Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Betawi

merdeka.com
Geser ke atas untuk membaca
Maverick tracker for readpage-cover
Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Kelompok Tanjidor Putra Mayang Sari saat tampil di pawai budaya. Semarak alunan musik tiup terdengar antik memeriahkan suasana Ibu Kota pada pagi itu. Sautan nada tuba, trombone, sousaphone serta iringan musik tabuh seakan menghanyutkan waktu kembali ke masa lalu. Barisan rombongan ini terlihat kompak dengan pakaian adat khas Betawi, mengingatkan Jakarta tempo dulu, merekalah kelompok musik Tanjidor, kesenian yang melegenda di Batavia.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Tak banyak anak milenial saat ini mengenal Tanjidor, musik akulturasi dari bangsa Portugis sejak abad ke-19 ini perlahan lenyap ditelan budaya modern. Sebagian masih ada tercatat di buku pelajaran kesenian, hanya melengkapi literasi pendidikan, teralih gempuran modernisasi dan teknologi.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Sofyan memainkan Sousaphone. "Saat ini cuma ada tiga grup Tanjidor yang masih bertahan." Jawab Sofyan (49), pimpinan Sanggar Putra Mayang Sari saat membuka percakapan di kediamannya di bilangan Cijantung. Kelompok musik Tanjidor tersebut antara lain berada di Kalisari, Jagakarsa, dan sanggar yang dipimpinnya.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Sofyan saat menabuh Tanji. Ayah tiga anak ini mengungkapkan sejarah musik Tanjidor menurut pengalaman berkesenian yang ia tekuni. Kata Tanjidor berasal dari bahasa Portugis, yakni 'Tangedor'.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Bingkai foto kelompok Tanjidor Putra Mayang Sari saat di bawah pimpinan Baba Marta. Namun, seiring waktu masyarakat Betawi kala itu lama kelamaan akrab menyebut Tanji yang ditabuh berbunyi Dor. "Tanji atau bass drum itu yang membedakan kita (Tanjidor) dari marchingband Eropa karena terbuat dari kulit kambing." Tambah Sofyan sembari menunjukkan bunyi tanji.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Kelompok Tanjidor Putra Mayang Sari saat tampil di pawai budaya. Sanggar Tanjidor Putra Mayang Sari sendiri telah berdiri sejak 1948 di bawah pimpinan Engkong Njaat, kala itu lebih dikenal dengan sebutan Tanji Njaat. Sofyan merupakan generasi ketiga di kelompok Tanjidor ini, meneruskan wasiat dari ayahnya, Marta bin Njaat yang wafat pada 2019 lalu.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Alat musik Tanjidor. Sofyan mengenal musik Tanjidor pada usia 10 tahun, belajar dari sang ayah dan anggota lain di sanggar ini dan kemudian ikut berkeliling memenuhi tanggap dari yang punya hajat. Biasanya Tanjidor tampil untuk memeriahkan sebuah jamuan tamu, pesta pernikahan, sunatan, dan pawai.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Kelompok Tanjidor Putra Mayang Sari melakukan persiapan sebelum tampil. Saat ini Sanggar Putra Mayang Sari memiliki 20 anggota yang kebanyakan adalah anggota keluarga, kerabat dekat, dan tetangga sekitar.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Sofyan saat merawat alat musik. Alat musik Tanjidor di sanggar ini masih mempertahankan pakemnya dengan ciri khas Tanji berkulit kambing, tambur, simbal perkusi, sousaphone, tuba, piston, klarinet, trombone, bariton dan terompet. Kosistensi dan kekompakan membuat sanggar ini kerap memenangkan festival Tanjidor pada masa itu.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Sejumlah piagam penghargaan diperlihatkan. Meskipun tantangan menghadapi serbuan budaya modern semakin keras, pria yang keseharian berprofesi sebagai karyawan swasta ini tetap teguh merawat dan melestarikan musik Tanjidor serta mengajarkan ke anak-anaknya. "Saya hanya memegang teguh wasiat dari Baba, tetap jagain musik Tanjidor jangan sampe hilang." Terang Sofyan. "Tanjidor itu musik kehidupan masyarakat Betawi yang mendatangkan kebahagiaan." Tambahnya.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Kelompok Tanjidor Putra Mayang Sari saat tampil di pawai budaya. Sofyan berharap pemerintah, khususnya Dinas Kebudayaan lebih memperhatikan musik Tanjidor dengan memberikan wadah bagi para seniman Betawi untuk melestarikan budaya dan keseniannya, tidak hanya sebatas kepentingan acara tahunan saat HUT DKI Jakarta saja. "Jangan sampai nasib Tanjidor masuk ke koleksi museum atau seperti ondel-ondel yang terpaksa cari nafkah di jalanan." Tutupnya.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Sejumlah Piala Festival yang berhasil diraih Kelompok Tanjidor Putra Mayang Sari.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Kelompok Tanjidor Putra Mayang Sari saat tampil di pawai budaya.

Melanggengkan Tanjidor di Tanah Betawi

Kelompok Tanjidor Putra Mayang Sari berpose saat berfoto bersama dalam pawai budaya.