Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

G30S

merdeka.com
Geser ke atas untuk membaca
Maverick tracker for readpage-cover
Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Pascaperistiwa Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu) yang juga dikenal dengan Gerakan 30 September, massa antiKomunis menyerbu gedung-gedung yang berhubungan erat dengan PKI, salah satunya yang diberangus adalah Kantor CC.

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Tampak dari depan sebuah gedung usang yang diketahui dahulu merupakan Kantor Central Comite (CC) Partai Komunis Indonesia (PKI) di Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (30/9/2020). Pada 8 Oktober 1965, beberapa ribu Pemuda Ansor (pemuda partai Nahdlatul Ulama) membakar habis kantor pusat PKI di Jalan Kramat," tulis Victor M Fic dalam Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi Tentang Konspirasi (2005).

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Setelah diberangus oleh massa, bekas Kantor CC PKI ini pernah digunakan sebagai asrama tentara, Kantor Departemen Maritim, serta kantor Menteri Pariwisata Joop Ave meski hanya beberapa bulan. Kemudian gedung bernomor 81 tersebut dibeli oleh pengusaha dan rencananya dijadikan restoran, namun tak pernah terlaksana hingga dipenuhi semak belukar.

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

ampak dari depan gedung usang yang dahulu diketahui pernah digunakan sebagai Kantor surat kabar Harian Rakyat di Jalan Pintu Besar Selatan, Jakarta, Rabu (30/9/2020). Harian Rakyat merupakan media massa yang pertama kali terbit pada 31 Januari 1951 dengan Njoto sebagai dewan redaksi dan sejumlah tokoh penting PKI seperti DN Aidit yang turut mengelola surat kabar tersebut.

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Dalam rentang 1957-1961, Harian Rakyat kerap diberedel oleh pemerintah karena terlalu konfrontasi sehingga dinilai dapat mengganggu stabilitas politik di Indonesia. Hingga pada 3 Oktober 1965, "Harian Rakyat bertekuk lutut dan berhenti terbit. Tidak hanya bubar, semua anggota partai dan aktivis yang mendukung Harian Rakyat diburu, ditangkap, dipenjarakan dan dibunuh." menurut Rhoma Dwi Aria dan Muhidin M. Dahlan dalam Lekra Tak Membakar Buku (2008). Kini, gedung tersebut dibiarkan begitu saja dan dijadikan sebagai lapak pelukis jalanan.

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Tampak dari depan gedung DPD DKI Partai Golkar yang berdiri di atas lahan yang dahulu diketahui sebagai kediaman Ketua CC PKI DN Aidit di Jalan Pegangsaan Barat, Jakarta, Rabu (30/9/2020). Menurut tulisan Salim Said dalam bukunya Dari Gestapu Ke Reformasi (2013), menyatakan lahan tersebut pernah menjadi kediaman Ketua PKI sekaligus Wakil Ketua MPR DN Aidit bersama keluarga yang kemudian diambil alih tentara pasca Gerakan 30 September dan dihibahkan kepada Golkar.

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Tampak dari depan Gedung Tri Dharma Widya berdiri di atas lahan yang dahulu diketahui pernah digunakan sebagai pusat kegiatan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) di Jalan Cidurian, Cikini, Jakarta, Rabu (30/9/2020). Menurut Salim Said dalam buku GESTAPU 65: PKI, Aidit, Soekarno, dan Soeharto (2015), Markas Lekra Jalan Cidurian 19, Cikini, Jakarta Pusat adalah rumah milik Oey Hay Djoen, bersama istrinya Jane Luyke. Rumah mereka kemudian diambil-alih tentara. Rumah Oey tak jauh dari pondokan Letkol Untung ketika bertugas di Cakrabirawa. Saat ini di bekas gedung tersebut ada Gedung Tri Dharma Widya. Anggota Lekra yang terkenal adalah Pramoedya Ananta Toer.

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Tampak dari depan Gedung Universitas Trisakti berdiri di atas lahan yang dahulu pernah digunakan Universitas Res Publica (Ureca) di Jalan Kyai Tapa, Jakarta, Rabu (30/9/2020). Universitas Res Publica pada 15 Oktober 1965 menjadi sasaran kerusuhan hingga dibakar oleh massa pasca Gerakan 30 September karena dituduh sebagai antek PKI. Ureca kemudian diambil alih oleh Yayasan Trisakti di bawah pimpinan LPKB dan mengubah nama menjadi Universitas Trisakti.

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Warga berjalan melintasi Musala Al Hikmah dan deretan permukiman yang dahulu diketahui pernah menjadi Kantor Dewan Nasional Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) di Jalan Kramat V, Jakarta, Rabu (30/9/2020). Selain Pemuda Rakyat (PR) SOBSI menjadi salah satu sasaran utama tentara karena dinilai sebagai onderbouw penting PKI. Setelah diambil alih, saat ini kantor tersebut berubah menjadi sebuah musala dan permukiman warga yang sebagian bangunan lama masih terjaga.

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Tampak dari depan sebuah restoran cepat saji berdiri di atas lahan yang dahulu diketahui sebagai Kantor Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) di Jalan Matraman, Jakarta, Rabu (30/9/2020). Menurut Amurwani Dwi Lestariningsih dalam Gerwani: Kisah Tapol Wanita di Kamp Plantungan (2011), kantor Gerwani terletak di Jalan Matraman Nomor 51, Jakarta. Letaknya di seberang jalan Toko Buku Gramedia Matraman. Alamat itu sekarang menjadi Rumah Makan Padang Sederhana.

Jejak Bisu 'Kiri' Usai Gerakan 30 September

Suasana lalu lintas di depan Ruko Bukit Duri Plaza yang dahulu diketahui merupakan lahan untuk penjara simpatisan PKI dan Gerwani, Bidara Cina, Jakarta, Rabu (30/9/2020). Pasca meletus Gerakan 30 September, Gerwani yang memperjuangkan kesejahteraan perempuan dan anak-anak itu pun turut menjadi korban salah tangkap Corps Polisi Militer (CPM). Para gadis termasuk ketua Gerwani Umi Sarjono dan Sekjen Gerwani Kartinah yang berada di Jakarta ditangkap dan lalu dipenjara di Rumah Tahanan Wanita Bukit Duri yang kini menjadi kawasan ruko. “Saya dijebloskan ke Bukit Duri. Saya tidak pernah tahu kenapa saya dipenjara," ujar Kartinah kepada Fransisca Ria Susanti dalam Kembang-Kembang Genjer (2006).