Seribu filosofi kehidupan di balik pangsit China, kuliner khas Imlek

Minggu, 22 Januari 2017 14:06 Reporter : Tantri Setyorini
Seribu filosofi kehidupan di balik pangsit China, kuliner khas Imlek Jiaozi, pangsit tradisional China. © Asian food hub

Merdeka.com -
Setiap jenis pangsit memiliki makna tersendiri. Saat perayaan musim semi sebaiknya tidak menyantap pangsit isi sauerkraut (sejenis acar kubis), karena dianggap makanan orang susah. Bisa mempengaruhi kesuksesan di tahun-tahun mendatang. Tetapi melahap pangsit isi kubis dan radish (lobak mini) merupakan tradisi saat Imlek. Konon, makanan ini dipercaya bisa menjadikan kulit cerah dan pikiran tenang.

makanan khas imlek

Sup pangsit, hidangan Imlek di Hotel Horison Ultima, Malang. ©2017 Tantri Setyorini

Beberapa warga Tionghoa membuat pangsit dengan menyelipkan berbagai simbol kehidupan di dalamnya. Sehelai benang putih untuk melambangkan umur panjang, sementara koin tembaga merupakan simbol kekayaan. Siapapun yang menyantapnya akan memperoleh keberuntungan sesuai dengan makna masing-masing benda yang diselipkan.

Pangsit harus dibuat dengan jumlah lipatan yang banyak. Jika terlalu datar, lagi-lagi dianggap mirip orang susah. Tak hanya isi dan bentuknya yang harus diperhatikan. Penyajian pangsit juga harus mengikuti aturan tertentu. Harus disusun berderet, agar hidup orang yang memakannya senantiasa maju. Jika disusun melingkar, kehidupan orang yang memakan bakal berputar-putar di tempat. [tsr] SEBELUMNYA

Baca juga:
Saingi restoran mewah, kedai 'streetfood' ini dapat Michelin Star!
Tak pakai bahan langka, tapi mi kuah ini dijual sampai 4 juta Rupiah
Uniknya es krim Kim Jong-un buatan China
Heboh, tagihan makan di restoran ini mencapai Rp 86 juta

Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini