Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Kepulauan Seribu

merdeka.com
Geser ke atas untuk membaca
Maverick tracker for readpage-cover
Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Wisatawan saat mengunjungi situs Benteng Martello yang berada di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta (3/9). Pulau Kelor merupakan salah satu gugusan Kepulauan Seribu yang menjadi saksi bisu kekejaman Belanda terhadap pejuang Indonesia pada masa penjajahan. Pulau bernama asli 'Kerkhof' yang berarti pemakaman ini memiliki sebuah bangunan silindris, yakni Benteng Martello yang konon selain untuk pertahanan juga digunakan sebagai tempat eksekusi mati para tahanan Belanda.

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Menurut sejarah, Benteng Martello dibangun oleh kolonial Belanda pada abad ke-17 sebagai benteng terdepan menangkal serangan Portugis di Batavia dan digunakan untuk menaruh meriam besar yang dapat diputar 360 derajat.

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Selain eksekusi mati, Pulau Kelor juga digunakan kolonial Belanda sebagai tempat mengubur para tahanan politik dan pejuang Indonesia yang dihukum mati pada zaman penjajahan. Kuburan tersebut dikenal sebagai kuburan Kapal Tujuh yang diambil dari "Peristiwa Kapal Tujuh" (Zeven Provincien). Namun, hingga kini tidak ada satupun jejak nisan sebagai pertanda kuburan di pulau ini.

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Lokasi eksekusi mati diduga kuat dilakukan di dalam Benteng Martello. Dugaan ini terlihat dari dua buah ring besi yang masih menempel tepat di atas pintu utama benteng. Kemungkinan kedua tangan para tahanan dirantai sebelum dieksekusi.

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Benteng yang memiliki tiga lantai ini rusak karena abrasi air laut dan gempa Jakarta pada tahun 1966, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 juga menambah kerusakan pada bagian luar benteng.

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Wisatawan saat bermalam di dekat Benteng Martello, Pulau Kelor, Jakarta (2/9).

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Meskipun menyimpan sejarah kelam masa penjajahan Belanda, Pulau Kelor belakangan semakin ramai dikunjungi wisatawan, baik dari Jakarta maupun luar kota.

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Perairan Kepulauan Seribu terlihat dari jendela Benteng Martello, Pulau Kelor (3/9).

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Sisa bangunan dari Benteng Martello di Pulau Kelor (3/9).

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Gaya arsitektur Benteng Martello mirip dengan Benteng Mortella di Corsica.

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Wisatawan saat berada di dalam Benteng Martello (2/9).

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Pantai berpasir putih dan air laut yang relatif bersih menjadikan Pulau Kelor sebagai salah satu destinasi favorit di Kepulauan Seribu.

Menelusuri jejak eksekusi mati zaman kolonial Belanda di Pulau Kelor

Tampak dari kejauhan perahu mengantarkan wisatawan ke Pulau Kelor, Kepulauan Seribu (3/9).