Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Serunya, berpetualang menjelajah Negeri Bollywood!

Serunya, berpetualang menjelajah Negeri Bollywood! Sungai Gangga. ©2013 Merdeka.com/Febrianti Diah Kusumaningrum

Merdeka.com - Beruntung saya pergi ke India setahun yang lalu, sebelum peristiwa gang rape meledak seperti sekarang. Jadi, saat itu yang ada di pikiran saya cuma perasaan penasaran karena akan mengeksplorasi negara baru yang juga menjadi pengalaman pertama saya ke luar negeri.

Pesawat yang saya tumpangi mendarat dengan mulus sekitar pukul 22.30 waktu India di Indira Gandhi International Airport. Gaya norak saya langsung muncul ketika melihat betapa besar, modern, dan canggihnya bandara nomor satu di India itu. Bandara di Cengkareng saja kalah apalagi bandara Juanda yang berlabel internasional tetapi minim fasilitas itu.

Begitu keluar dari pesawat, saya langsung disambut udara dingin India yang kebetulan kala itu sedang musim dingin (bulan Januari). Saya yang hanya beramunisi jaket kulit dan sepatu boots tentu saja kewalahan dengan hal ini. Maka saya pun langsung cepat-cepat melangkahkan kaki menuju bagian imigrasi dan kemudian mengambil bagasi saya.

"What will you do here?" tanya bapak petugas imigrasi dengan muka yang sangat tidak ramah dan logat India yang kental.

"Mmmm..volunteering.." jawab saya sedikit gugup. Udara dingin dan tatapan matanya yang penuh selidik bukanlah kombinasi yang bagus saat itu.

"Where?" tanyanya lebih tegas.

"Jalandhar, North India".

"Are you sure you won't go for study here? Because your visa is valid only for 3 months. You have business visa."

"Yes, I am sure," jawab saya sedikit ngotot.

"Because if you get caught, we will take you back to your country," katanya sambil memberi stempel visa di passport saya dan kemudian melemparnya. Mendapati reaksi petugas bandara yang sangat tidak ramah, saya berusaha cuek dan tidak mengindahkannya.

Awalnya, saya pikir suhu udara di dalam bandara sudah cukup dingin untuk membuat saya menggigil tidak karuan, namun nyatanya saat saya berjalan memasuki shuttle bus - yang akan membawa saya ke Jalandhar - udara bersuhu 3 derajat langsung menusuk tulang. Saya langsung merapatkan jaket dan syal yang melingkari leher dan terus berjalan menuju shuttle bus, mengikuti petugas bus.

Untuk tiket bus, saya harus merogoh kocek USD 25 atau sekitar Rp 278.125. Jika saya di Indonesia, dengan uang segini saya bisa naik bus kelas VIP dengan beragam fasilitas yang super nyaman. Namun di India, saya hanya mendapatkan sebuah bangku bus yang keras dan harus menempuh perjalanan selama 8 jam. Ditambah lagi, saya harus mengangkat dan memasukkan koper saya sendiri ke bagasi belakang. Baiklah, saya tidak mau manja. Tetapi, tidak bolehkah saya mengeluh karena telah membayar mahal untuk ini?!

"Kamu sadar gak, cuma kita berdua yang cewek di dalem bis ini," kata Nara, teman seperjalanan saya.

Saya memandang berkeliling dan menemukan ada belasan mata pria India yang sedang memelototi kami. Kala itu, saya hanya bisa membaca doa dalam hati, sambil berusaha membuang pikiran negatif yang memenuhi pikiran. Bagaimana kalau saya jadi korban bla.. bla.. bla.. dan kemudian berakhir jadi headline di Indian Times? Kekhawatiran itu bahkan sempat mampir di otak saya.

Di tengah perjalanan, sambil terus membaca doa, saya memutuskan untuk mengintip ke balik jendela bus. Pandangan saya terhipnosis oleh wajah New Delhi yang sesungguhnya. Wajah New Delhi yang modern ternyata hanya berhenti sampai pintu tol keluar bandara. Setelah itu, wajah-wajah kusam yang mencoba untuk berbenah diri itu muncul. Di satu sisi, saya melihat gedung-gedung tinggi. Di sisi lain, saya melihat pemandangan para tunawisma yang harus tidur di pinggir jalan dengan anjing-anjing liar yang tampak nyalang. Sungguh miris. Ditambah lagi, ada puluhan kendaraan bobrok yang terlihat suka mengobral klakson. Sungguh bukan pemandangan yang menyejukkan mata.

Saya pun terlelap sejenak dan kemudian merasakan pedal rem diinjak. Si supir lalu berteriak dengan bahasa India yang sama sekali tidak saya mengerti artinya. Saya hanya memandanginya, sambil sibuk menjelaskan dengan bahasa Tarzan bahwa saya tidak mengerti bahasa India. Untungnya, percakapan konyol itu hanya berlangsung sementara, setelah seorang lelaki muda berwajah lumayan tampan mau menjelaskan apa maksud dari supir itu kepada saya.

"Bilang dong kalo nyuruh turun buat transit.." kata saya sambil melewati supir bus berkumis lebat.

"Ademeeee!!!" teriak saya dalam bahasa Jawa. Saya langsung lari ke dalam restoran dan kemudian memesan segelas kopi panas yang langsung berubah dingin di tengah musim dingin dini hari.

Di tengah kenikmatan menyeruput kopi panas, si kondektur kembali berteriak-teriak dalam bahasa India yang kemudian dengan sigap diterjemahkan oleh translator ganteng itu. Dia mengatakan bahwa perjalanan ke Jalandhar masih sekitar 6 jam lagi dan kami harus berganti bus yang lebih kecil.

Di dalam bus lagi-lagi hanya saya dan Nara yang berkelamin perempuan. Selebihnya, sekitar 10 orang berjenis kelamin pria dengan wajah seram dan badan kekar. Saya cuma bisa komat-kamit membaca doa.

Normalnya, New Delhi ke Jalandhar hanya memakan waktu 8 jam. Tetapi entah kenapa perjalanan ini molor hingga lebih dari 8 jam. Dan si translator ganteng (yang saya lupa namanya) bilang bahwa bus berkali-kali harus berhenti untuk membetulkan ban yang bocor karena si supir terlalu ugal-ugalan saat mengemudi.

Ngobrol ngalur-ngidul ini pun berlangsung selama sisa perjalanan saya hingga akhirnya bus memasuki sebuah kota yang lebih kecil dari New Delhi dan berhenti di agen bus yang saya tumpangi.

"Welcome to Jalandhar. They are friendly people but don't make friends with them..." itulah pesan terakhir si translator, yang ternyata sempat menamatkan studi di Australia dan kini kembali ke India. Saya penasaran apakah maksud dari perkataannya.

Namun, kata terakhirnya adalah sesuatu yang bikin saya sangat amat penasaran. "It's India..." katanya, menandaskan.

Ikuti terus laporan perjalanan saya di India dan temukan rahasia menarik tentang Negeri Bollywood.

(mdk/des)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Masih Ingat dengan Pemeran Si Cemong? Kini Potretnya Bak Artis Hollywood Usai Diduga Jalani Oplas, Bikin Pangling

Masih Ingat dengan Pemeran Si Cemong? Kini Potretnya Bak Artis Hollywood Usai Diduga Jalani Oplas, Bikin Pangling

Masih ingat dengan pemeran Si Cemong yang curi perhatian. Kini sosoknya bak artis Hollywood.

Baca Selengkapnya
Sejarah 14 Maret 1931: Perilisan Bersejarah Alam Ara, Film Bersuara Pertama di India

Sejarah 14 Maret 1931: Perilisan Bersejarah Alam Ara, Film Bersuara Pertama di India

“Alam Ara” adalah film bersejarah dalam industri perfilman India karena merupakan film bersuara pertama di negara tersebut.

Baca Selengkapnya
Deretan Seleb Hollywood yang Disebut Punya Masalah Bau Badan Meski Miliki Wajah Rupawan

Deretan Seleb Hollywood yang Disebut Punya Masalah Bau Badan Meski Miliki Wajah Rupawan

Bau badan adalah salah satu mimpi terburuk bagi siapa pun yang mengalaminya, termasuk para artis Hollywood.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Para Artis Bollywood Rayakan Idul Fitri Bareng Keluarga Meski Beda Keyakinan, Tetap Kompak dan Saling Menghormati

Para Artis Bollywood Rayakan Idul Fitri Bareng Keluarga Meski Beda Keyakinan, Tetap Kompak dan Saling Menghormati

Mereka suka cita menyambut hari raya umat Islam setelah satu bulan berpuasa.

Baca Selengkapnya
Kisah Wong Bersaudara, Pelopor Produksi Film Fiksi Pertama dan Terpanjang Masa Hindia Belanda

Kisah Wong Bersaudara, Pelopor Produksi Film Fiksi Pertama dan Terpanjang Masa Hindia Belanda

Tiga bersaudara dari etnis Tionghoa ini cukup aktif dan terkenal di dunia perfilman era Hindia Belanda sekaligus pendiri dari The Great Wall Productions.

Baca Selengkapnya
Penjelasan Kemenlu Soal Mahasiswi Asal Jakarta Meninggal Tertimpa Pohon Seberat 10 Ton di Australia

Penjelasan Kemenlu Soal Mahasiswi Asal Jakarta Meninggal Tertimpa Pohon Seberat 10 Ton di Australia

Mahasiswi bernama Alifia Soeryo, tewas tertimpa batang pohon seberat 10 ton

Baca Selengkapnya
8 Aktor Hollywood dengan Tubuh Pendek, Bukti Tinggi Badan Tak Jadi Halangan

8 Aktor Hollywood dengan Tubuh Pendek, Bukti Tinggi Badan Tak Jadi Halangan

Tinggi badan tidak menghalangi beberapa aktor ini untuk meraih banyak kesuksesan dan keberuntungan selama bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya
Heboh Penemuan Tupai Raksasa di India dengan Bulu Berwarna Pelangi

Heboh Penemuan Tupai Raksasa di India dengan Bulu Berwarna Pelangi

Kehebohan muncul di India akibat penemuan Tupai Raksasa Malabar, disebut 'tupai pelangi' karena bulu berwarna. simak selengkapnya disini!

Baca Selengkapnya