Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Tradisi Merdi Bumi di tanah Cilacap

Tradisi Merdi Bumi di tanah Cilacap

Budaya Indonesia

merdeka.com
Geser ke atas untuk membaca
Maverick tracker for readpage-cover
Tradisi Merdi Bumi di tanah Cilacap

Ratusan warga Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap melaksanakan selamatan Merdi Bumi atau sedekah bumi, Jum'at (31/3). Dalam selamatan ini gunungan hasil bumi, 100 tenong (bakul bundar) diarak dan ditanggap ronggeng yang memiliki kaitan sejarah dengan tokoh pengembang desa di masa lampau yakni Pangeran Suranegara putra Adipati Ayah. Acara Merdi Bumi dilakukan setiap tahun usai panen raya saat Jumat kliwon sebagai ungkapan syukur pada Tuhan.

Tradisi Merdi Bumi di tanah Cilacap

Gunungan setinggi 3 meter dengan bobot lebih dari 2 kuintal dibuat warga Desa Jetis sebagai simbol berbagai hasil pertanian mereka.

Tradisi Merdi Bumi di tanah Cilacap

Pujiarti (kiri) dan Turawiarti (Kanan), penari ronggeng mendapat kehormatan dalam selamatan merdi bumi. Secara khusus dalam selamatan Merdi Bumi menanggap ronggeng sebagai bagian ritus kesuburan. Ronggeng di masa silam menjadi kegemaran kesenian dari Pangeran Suranegara merayakan panen raya.

Tradisi Merdi Bumi di tanah Cilacap

Dalam arakan selamatan merdi bumi, barisan depan yakni penari ronggeng dan tetua setempat yang berkendara andong. Sementara di urutan kedua, gunungan hasil bumi dipanggul oleh warga.

Tradisi Merdi Bumi di tanah Cilacap

Sebelum acara selamatan dimulai, para tetua dan pelaku kesenian ronggeng memanjatkan doa di makam Pangeran Suranegara. Doa ini sebagai penghormatan atas jasa Suranegara mengembangkan desa di masa silam.

Tradisi Merdi Bumi di tanah Cilacap

Ronggeng membawakan dua tarian yakni Sekar Gadung sebagai pembuka selamatan dan tarian eling-eling sebagai penutup selamatan.

Tradisi Merdi Bumi di tanah Cilacap

Akhir selamatan, tenong yang dibawa warga saling ditukar dan mereka makan bersama sebagai bentuk kenduri. Kenduri ini sebagai pesan pada warga untuk tetap melestarikan gotong royong dalam mengolah pertanian.