Disebut Sebagai Pahlawan Perang Lasem, Ini Kisah Hidup Raden Panji Margono
Merdeka.com - Di Kelenteng Gie Yong Bio, Lasem, Rembang, terdapat altar yang cukup unik. Di atas altar itu, terpampang patung sesosok pria berpakaian ala Jawa. Oleh penduduk Lasem, pria itu dikenal dengan nama Raden Panji Margono. Di sana, dia dikenal sebagai pahlawan, khususnya saat Perang Kuning meletus antara pasukan gabungan Jawa-Tionghoa melawan pasukan VOC.
Saat Perang Kuning di Rembang meletus pada tahun 1742, Panji Margono maju ke medan perang menggunakan nama samaran Tan Pan Ciang. Dalam Kitab Babad Tanah Jawi, sosoknya disebut dengan nama Encik Macan.
Lalu seperti apa sosok Raden Panji Margono dan bagaimana perannya dalam medan Perang Kuning? Berikut selengkapnya:
Menolak Jadi Pemimpin Lasem
©Wikipedia.org
Raden Panji Margono adalah putra dari Adipati Lasem bernama Tejakusuma V. Sebelum meninggal dunia, ayahnya sebenarnya sempat mempersiapkan Raden Panji Margono untuk meneruskannya sebagai Adipati Lasem. Namun putranya itu ternyata lebih memilih menjadi pengusaha pertanian dan pelayaran. Akhirnya jabatan Adipati Lasem diteruskan oleh Oei Ing Kiat, sahabat karib Panji Margono.
Sebelum pertempuran itu, Raden Panji Margono memang sudah berteman akrab dengan Oey Ing Kiat. Saat Geger Pecinan meletus di Batavia tahun 1740, banyak pelarian orang-orang Tionghoa yang mencari tempat perlindungan pada berbagai daerah di pesisir Jawa. Sebagai orang Tionghoa, Oey Ing Kiat mengajak Panji Margono yang berasal dari kalangan pribumi untuk melindungi para pengungsi itu. Panji Margono pun akhirnya menyambut hangat ajakan dari sahabatnya.
Memimpin Pemberontakan Terhadap VOC
©2020 Istimewa
Bersama Oey Ing Kiat dan seorang pendekar kungfu Tan Kee Wie, Panji Margono memimpin pemberontakan terhadap VOC di Lasem. Dilansir dari Hiomerah.com, ketiga pemimpin itu kemudian menggelar upacara angkat saudara.
Setelah upacara itu, mereka kemudian menyerang tangsi VOC di Rembang dan Juwana. Dalam perang ini, Tan Kee Wie memimpin pasukan lewat laut, sementara Panji Margono dan Oey Ing Kiat memimpin pasukan lewat darat. Dalam melakukan serangan, mereka dibantu oleh pasukan Tionghoa dan Jawa dari Purwodadi.
Tewas di Medan Perang
©2020 buku Geger Pacinan @Penerbit Kompas
Setelah tangsi Juwana takluk, Panji Margono dan pasukannya kemudian menyerang Jepara. Dalam Kitab Babad Tanah Jawa, pertempuran ini disebut juga sebagai Perang Godo Balik. Penyerangan terhadap tangsi VOC di Jepara dimaksudkan sebagai batu loncatan untuk menyerang Semarang.
Menurut Alm. Sigit Witjaksono, sesepuh masyarakat Lasem, setelah menyerang Semarang, pasukan gabungan Jawa-Tionghoa itu dipukul mundur oleh VOC. Panji Margono dan Oey Ing Kiat tewas terkena peluru VOC di tengah pertempuran itu.
Dilansir dari Hiomerah.com, sebelum tewas di medan pertempuran, Panji Margono sempat mendengar berita kalau sahabatnya, Oey Ing Kiat, telah meninggal dunia. Dia kemudian mengamuk dengan Pedang Naga Gak Sow Bun. Namun karena kurang waspada, dia kemudian juga ikut terkena peluru dan jasadnya dimakamkan di puncak Gunung Bugel.
Dibuatkan Altar Khusus
©Wikipedia.org
Untuk memperingati jasa-jasa para pahlawan Perang Kuning, terutama Oey Ing Kiat, Tan Kee Wie, dan Raden Panji Margono, pada tahun 1780 masyarakat Lasem membangun kelenteng di Babagan yang kemudian diberi nama Gie Yong Bio.
Selain Oey Ing Kiat yang menjadi pemimpin Tionghoa Lasem, di kelenteng itu terdapat altar khusus bagi Raden Panji Margono. Di atas altar itu, terdapat patung seorang pria berpakaian Jawa yang digambarkan sebagai sosok Panji Margono. Oleh komunitas Tionghoa di Lasem, sosok Raden Panji Margono begitu dihormati sebagai orang Jawa-Muslim yang turut berjuang bersama melawan penjajah.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria ini Tiga Tahun Bekerja di Jepang Baru Bisa Mudik, Sampai Rumah Anaknya Bengong Diajak Salim
Tak terkira, sang putri justru nampak tertegun saat melihat sang ayah kembali.
Baca SelengkapnyaIntip Jalan-Jalan Ala Sang Jenderal Polri, Pose di Warung Telur Asin Hingga Naik Becak
Sejumlah tempat sederhana hingga menakjubkan dikunjunginya. Tak lupa, ada momen unik saat sang jenderal bersantai. Seperti apa?
Baca SelengkapnyaLihat Baret Seperti Tempe, Komandan Razia Polisi Remaja yang Akan IBL 'Kau Jangan Ganteng Sendiri'
Begini momen komandan razia baret anak buahnya saat akan IBL. Sampai sebut tempe dan tak rapi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Garang Bawa Pedang di Jalan, Tiga Remaja Tertunduk Lemas saat Bertemu Ibu usai Diciduk Polisi
Tiga remaja sok jago di jalanan tak berkutik saat digelandang ke Polsek Cibinong hingga ibu mereka dipanggil
Baca SelengkapnyaDemi Keamanan dan Suksesnya Pemilu 2024, Polwan Ini Jaga Kotak Suara Bareng Sang Anak
Demi keamanan Brigpol Siti Fatimah Yulius rela membawa sang buah hati menjaga kotak suara pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPria Ini Dulunya Pengawas Proyek hingga Koki Bergaji Besar, Pilih Pulang Kampung Bikin Terasi Khas Bojonegoro
Ide membuat terasi dilatarbelakangi kegemarannya makan sambal
Baca SelengkapnyaGara-gara Jualan Mi Ayam, TNI Sangar Asal Papua Berpangkat Kopral Ini Jago Bahasa Jawa
Kisah seorang prajurit TNI asal Papua fasih berbahasa Jawa karena pernah bantu tukang mi ayam.
Baca SelengkapnyaWajah Semringah Kapolri saat Kunjungi Rumah Kelahiran ‘Gimana Ceritanya Saya Dulu Waktu Lahir?’
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berkesempatan untuk bernostalgia sekalian berkunjung ke rumah kelahirannya di Maluku.
Baca SelengkapnyaPotret Kamar Pensiunan Jenderal Menantu Eks Panglima ABRI, di Dalamnya Ada Lemari Unik Bikin Melongo
Potret Kamar Pensiunan Jenderal Menantu Eks Panglima ABRI, di Dalamnya Ada Lemari Unik Bikin Melongo
Baca Selengkapnya