Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Hassan Abdel Karim Nasrallah

Profil Hassan Abdel Karim Nasrallah | Merdeka.com

Barang kali ia yakin akan sebuah ungkapan bahwa agama Islam adalah agama yang disebarluaskan dengan hati sehingga sikapnya dalam memerangi kaum penjajah pun ditampilkan dengan lemah lembut dan bijaksana. Ia tidak menunjukkan ciri pemimpin yang menggebu-gebu dan anarkis dalam perang beberapa waktu lalau saat melawan Israel. Namun, ia menunjukkan sikap lemah lembut, bijaksana, dan rendah hati.

 

Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga miskin, Hassan Abdel Karim Nasrallah, berhasil tampil hingga menjadi Sekretaris Jenderal Hizbullah. Bermula saat dirinya bergabung dengan Amal, gabungan tentara militer, yang saat itu bertugas melawan kepungan Israel pada 1975. Sebentar saja bergabung dengan Amal, Nasrallah memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan Hizbullah, partai politik yang lebih radikal dengan Ayatullah Khumaeni sebagai pemimpinnya. 

 

Bergabung dengan Hizbullah, karir politik ayah dari empat orang anak ini mulai melaju. Dengan bahasa yang santun, suami dari Fatima Yassin ini kerap menyampaikan dukungan dan semangat pada para tentara yang dipimpinnya. Ia banyak terlibat dengan berbagai serangan yang melibatkan tentara Lebanon dan Israel. Bahkan, ia pun dikenal sebagai pemimpin yang aktif melancarkan serangan dan gencatan senjata pada tentara Israel yang menyebabkan Israel menarik seluruh tentaranya dari kawasan Lebanon pada tahun 2000. Dalam perang tersebut, Nasrallah kehilangan putra pertamanya, Hadi, yang tewas tertembak akibat gencatan senjata dengan tentara Israel. 

 

Pada tahun 2006, Israel menyerang Lebanon dengan menggunakan alasan penawanan dua tentara Israel oleh Hizbullah dalam suatu serangan lintas perbatasan. Hizbullah berencana untuk menggunakan penawanan ini untuk melakukan pertukaran tawanan untuk membebaskan warga Libanon dan Palestina yang ditahan Israel. Sebelumnya, Hizbullah memulai konflik dengan menyusup ke daerah Israel dan membunuh beberapa tentara Israel dan menawan dua diantaranya. Dalam konflik tersebut Israel membalas serangan dengan lebih kejam. Berbagai bom dikirimkan untuk menyerang Lebanon yang kontan saja membuat Hizbullah kelabakan dan akhirnya membalas dengan mengirimkan roket pada Israel. Pada gencatan senjata ini, Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert menyatakan bahwa pihaknya akan menarik seluruh bala tentaranya jika Hizbullah mengembalikan dua tentara Israel yang ditawan. Tak hanya itu, ia menyarankan agar Hizbullah menghentikan serangan roket yang menggempur Israel. Padahal, serangan tersebut bermula ketika Israel membom sebagian wilayah Lebanon dan dibalas oleh Hizbullah dengan serangkaian roket. 

 

Menanggapi komentar Olmert, Perdana Menteri Lebanon, Fuad Siniora, mengingatkan bahwa Israel seharusnya mundur karena konflik ini sebenarnya bermula dari Israel yang menduduki Lebanon dan membuat tumbuhnya Hizbullah. Ia menambahkan bahwa seharusnya Israel mengembalikan wilayah Sheeba Farms pada Lebanon sebelum tuntutannya untuk melucuti senjata Hizbullah tercapai.

 

Konflik tersebut sempat membuat khawatir negara Arab lainnya, namun, ditepis oleh Nasrallah ketika ia datang dan mengumumkan bahwa peperangan sebulan tersebut berhasil ia menangkan dan memukul mundur tentara Israel. Pada perang tersebut ribuan warga Lebanon tewas dan ratusan ribu di antaranya mengungsi.

 

Dalam beberapa pemberitaan, Nasrallah sejatinya mendukung adanya stabilitas di Lebanon dan berbagai negara lainnya yang bertujuan pada keadilan. Namun, sebaiknya, keadilan yang tercapai bukanlah keadilan berdasarkan hasil dari kedzaliman dan arogansi suatu negara, melainkan dari hasil perdamaian. Ia mencontohkan sikap Israel yang secara tiba-tiba mengagresi kawasan perdamaian yang ada di wilayah Lebanon, Palestina, dan Suriah. Padahal, jauh sebelumnya, tidak ada suatu bangsa yang memulai untuk mengagresi Israel. Hal inilah yang menyebabkan negara Arab risau atas tingkah Israel, toh Israel yang melakukan penjajakan, namun warga pemilik hak dan tanah yang harus menanggung akibatnya dengan bertaruh nyawa dan mengungsi pada tempat-tempat yang memungkinkan untuk sekedar bertahan hidup.

 

Riset dan Analisa: Atiqoh Hasan

Profil

  • Nama Lengkap

    Hassan Abdel Karim Nasrallah

  • Alias

    Nasrallah

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Sharshabouk camp in Karanteena, Beirut

  • Tanggal Lahir

    1960-08-31

  • Zodiak

    Virgo

  • Warga Negara

    Lebanon

  • Istri

    Fatima Yassin

  • Anak

    Hadi, Muhammad Al-Jawad, Zeinab, Muhammad Ali

  • Biografi

    Barang kali ia yakin akan sebuah ungkapan bahwa agama Islam adalah agama yang disebarluaskan dengan hati sehingga sikapnya dalam memerangi kaum penjajah pun ditampilkan dengan lemah lembut dan bijaksana. Ia tidak menunjukkan ciri pemimpin yang menggebu-gebu dan anarkis dalam perang beberapa waktu lalau saat melawan Israel. Namun, ia menunjukkan sikap lemah lembut, bijaksana, dan rendah hati.

     

    Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga miskin, Hassan Abdel Karim Nasrallah, berhasil tampil hingga menjadi Sekretaris Jenderal Hizbullah. Bermula saat dirinya bergabung dengan Amal, gabungan tentara militer, yang saat itu bertugas melawan kepungan Israel pada 1975. Sebentar saja bergabung dengan Amal, Nasrallah memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan Hizbullah, partai politik yang lebih radikal dengan Ayatullah Khumaeni sebagai pemimpinnya. 

     

    Bergabung dengan Hizbullah, karir politik ayah dari empat orang anak ini mulai melaju. Dengan bahasa yang santun, suami dari Fatima Yassin ini kerap menyampaikan dukungan dan semangat pada para tentara yang dipimpinnya. Ia banyak terlibat dengan berbagai serangan yang melibatkan tentara Lebanon dan Israel. Bahkan, ia pun dikenal sebagai pemimpin yang aktif melancarkan serangan dan gencatan senjata pada tentara Israel yang menyebabkan Israel menarik seluruh tentaranya dari kawasan Lebanon pada tahun 2000. Dalam perang tersebut, Nasrallah kehilangan putra pertamanya, Hadi, yang tewas tertembak akibat gencatan senjata dengan tentara Israel. 

     

    Pada tahun 2006, Israel menyerang Lebanon dengan menggunakan alasan penawanan dua tentara Israel oleh Hizbullah dalam suatu serangan lintas perbatasan. Hizbullah berencana untuk menggunakan penawanan ini untuk melakukan pertukaran tawanan untuk membebaskan warga Libanon dan Palestina yang ditahan Israel. Sebelumnya, Hizbullah memulai konflik dengan menyusup ke daerah Israel dan membunuh beberapa tentara Israel dan menawan dua diantaranya. Dalam konflik tersebut Israel membalas serangan dengan lebih kejam. Berbagai bom dikirimkan untuk menyerang Lebanon yang kontan saja membuat Hizbullah kelabakan dan akhirnya membalas dengan mengirimkan roket pada Israel. Pada gencatan senjata ini, Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert menyatakan bahwa pihaknya akan menarik seluruh bala tentaranya jika Hizbullah mengembalikan dua tentara Israel yang ditawan. Tak hanya itu, ia menyarankan agar Hizbullah menghentikan serangan roket yang menggempur Israel. Padahal, serangan tersebut bermula ketika Israel membom sebagian wilayah Lebanon dan dibalas oleh Hizbullah dengan serangkaian roket. 

     

    Menanggapi komentar Olmert, Perdana Menteri Lebanon, Fuad Siniora, mengingatkan bahwa Israel seharusnya mundur karena konflik ini sebenarnya bermula dari Israel yang menduduki Lebanon dan membuat tumbuhnya Hizbullah. Ia menambahkan bahwa seharusnya Israel mengembalikan wilayah Sheeba Farms pada Lebanon sebelum tuntutannya untuk melucuti senjata Hizbullah tercapai.

     

    Konflik tersebut sempat membuat khawatir negara Arab lainnya, namun, ditepis oleh Nasrallah ketika ia datang dan mengumumkan bahwa peperangan sebulan tersebut berhasil ia menangkan dan memukul mundur tentara Israel. Pada perang tersebut ribuan warga Lebanon tewas dan ratusan ribu di antaranya mengungsi.

     

    Dalam beberapa pemberitaan, Nasrallah sejatinya mendukung adanya stabilitas di Lebanon dan berbagai negara lainnya yang bertujuan pada keadilan. Namun, sebaiknya, keadilan yang tercapai bukanlah keadilan berdasarkan hasil dari kedzaliman dan arogansi suatu negara, melainkan dari hasil perdamaian. Ia mencontohkan sikap Israel yang secara tiba-tiba mengagresi kawasan perdamaian yang ada di wilayah Lebanon, Palestina, dan Suriah. Padahal, jauh sebelumnya, tidak ada suatu bangsa yang memulai untuk mengagresi Israel. Hal inilah yang menyebabkan negara Arab risau atas tingkah Israel, toh Israel yang melakukan penjajakan, namun warga pemilik hak dan tanah yang harus menanggung akibatnya dengan bertaruh nyawa dan mengungsi pada tempat-tempat yang memungkinkan untuk sekedar bertahan hidup.

     

    Riset dan Analisa: Atiqoh Hasan

  • Pendidikan

    • Najah School
    • Public School of Sin el-Feel

  • Karir

    • Sekretaris Jenderal Hizbullah

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya