang laluBegini Pesan Menohok Jenderal Bintang Dua ke Bintara Polisi Baru
Sekitar 1 Hari yang laluDuga Ada Kejanggalan, Keluarga Minta Kasus Tewasnya Bripka AS Ditarik ke Bareskrim
Sekitar 2 Hari yang laluKorban Penipuan Tiket Konser Coldplay Bertambah, Polda Metro Buru Pelaku
Sekitar 2 Hari yang laluLong Weekend, Polisi Terapkan Ganjil Genap di Jalur Puncak Bogor
Sekitar 2 Hari yang laluViral Ibu Hamil 3 Bulan Ngidam Naik Motor Patroli Polisi
Sekitar 2 Hari yang laluInnalillahi Wainnailaihi Rojiun, Jenderal Polri Eks Ajudan Wapres Ma'ruf Amin Berduka
Sekitar 2 Hari yang laluFerdy Sambo Kirim Bunga-Surat buat Anaknya yang Ultah ke-22, 'Mba Trisha Kesayangan'
Sekitar 13 Jam yang laluPesan Manis Sang Jenderal dan Istri dari Balik Jeruji di Hari Ultah Anak Perempuannya
Sekitar 14 Jam yang laluTerang-terangan Mahfud MD Sebut Ada Pejabat Bekingi Mafia, Singgung Rafael & Sambo
Sekitar 3 Hari yang laluSurvei Populi Center: Citra Polri Mulai Membaik Pascakasus Ferdy Sambo
Sekitar 4 Hari yang laluMenakar Peluang Kasasi Diajukan Putri Candrawathi, Mengurangi atau Perberat Hukuman?
Sekitar 1 Minggu yang laluMembaca Peluang Ferdy Sambo Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluSekuat Tenaga Ferdy Sambo Ingin Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluFerdy Sambo, Putri Candrawathi dan Kuat Maruf Ajukan Kasasi ke MA
Sekitar 1 Minggu yang laluBanding Ditolak PT DKI Jakarta, Agus Nurpatria Tetap Divonis Dua Tahun Penjara
Sekitar 3 Minggu yang laluGagah dan Tegap, Potret Tribrata Anak Ferdy Sambo Lulus Sekolah Taruna Nusantara
Sekitar 3 Minggu yang laluFerdy Sambo Kirim Bunga-Surat buat Anaknya yang Ultah ke-22, 'Mba Trisha Kesayangan'
Sekitar 13 Jam yang laluMenakar Peluang Kasasi Diajukan Putri Candrawathi, Mengurangi atau Perberat Hukuman?
Sekitar 1 Minggu yang laluMembaca Peluang Ferdy Sambo Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluSekuat Tenaga Ferdy Sambo Ingin Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluIntip Liburan Ronny Talapesy Pengacara Bharada E di Luar Negeri, Sosok Istri Disorot
Sekitar 1 Bulan yang laluPermohonan Banding Kandas, Ricky Rizal Tetap Dihukum 13 Tahun Penjara
Sekitar 1 Bulan yang laluFerdy Sambo Tak Hadir di Sidang Putusan Banding Vonis Mati
Sekitar 1 Bulan yang laluMinta Pasokan Serum dan Vaksin Antirabies, Viktor Laiskodat Telepon Menkes
Sekitar 1 Hari yang laluSudin KPKP Jakarta Selatan Gelar Vaksin Rabies Gratis untuk Cegah Penyakit Menular
Sekitar 3 Hari yang laluSkuad Persib Dijadwalkan Jalani Tes Medis Sebelum Arungi Liga 1 2023 / 2024
Sekitar 1 Jam yang laluLiga 1: Berkandang Sementara di Stadion Dipta, Arema FC Harap Ada Dukungan Suporter
Sekitar 4 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Dicky Budiman
Peneliti dan Praktisi Global Health Security Griffith University AustraliaMemaknai Pencabutan Status Darurat Kesehatan Masyarakat Covid-19
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami