Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

George Junus Aditjondro

Profil George Junus Aditjondro | Merdeka.com

George Junus Aditjondro yang lahir di Pekalongan, Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 1946 adalah seorang sosiolog asal Indonesia. Di penghujung tahun 2009, nama George Junus Aditjondro tiba-tiba muncul dan menjadi perbincangan media setelah penerbitan bukunya yang berjudul Membongkar Gurita Cikeas. Dalam buku itu, George antara lain menulis yayasan-yayasan yang memiliki kaitan dengan keluarga SBY. Yayasan-yayasan tersebut berperan memobilisasi dukungan politik dan ekonomi untuk pemilihan SBY. Dalam buku ini George juga mempertanyakan aliran dana dari Bank Century  yang disebut-sebut kalau dana talangan sebesar Rp 6,7 triliun untuk bank tersebut mengalir ke tim sukses kampanye Partai Demokrat dan pemenangan tim SBY-Boediono. 

Di awal karirnya, George pernah menjadi wartawan untuk koran Tempo. Pada sekitar tahun 1994 dan 1995 nama George Aditjondro menjadi dikenal luas untuk pertama kalinya setelah dia terang-terangan menyampaikan kritik terhadap pemerintahan presiden Soeharto mengenai kasus korupsi dan Timor Timur. Atas tindakannya ini, George harus meninggalkan Indonesia ke Australia dari tahun 1995 hingga 2002 karena dia mengalami pencekalan oleh rezim Soeharto pada bulan Maret 1998.

George juga sempat mengajar ilmu sosiologi di Universitas Newcastle, Australian sedangkan saat di Indonesia ia juga mengajar ilmu sosiologi di Universitas Kristen Satya Wacana. Sepulangnya dari mengajar di Australia tersebut, George kemudian mulai menulis beberapa buku yang akhirnya menjadi kontroversial. Sumber bukunya ini George kumpulkan dari internet, koran dan sumber-sumber lainnya.

Rentetan aktivitasnya kini menjadi sorotan publik. Aksi pencekalan yang dulu sempat menimpanya terulang kembali. Ini terjadi ketika dia hendak menghadiri sebuah lokakarya di Thailand pada bulan November 2006, dia dicekal pihak imigrasi Thailand yang ternyata masih menggunakan surat cekal yang dikeluarkan oleh presiden Soeharto pada tahun 1998. Pada akhir bulan Desember 2009, George kembali melakukan aksi mengejutkan setelah dirinya dituduh melakukan kekerasan saat peluncuran bukunya Membongkar Gurita Cikeas terhadap Ramadhan Pohan, seorang anggota DPR RI dari Partai Demokrat, yang kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.

Beberapa lama setelah peluncuran bukunya terakhir, Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan keprihatinannya atas isi buku tersebut.Buku itu juga sempat ditarik dari etalase toko walaupun pada saat itu belum ada keputusan hukum terhadap peredaran buku tersebut. Tidak berhenti sampai di sini, penulis kontoversional ini kembali dilaporkan ke pihak berwajib setelah dirinya melontarkan statement yang cukup kontroversial saat diskusi publik bertema Membedah Status Sultan Ground/Pakualaman Ground Dalam Keistimewaan Yogyakarta yang digelar di Auditorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dalam pernyataannya, George mengungkapkan jika Kraton itu hanyalah sekedar ‘Kera Ditonton’, “Jangan disamakan dengan Kerajaan Inggris, Keraton Yogyakarta hanya sekedar Keraton, Keraton itu ya Kera ditonton,” kata Aditjondro saat itu. Kontan saja statement yang dikeluarkan George membuat geram pihak keraton yang kemudian melaporkan George ke Polda DIY.

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

Profil

  • Nama Lengkap

    George Junus Aditjondro

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Pekalongan, Indonesia

  • Tanggal Lahir

    1946-05-27

  • Zodiak

    Gemini

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    George Junus Aditjondro yang lahir di Pekalongan, Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 1946 adalah seorang sosiolog asal Indonesia. Di penghujung tahun 2009, nama George Junus Aditjondro tiba-tiba muncul dan menjadi perbincangan media setelah penerbitan bukunya yang berjudul Membongkar Gurita Cikeas. Dalam buku itu, George antara lain menulis yayasan-yayasan yang memiliki kaitan dengan keluarga SBY. Yayasan-yayasan tersebut berperan memobilisasi dukungan politik dan ekonomi untuk pemilihan SBY. Dalam buku ini George juga mempertanyakan aliran dana dari Bank Century  yang disebut-sebut kalau dana talangan sebesar Rp 6,7 triliun untuk bank tersebut mengalir ke tim sukses kampanye Partai Demokrat dan pemenangan tim SBY-Boediono. 

    Di awal karirnya, George pernah menjadi wartawan untuk koran Tempo. Pada sekitar tahun 1994 dan 1995 nama George Aditjondro menjadi dikenal luas untuk pertama kalinya setelah dia terang-terangan menyampaikan kritik terhadap pemerintahan presiden Soeharto mengenai kasus korupsi dan Timor Timur. Atas tindakannya ini, George harus meninggalkan Indonesia ke Australia dari tahun 1995 hingga 2002 karena dia mengalami pencekalan oleh rezim Soeharto pada bulan Maret 1998.

    George juga sempat mengajar ilmu sosiologi di Universitas Newcastle, Australian sedangkan saat di Indonesia ia juga mengajar ilmu sosiologi di Universitas Kristen Satya Wacana. Sepulangnya dari mengajar di Australia tersebut, George kemudian mulai menulis beberapa buku yang akhirnya menjadi kontroversial. Sumber bukunya ini George kumpulkan dari internet, koran dan sumber-sumber lainnya.

    Rentetan aktivitasnya kini menjadi sorotan publik. Aksi pencekalan yang dulu sempat menimpanya terulang kembali. Ini terjadi ketika dia hendak menghadiri sebuah lokakarya di Thailand pada bulan November 2006, dia dicekal pihak imigrasi Thailand yang ternyata masih menggunakan surat cekal yang dikeluarkan oleh presiden Soeharto pada tahun 1998. Pada akhir bulan Desember 2009, George kembali melakukan aksi mengejutkan setelah dirinya dituduh melakukan kekerasan saat peluncuran bukunya Membongkar Gurita Cikeas terhadap Ramadhan Pohan, seorang anggota DPR RI dari Partai Demokrat, yang kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.

    Beberapa lama setelah peluncuran bukunya terakhir, Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan keprihatinannya atas isi buku tersebut.Buku itu juga sempat ditarik dari etalase toko walaupun pada saat itu belum ada keputusan hukum terhadap peredaran buku tersebut. Tidak berhenti sampai di sini, penulis kontoversional ini kembali dilaporkan ke pihak berwajib setelah dirinya melontarkan statement yang cukup kontroversial saat diskusi publik bertema Membedah Status Sultan Ground/Pakualaman Ground Dalam Keistimewaan Yogyakarta yang digelar di Auditorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

    Dalam pernyataannya, George mengungkapkan jika Kraton itu hanyalah sekedar ‘Kera Ditonton’, “Jangan disamakan dengan Kerajaan Inggris, Keraton Yogyakarta hanya sekedar Keraton, Keraton itu ya Kera ditonton,” kata Aditjondro saat itu. Kontan saja statement yang dikeluarkan George membuat geram pihak keraton yang kemudian melaporkan George ke Polda DIY.

    Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

  • Pendidikan

  • Karir

    • Sosiolog
    • Wartawan Tempo

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya