Profil
Hans-Werner Sinn
Pria bernama lengkap Hans-Werner Sinn dilahirkan pada tanggal 7 Maret 1948. Dia adalah seorang ahli Ekonomi berkebangsaan Jerman yang lahir di Brake, Westphalia, Jerman. Selain dikenal sebagai ahli Ekonomi, Hans-Werner Sinn menjabat sebagai Presiden dari Ifo Institute for Economic Research.
Sebagai mahasiswa, Hans-Werner Sinn mengenyam pendidikan di University of Münster Jurusan Ekonomi. Dia mengais ilmu di sana dari tahun 1967 hingga 1972 hingga ia memperoleh gelar setingkat Sarjana (S1). Selanjutnya dia melanjutkan studinya di University of Mannheim hingga ia dinyatakan lulus dan mendapatkan gelar doktor di tahun 1978. Tidak hanya sampai bergelar doktor, Hans-Werner Sinn menempuh pendidikan akademik terakhirnya di University of Munich, Jerman, hingga ia berhasil bergelar profesor.
Hans-Werner Sinn, atau lebih dikenal dengan nama Sinn, telah menerbitkan banyak sekali artikel-artikel jurnal. Dia juga telah seringkali menulis dalam artikel koran dan memberikan interview koran. Tidak hanya di media cetak, dia pun sering menampakkan dirinya di acara / program-program televisi termasuk program talk show. Terhitung sebanyak lebih dari 20 artikel yang telah Sinn terbitkan di Jerman dan koran asing. Bukunya yang diterbitkan pada tahun 2003 berjudul ""Ist Deutschland noch zu retten?" telah memicu perbincangan menyangkut diskusi kebijakan di Jerman dan bahkan menjadi salah satu buku yang paling terkenal tentang monografi kebijakan publik hingga tercetak lebih dari 100.000 salinan. Buku tersebut berbahasa Jerman, namun buku karya milik Sinn telah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dengan judul "Can Germany be Saved?" dan diterbitkan oleh MIT Press pada tahun 2007.
Sinn dinobatkan oleh salah satu koran di Inggris, The Independent, sebagai satu di antara 10 orang yang paling berpengaruh dalam perubahan dunia pada tahun 2010. Tidak hanya itu saja, dia mendapat peringkat ke 62 dari 100 orang terkuat di Jerman dan menjadi no.1 dalam daftar para ahli ekonomi terpenting di Jerman oleh German Business weekly WirtschaftsWoche.
Riset dan analisis oleh: Giri Lingga Herta Pratama