Merdeka.com - Setelah insiden meledaknya reaktor nuklir di Fukushima, Jepang, tahun lalu, supermarket di Fukushima pun kembali menjual seafood untuk yang pertama kalinya. Meskipun makanan laut yang dijual hanya sebatas gurita dan siput laut, namun warga tampak antusias memborong seafood itu.

Gurita dan whelk, sejenis siput laut, dipilih untuk dijual pertama kalinya karena sudah lolos tes dan dinyatakan bebas dari kontaminasi radiasi nuklir. Kedua seafood tersebut ditangkap pada hari Jum'at kemudian direbus terlebih dahulu sehingga lebih awet sebelum diperiksa kadar radiasinya. Setelah itu, semua makanan laut yang lolos dari kontaminasi diobral di hari Senin waktu setempat.

"Rasanya renyah waktu aku menggigitnya, dan enak juga," kata Yasuhiro Yoshida yang mengawasi bagian seafood di supermarket York Benimaru di kota Soma, Fukushima.

Seperti yang dilansir dari NY Daily News (26/06), Jepang dihantam tsunami pada 11 Maret tahun lalu dan memicu ledakan reaktor nuklir di Fukushima. Beberapa jenis makanan laut pun tidak dijual di sana karena takut akan adanya kontaminasi radiasi.

Flounder, sea bass, dan ikan lain khas Fukushima pun belum bisa dijual karena hal serupa. Warga Fukushima sendiri menunggu keputusan pemerintah yang tengah menguji kadar berbahaya dalam seafood dan itu memang memerlukan proses yang lumayan lama.

Nobuyuki Yagi, seorang profesor dari University of Tokyo mempelajari industri perikanan setelah bencana. Ia menuturkan kekhawatiran mengenai bisnis penjualan ikan di Fukushima tergantung pada jenis ikan yang tidak menyimpan elemen radioaktif.

Bukan hanya industri perikanan, di bidang pertanian pun ada beberapa masalah yang dihadapi warga Fukushima. Setiap biji beras yang dipanen harus diteliti sebelum bisa dijual. Produk makanan Fukushima seolah ternoda, sehingga konsumen ragu untuk membelinya atau bahkan mengucilkan produk makanan tersebut.