Bekas Pemukiman "Londo Ireng", Begini Sejarah Kampung Afrika di Purworejo
Merdeka.com - Pada masa kolonialisme, Pemerintah Belanda tak hanya merekrut orang-orang dari negerinya untuk menjadi tentara yang mengawal keamanan di negeri jajahan. Dalam tugas ini, mereka juga merekrut orang-orang dari luar negeri mereka, salah satunya dari Afrika. Mengingat warna kulitnya yang hitam, saat bertugas mengawal keamanan di Jawa mereka mendapat julukan “londo ireng”.
Sebagai kelompok prajurit, bekas pemukiman londo ireng tersebar di berbagai kota. Di Purworejo, Jawa Tengah, ada sebuah daerah yang bernama Kampung Afrikan.
Dulunya, Kampung Afrikan merupakan sebuah kompleks perumahan peninggalan era pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang diperuntukkan bagi tentara bayaran yang didatangkan dari Benua Afrika.
Namun saat ini sudah tidak ada lagi keturunan Afrika yang tinggal di kampung tersebut. Lantas bagaimana sejarah kampung tersebut? Berikut selengkapnya:
Sejarah Kampung Afrikan
©Wikipedia.org
Dalam sebuah manuskrip yang ditemukan pada tahun 1986 milik seorang pensiunan tentara Belanda (KNIL) bernama Doris Land, diceritakan tentang sebuah kampung yang dihuni orang-orang Afrika di Purworejo.
Pada awalnya, para serdadu Afrika itu tinggal satu kampung dengan orang Jawa. Namun karena jumlah mereka semakin banyak, maka residen Bagelen memutuskan untuk memberikan wilayah khusus untuk para tentara itu.
Dilansir dari Ui.ac.id, pemusatan itu dilakukan untuk menghindari “salah paham” di antara orang Jawa dan Afrika mengingat orang Afrika memiliki sifat dan bahasa yang jauh berbeda dengan orang Jawa. Selain itu dengan memisahkan dengan orang Jawa, Pemerintah Hindia Belanda akan mudah memanggil mereka jika diperlukan untuk kembali berdinas.
Tujuan Dibangunnya Kampung Afrika
©Wikipedia.org
Pada abad ke-19, Pemerintah Hindia Belanda membeli sebuah tanah di Desa Pangenjuru Tengah khusus untuk serdadu dari Afrika. Masing-masing serdadu mendapat jatah tanah seluas 1150 meter persegi. Di atas tanah yang telah disediakan, mereka boleh membangun rumah atau bercocok tanam.
Dalam sebuah skripsi berjudul “Orang-Orang Afrika di Purworejo: Suatu Analisa Historis Sosiologis Latar Belakang dan Peranan Mereka”, pilihan Purworejo sebagai basis tempat tinggal orang-orang Afrika itu dikarenakan tempat itu merupakan pusat pemberontakan Perang Jawa (1825-1830). Oleh karena itu sebuah tempat tinggal bagi para tentara Afrika dibangun di sana agar pemberontakan serupa tidak terjadi lagi.
Apalagi bersamaan dengan itu, di Purworejo dibangun sebuah tangsi besar. Di sana ditempatkan tiga kelompok pasukan Afrika yang ironisnya pada tahun 1840 membuat panik Pemerintah Hindia Belanda karena pemberontakan bersenjata yang mereka lakukan.
Dijuluki "Londo Ireng"
©Wikipedia.org
Dilansir dari Ui.ac.id, Jenderal Oerip Soemohardjo punya kesan tersendiri terhadap anak-anak yang tinggal di Kampung Afrika pada tahun 1910. Ia mengatakan, anak-anak Afrika itu fasih berbahasa Belanda dengan baik tanpa aksen.
Oleh karena itu mereka menghina Oerip yang dianggap berbahasa antah berantah. Pada suatu malam Oerip dan teman-temannya menyerbu kampung itu dan mengejek anak-anak Afrika itu,“Londo ireng tuntel, irunge mentol, suarane bindeng!” (Belanda hitam, hidungnya besar, suaranya bindeng).
Karena kasus saling ejek ini ayah Oerip sampai dipanggil Kepala Desa dan di sana sudah hadir beberapa orang Afrika yang merasa dihina. Ayah Oerip berjanji akan memberi pelajaran pada anaknya dengan syarat anak-anak Afrika itu tak menghina Oerip lagi.
Kondisi Kampung Afrikan Kini
©YouTube/Ndaru Ndaru
Secara administratif, Kampung Afrikan berada di wilayah Kelurahan Pangen Juru Tengah, Kecamatan Purworejo. Setelah seratusan tahun berlalu, kini bekas Kampung Afrikan telah berubah menjadi perkampungan yang dipadati rumah-rumah penduduk.
Beberapa bangunan asli peninggalan Londo Ireng telah berganti kepemilikan. Bersamaan dengan itu, jejak-jejak keberadaan merekapun hilang.
Meskipun tak ada sisa-sisa dari keturunan Londo Ireng, rumah-rumah peninggalan mereka masih terjaga dengan baik. Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, Presiden Soekarno memang tidak mengizinkan ada warga Belanda yang menempati Indonesia, termasuk para Londo Ireng dan keturunannya.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca SelengkapnyaMenyusuri Kampung Kapitan, Tempat Tinggal Etnis Tionghoa Pertama Masa Kolonial di Palembang
Kawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaMengunjungi Klenteng Boen Bio Surabaya, Saksi Perlawanan Orang Tionghoa kepada Kolonial Jepang dan Belanda
Klenteng ini jadi saksi masa kejayaan orang Tionghoa di Kota Pahlawan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaMengunjungi Petilasan Mbah Joget Penari pada Masa Kolonial Belanda, Ada di Puncak Bukit Kota Semarang
Tempat itu biasa digunakan orang untuk bersemedi dan menenangkan diri.
Baca SelengkapnyaMangkuk Beling Zaman Romawi Ditemukan Masih Utuh Tidak Pecah, Usianya 2.000 Tahun
Arkeolog menemukan sebuah mangkok beling yang masih utuh berusia 2.000 tahun saat melakukan penggalian di kota Nijmegen, Belanda.
Baca SelengkapnyaCerita Sejarah Stasiun Tanjung Priok, Atapnya Mirip Stasiun Belanda dan Pernah Terbengkalai
Sekilas tentang Stasiun Tanjung Priok yang konon atapnya terinspirasi dari stasiun besar di Amsterdam.
Baca SelengkapnyaPeristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaJadi Hari Bersejarah Penyerahan Wilayah dari Pihak Belanda ke Tangan Indonesia, Begini Momen Haru Perundingan Wonosobo Tahun 1949
Pada momen itu, tentara militer Belanda berbondong-bondong menarik diri dari wilayah yang didudukinya
Baca Selengkapnya