Deretan Jet Tempur Canggih Gigit Jari Batal Dibeli Indonesia Untuk TNI AU

Merdeka.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan akan membeli 42 jet tempur Rafale. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto telah menandatangani kontrak dengan Prancis.
Secara bertahap, pesawat tempur ini akan datang ke Indonesia. Dimulai dengan enam buah pesawat yang sudah disepakati.
Selain pembelian pesawat, terdapat juga penandatanganan nota kesepahaman antara Dassault Aviation dengan PT Dirgantara Indonesia, yang menyepakati pemeliharaan dan perbaikan pesawat tempur Prancis di Indonesia.
Rafale merupakan pesawat tempur segala peran (multirole atau Perancis menyebutkan sebagai omnirole) yang dioperasikan Prancis sejak 2004. Hingga 2018, Prancis mengoperasikan sedikitnya 132 unit Rafale untuk AU dan 48 unit untuk Angkatan Laut Prancis.
Pengganti F-5 Tiger
Pesawat Rafale ini akan digunakan oleh skadron-skadron TNI AU. Kementerian Pertahanan memang memfokuskan pengadaan pesawat tempur untuk menggantikan F-5 Tiger yang telah dipensiunkan dan hingga kini belum ada gantinya.
Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Fadjar Prasetyo menuturkan, TNI AU telah mengirimkan enam penerbang untuk menjalani latihan mengawaki pesawat jet tempur generasi 4,5 Rafale buatan Dassault Aviation yang dibeli Indonesia dari Prancis.
"Sudah kami kirim enam penerbang dan delapan orang teknisi ke Prancis untuk menjalani latihan," kata Fadjar
Sebagai pelengkap, Indonesia juga kemungkinan akan membeli Mirage 2000. Pesawat ini sama-sama berasal dari Prancis. Bisa menjadi pesawat transisi bagi pilot-pilot TNI AU sebelum menerbangkan Rafale.
Sebelumnya sejumlah pabrikan pesawat tempur gencar melobi pemerintah Indonesia. Namun dengan pemilihan jet tempur ini, kini mereka harus gigit jari. Apa saja pesawat tempur yang batal dibeli oleh Indonesia?
F-16 Viper
Indonesia sempat menjajaki pembelian F-16 Viper. Tahun 2019 lalu, Kepala Staf TNI AU Marsekal Yuyu Sutisna menyebutkan armada F-16 Viper Block 72/72 akan memperkuat armada militer udara.
Pilot-pilot TNI AU memang sudah akrab dengan F-16. Tidak perlu lagi persiapan banyak untuk menggunakan salah satu varian tertinggi pesawat produksi Lockheed Martin ini.
Pabrikan F-16 pun sudah merayu Indonesia agar kembali menggunakan produk mereka. Dalam website Lockheed Martin mereka telah memasang foto F-16 Viper, lengkap dengan cat loreng biru khas TNI AU.
Pesawat itu merupakan generasi paling baru dan paling mutakhir untuk TNI AU. Mereka juga menyebut seri F-16V Blok 72 itu adalah yang paling canggih di dunia saat ini.
Namun pembelian F-16 Viper tak pernah terjadi.
Sukhoi SU-35
Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia memutuskan untuk membeli Sukhoi SU-35 dari Rusia. Total Kemhan dan TNI berencana mendatangkan 11 jet tempur untuk menggantikan F-5.
"Dalam rapat terbatas, Presiden RI sudah memerintahkan agar pesawat tempur yang dibeli adalah Pesawat Sukhoi SU-35 yang siap tempur," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tahun 2017.
Mabes TNI mengatakan bahwa Pesawat Sukhoi SU-35 yang akan datang sudah sesuai dengan spek yang diajukan oleh Kasau, sudah siap tempur antara lain dilengkapi persenjataan Air to Air Missile, Air To Ground Missile, Bomb, Ground Suport Equipment, Simulator, Spare Part termasuk mesin cadangan.
Namun Sukhoi-35 batal mengangkasa di langit Nusantara. Tahun 2022 pembelian Sukhoi dibatalkan. Indonesia beralih pada Rafale dari Prancis.
SAAB Gripen
Salah satu pesawat yang sempat dilirik juga adalah SAAB Gripen.
Pabrikan jet tempur asal Swedia SAAB, memposting jet tempur Gripen buatannya dengan logo TNI AU. Ada empat desain yang dibuat. Mereka memang gencar melobi Indonesia untuk membeli jet tempur multiperan itu.
"Gripen untuk Indonesia. Kami telah membuat beberapa ide desain untuk Gripen dengan karakter Indonesia. Yang mana yang menjadi favorit Anda?" tulis SAAB di akun Facebooknya tahun 2019 lalu.
Gripen menggunakan yang dapat mendeteksi dan mengindentifikasi pesawat musuh dari jarak maksimum 120 kilometer.
Gripen dirancang sebagai senjata bertahan untuk melindungi dari serangan potensial. Gripen dirancang untuk digunakan pada landasan pacu pendek bahkan hanya 800 meter.
Harga pesawat multiperan ini ditaksir mencapai USD 69 juta atau setara dengan Rp 893 miliar. Selain Swedia, Jas 39 ini juga digunakan oleh Afrika Selatan, Thailand, Hungaria, Republik Ceko.
F-20 Tigershark
Di awal tahun 1980an, TNI AU menggunakan jet tempur F-5 Tiger buatan pabrikan Northrop Corp dari Amerika Serikat. Si harimau ini menggantikan F-86 Sabre dari Australia yang sudah usang.
Northrop saat itu tengah mengembangkan jet tempur baru yang lebih canggih yakni F-20 Tigershark. Sepintas bentuknya tak berbeda jauh dengan F-5 Tiger yang sudah familiar bagi para pilot TNI AU.
F-20 mempunyai keunggulan, biaya operasional murah dan perawatan yang mudah. Pesawat ini bisa disiapkan untuk lepas landas dengan waktu yang sangat singkat untuk kemudian memburu lawannya.
Si Hiu Macan dinilai cocok digunakan untuk negara berkembang dengan budget pertahanan yang terbatas. Indonesia pun awalnya tertarik untuk membeli.
Namun prototipe F-20 Tigershark beberapa kali mengalami kecelakaan. AS memilih F-16 masuk armadanya. Begitu juga Indonesia dan negara lainnya
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya


Survei Pilpres: 28,2% Rakyat Paling Suka Bantuan Tunai, 26,3% Pengobatan Gratis, 25,8% Dibagi Sembako
Survei Populi Center mencatat, masyarakat lebih senang Capres-Cawapres melakukan kegiatan sosial saat kampanye.
Baca Selengkapnya


Derita Insomnia Parah, Ashanty Putuskan Untuk Lakukan Ruqyah & Sempat Terapi ke Singapura
Sempat melakukan terapi di Singapura karena mengalami insomnia parah, Ashanty melakukan ruqyah
Baca Selengkapnya


Cantik dan Elegannya Mikha Tambayong Jadi Bridesmaid, Pakai Dress Merah yang Bikin Pangling
Saksikanlah kecantikan yang memukau dari Mikha Tambayong saat ia menjalani peran sebagai bridesmaid.
Baca Selengkapnya


Jokowi Tanggapi Pengakuan Agus Rahardjo soal Kasus e-KTP Setnov: Untuk Apa Diramaikan Itu?
Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara terkait pernyataan mantan Ketua KPK Agus Rahardjo yang diminta di untuk memberhentikan kasus e-KTP.
Baca Selengkapnya


Profil Doni Monardo, Jenderal Berdarah Kopassus Komandan 'Tempur' Lawan Covid Kini Tutup Usia
Mantan Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI (Purn) Doni Monardo tutup usia.
Baca Selengkapnya

Ilmuwan Ciptakan Robot dari Sel Manusia, Ini Tujuannya
Ada tujuan tertentu mengapa para ilmuwan ingin menciptakan robot dari sel manusia.
Baca Selengkapnya

Jenderal Maruli Kenang Sosok Doni Monardo sebagai Jagoan: Kalau Beliau Tegur, Bangga Sekali Kami
Kasad Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengenang Letjen TNI (Purn.) Doni Monardo sebagai sosok jagoan bagi para juniornya.
Baca Selengkapnya

Survei Pilpres: 28,2% Rakyat Paling Suka Bantuan Tunai, 26,3% Pengobatan Gratis, 25,8% Dibagi Sembako
Survei Populi Center mencatat, masyarakat lebih senang Capres-Cawapres melakukan kegiatan sosial saat kampanye.
Baca Selengkapnya

Mengenal Sejarah Jamu Jawa, Obat Tradisional Warisan Leluhur yang Kini Hampir Punah
Pemanfaatan jamu sebagai obat tradisional sudah dilakukan sejak era Kerajaan Mataram Kuno
Baca Selengkapnya

Dinosaurus Musnah 66 Juta Tahun Lalu Bukan Hanya Karena Asteroid yang Hantam Bumi, Ternyata Ada Penyebab Lain
Para ilmuwan berspekulasi ada kekuatan lain di Bumi yang menyebabkan dinosaurus punah, selain asteroid.
Baca Selengkapnya

Ganjar Dicurhati Ibu-Ibu di Kendari, Banyak Potensi Bisnis Tapi Sulit Dapat Modal
Warga di Kendari mengeluh ke Ganjar bahwa pelaku usaha masih sulit mengakses KUR.
Baca Selengkapnya

Pengungsi Rohingya dan Penolakan Warga Aceh
Pengungsi Rohingya kini mendapat penolakan dari warga Aceh. Pemerintah diminta bertindak tegas.
Baca Selengkapnya