Sang pembela buruh migran Indonesia

Merdeka.com - Yap Thiam Hien Award tahun 2014 ini diberikan kepada Anis Hidayah yang mengabdikan hidupnya untuk memperjuangkan nasib buruh migran Indonesia. Saat ini, Anis Hidayah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Migrant Care sejak Mei 2004.
Anis Hidayah terpilih sebagai peraih Yap Thiam Hien Award 2014 oleh Dewan Juri yang terdiri dari Dr. Makarim Wibisono (Diplomat Senior), Prof. DR. Siti Musdah Mulia, M.A., APU (Dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof. Dr. Saparinah Sadli (Guru Besar Psikologi UI), Drs. Maria Hartiningsih (Jurnalis Senior Kompas), Dr. Aidir Amin Daud, S.G. M.H, DFM (Dirjen HAM, Kementerian Hukum dan HAM RI), Haris Azhar (Direktur KontraS) dan Dr. Todung Mulya Lubis (Ketua Yayasan Yap Thiam Hien) pada Sidang Dewan Juri yang dilaksanakan tanggal 27 November 2014.
Proses penentuan peraih Yap Thiam Hien Award 2014 diawali dengan mengumpulkan kandidat yang dihimpun dari masyarakat luas. Anis merupakan salah satu kandidat dari 44 nama yang dikirimkan kepada Dewan Juri. Alasan pokok Dewan Juri memilih Anis Hidayah karena kegigihannya yang melampaui batas dalam memperjuangkan buruh migran Indonesia.
-
Apa penghargaan yang didapat Anatya? Pada usia 11 tahun, Anatya sukses mendapatkan penghargaan sebagai Pemeran Anak-Anak Terbaik di ajang Indonesian Movie Actors Awards 2021.
-
Kapan AHY menerima penghargaan? Agus Yudhoyono, yang baru saja dianugerahi Bintang Mahaputera Nararya oleh Presiden Jokowi, tampak didampingi oleh Annisa Pohan.
-
Siapa yang menerima penghargaan tersebut? Penghargaan langsung diterima oleh Muhammad Toha Fauzi, Direktur Operasi I Brantas Abipraya di Hotel Bidakara, Jakarta.
-
Siapa yang mendapat penghargaan? Menurut laporan dari The Korea Times pada Jumat (1/11/2024), anggota ASTRO ini menerima penghargaan dari Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata dalam ajang Korea Popular Culture and Arts Awards 2024.
Bermula dari perhatiannya terhadap lingkungan di mana ia tinggal di Bojonegoro yang merupakan salah satu basis perekrutan buruh migran di Indonesia, ia kemudian memulai kiprahnya sebagai aktivis semenjak masih berstatus mahasiswa. Dari sekelumit pengalamannya itu Anis semakin timbul kesadaran dalam dirinya bahwa penipuan dan penganiayaan terhadap pada TKI di luar negeri dari tahun ke tahun
Hal inilah yang kemudian mendorong Anis dan rekan-rekan aktivis lainnya untuk membela mereka yang tertindas. Diawali dengan berdirinya Solidaritas Perempuan pada tahun 1998-1999 sebagai wadah para mantan buruh migran dan aktivis mahasiswa untuk dapat aktif mengadvokasi kasus penganiayaan dan pemerkosaan.
Setelah lulus dari Universitas Jember di tahun 2001, ia sempat melanjutkan pendidikan S2 Hukum Internasional di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Namun sampai saat ini belum sempat menyelesaikan tesisnya karena ia harus kembali ke Jakarta untuk bertemu berbagai organisasi buruh migran. Ia berkonsentrasi pada advokasi buruh migran atas kesadarannya sendiri.
"Saya datang ke Jakarta di awal tahun 2000-an untuk mengerjakan studi lapangan saya. Dan ternyata saya menyadari bahwa tesis saya tidak ada artinya jika kondisi buruh migran semakin memburuk," kata Anis.
(mdk/des)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya