Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Haryono Suyono

Profil Haryono Suyono | Merdeka.com

Haryono Suyono dilahirkan di Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 6 Mei 1938. Semasa kecilnya, Haryono diasuh kedua orang tuanya, Bapak Alimoeso dan Ibu Padmirah Alimoeso. Ayahnya adalah seorang guru SD yang kemudian berpindah-pindah dari satu desa pegunungan ke desa pegunungan lainnya di kawasan kabupaten Pacitan. Selama dua tahun pertama Haryono meneruskan pendidikannya pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.

Namun karena ada sesuatu dan lain hal, maka Haryono tidak sanggup meneruskan pendidikannya di Fakultas Kedokteran UGM dan pindah ke Jakarta mengikuti kakaknya dan meneruskan kuliah sebagai mahasiswa Ikatan Dinas pada Akademi llmu Statistik (AIS) Jakarta, suatu Akademi Kedinasan di bawah naungan Biro Pusat Statistik di Jakarta. Pendidikan kedinasan tersebut diselesaikannya dengan baik dalam waktu tiga tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan pada Akademi llmu Statistik Jakarta, maka pada tanggal 30 Agustus 1963 Haryono menikah dengan gadis cantik asli Betawi Astuti Hasinah dan kemudian dikaruniai empat orang anak.

Haryono sebagai salah seorang mahasiswa yang menonjol, antara lain karena selama mahasiswa dianggap giat sebagai Wakil Ketua kemudian Ketua Senat Mahasiswa AlS, maka Haryono mendapat kesempatan untuk ditunjuk menjadi Asisten dari DirekturAlS. Setelah itu Haryono mendapat kesempatan yang luas untuk bekerja pada Biro Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 1965 ditempatkan di DKI Jakarta sebagai Wakil Kanwil Kantor Sensus dan Statistik Propinsi DKI Jakarta. Pada tahun berikutnya Haryono dipercaya sebagai Pjs. Kanwil Kantor Sensus dan Statistik DKI tersebut. Haryono tidak lama menjabat pada posisi itu karena segera ditarik untuk memimpin suatu bagian baru, Bagian Konsultasi dan Humas Kantor Biro Pusat Statistik di pusat.


Pada jabatan inilah dia menyebarluaskan kesadaran statistik di berbagai Departemen dan Instansi pemerintah dan menggerakkan para wartawan untuk mengulas hasil-hasil survey, termasuk Survey Sembilan Bahan Pokok yang dilakukan setiap minggu oleh BPS. Setelah bekerja pada Biro Pusat Statistik (BPS) dari tahun 1963-1969, mulai bulan Mei 1969 Haryono mendapat kesempatan belajar ke luar negeri yaitu di University of Chicago di Amerika Serikat. Dalam waktu tiga tahun, 1969 - 1972, Haryono menyelesaikan tugas belajar itu dengan cepat, sehingga pendidikan S1, S2 dan S3- atau gelar Master dan Doktor dalam bidang Sosiologi dengan spesialisasi dalam bidang Komunikasi dan Perubahan Sosial serta Kependudukan dan Pembangunan dapat diselesaikannya dengan baik.


Setelah kembali ke tanah air Haryono bekerja lagi pada Biro Pusat Statistik (BPS) dan merangkap juga pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Akhirnya Haryono melekat dengan BKKBN dan menanjak kariernya sebagai Deputi untuk beberapa bidang dan kemudian dipercaya oleh Bapak Presiden Soeharto (waktu itu) untuk menjadi Kepala BKKBN pada tahun 1983. Sepuluh tahun berikutnya pada tahun 1993 Haryono diangkat dalam jabatan rangkap yaitu sebagai Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN pada Kabinet Pembangunan V.

Pada kabinet terakhir Presiden Soeharto yaitu Kabinet Pembangunan Vll, beliau masih dipercaya oleh pemerintrah dan diangkat sebagai Menko Kesra dan Taskin sekaligus merangkap Kepala BKKBN. Hingga saat ini, dedikasinya terhadap upaya untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat tak pernah kendor oleh beranjaknya umur. Dirinyapun dikenal sebagai Maestro Pemberdayaan Masyarakat sekaligus menyandang gelar sebagai Menko Kesra seumur Hidup.

Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic

Profil

  • Nama Lengkap

    Prof. DR. H. Haryono Suyono MA

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Pacaitan

  • Tanggal Lahir

    1938-05-06

  • Zodiak

    Taurus

  • Warga Negara

  • Biografi

    Haryono Suyono dilahirkan di Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 6 Mei 1938. Semasa kecilnya, Haryono diasuh kedua orang tuanya, Bapak Alimoeso dan Ibu Padmirah Alimoeso. Ayahnya adalah seorang guru SD yang kemudian berpindah-pindah dari satu desa pegunungan ke desa pegunungan lainnya di kawasan kabupaten Pacitan. Selama dua tahun pertama Haryono meneruskan pendidikannya pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.

    Namun karena ada sesuatu dan lain hal, maka Haryono tidak sanggup meneruskan pendidikannya di Fakultas Kedokteran UGM dan pindah ke Jakarta mengikuti kakaknya dan meneruskan kuliah sebagai mahasiswa Ikatan Dinas pada Akademi llmu Statistik (AIS) Jakarta, suatu Akademi Kedinasan di bawah naungan Biro Pusat Statistik di Jakarta. Pendidikan kedinasan tersebut diselesaikannya dengan baik dalam waktu tiga tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan pada Akademi llmu Statistik Jakarta, maka pada tanggal 30 Agustus 1963 Haryono menikah dengan gadis cantik asli Betawi Astuti Hasinah dan kemudian dikaruniai empat orang anak.

    Haryono sebagai salah seorang mahasiswa yang menonjol, antara lain karena selama mahasiswa dianggap giat sebagai Wakil Ketua kemudian Ketua Senat Mahasiswa AlS, maka Haryono mendapat kesempatan untuk ditunjuk menjadi Asisten dari DirekturAlS. Setelah itu Haryono mendapat kesempatan yang luas untuk bekerja pada Biro Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 1965 ditempatkan di DKI Jakarta sebagai Wakil Kanwil Kantor Sensus dan Statistik Propinsi DKI Jakarta. Pada tahun berikutnya Haryono dipercaya sebagai Pjs. Kanwil Kantor Sensus dan Statistik DKI tersebut. Haryono tidak lama menjabat pada posisi itu karena segera ditarik untuk memimpin suatu bagian baru, Bagian Konsultasi dan Humas Kantor Biro Pusat Statistik di pusat.


    Pada jabatan inilah dia menyebarluaskan kesadaran statistik di berbagai Departemen dan Instansi pemerintah dan menggerakkan para wartawan untuk mengulas hasil-hasil survey, termasuk Survey Sembilan Bahan Pokok yang dilakukan setiap minggu oleh BPS. Setelah bekerja pada Biro Pusat Statistik (BPS) dari tahun 1963-1969, mulai bulan Mei 1969 Haryono mendapat kesempatan belajar ke luar negeri yaitu di University of Chicago di Amerika Serikat. Dalam waktu tiga tahun, 1969 - 1972, Haryono menyelesaikan tugas belajar itu dengan cepat, sehingga pendidikan S1, S2 dan S3- atau gelar Master dan Doktor dalam bidang Sosiologi dengan spesialisasi dalam bidang Komunikasi dan Perubahan Sosial serta Kependudukan dan Pembangunan dapat diselesaikannya dengan baik.


    Setelah kembali ke tanah air Haryono bekerja lagi pada Biro Pusat Statistik (BPS) dan merangkap juga pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Akhirnya Haryono melekat dengan BKKBN dan menanjak kariernya sebagai Deputi untuk beberapa bidang dan kemudian dipercaya oleh Bapak Presiden Soeharto (waktu itu) untuk menjadi Kepala BKKBN pada tahun 1983. Sepuluh tahun berikutnya pada tahun 1993 Haryono diangkat dalam jabatan rangkap yaitu sebagai Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN pada Kabinet Pembangunan V.

    Pada kabinet terakhir Presiden Soeharto yaitu Kabinet Pembangunan Vll, beliau masih dipercaya oleh pemerintrah dan diangkat sebagai Menko Kesra dan Taskin sekaligus merangkap Kepala BKKBN. Hingga saat ini, dedikasinya terhadap upaya untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat tak pernah kendor oleh beranjaknya umur. Dirinyapun dikenal sebagai Maestro Pemberdayaan Masyarakat sekaligus menyandang gelar sebagai Menko Kesra seumur Hidup.

    Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic

  • Pendidikan

  • Karir

    • Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia
    • Ketua Yayasan Dana Sejahtera Mandiri

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya