Profil
Ellen Johnson Sirleaf
Ellen Johnson Sirleaf terlahir dan tumbuh besar dari keluarga dengan budaya Americo-Liberian yang cukup kental, kendati tak ada setetes darah Americo-Liberian pun yang menetes dari kakek dan nenek moyangnya. Hal ini disebabkan eratnya lingkungan ayah dan ibunya dengan budaya Americo-Liberian. Ayahnya diadopsi oleh keluarga Americo-Liberian dan ibunya juga diadopsi oleh sebuah keluarga Americo-Liberian yang cukup menonjol pada masanya. Johnson Sirleaf memutuskan untuk menempuh pendidikan tingginya di bidang ekonomi dan akuntansi di College of West Africa dan setelah itu memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat bersama suaminya, James Sirleaf, untuk melanjutkan pendidikannya.
Setelah lulus dari Madison Business College di Wisconsin, Ellen Johnson Sirleaf mendedikasikan masa awal karirnya bagi pemerintah Liberia. Dia sempat diasingkan oleh rezim militer di negaranya pada tahun 1980 dan kembali pada tahun 1985 untuk menggalakkan kampanye anti rezim militer yang membuatnya sekali lagi harus terdepak dari negaranya sendiri. Wanita yang dijuluki The Iron Lady ini kembali ke Liberia dan akhirnya berhasil terpilih sebagai presiden di pemilihan umum 2005. Dia pun menjadi wanita Afrika pertama yang terpilih sebagai presiden di seantero Afrika.
Keberhasilan Ellen Johnson Sirleaf ketika memenangkan pemilihan umum 2005 diawali dengan perjuangannya untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Taylor yang menjabat sejak tahun 1997. Johnson Sirleaf bahkan sempat dituduh melakukan pengkhianatan oleh Presiden Taylor. Kampanyenya mengenai perkembangan ekonomi dan pemberantasan korupsi dan perang saudara mengantarkannya pada kemenangan di pemilihan umum 2005 dan menjadikannya presiden wanita kulit hitam pertama di dunia. Semua perjuangan Johnson Sirleaf bagi kemanusiaan pun membuahkan penghargaan berupa Nobel Perdamaian pada tahun 2011. Dia menjadi salah satu dari tiga wanita penerima Nobel Perdamaian tahun itu.
Riset dan Analisa: Karnia Putri Pangestu
Last Update: 14:10 22/11/2013