Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Effendi Choirie

Profil Effendi Choirie | Merdeka.com

Ahmad Effendy Choirie, pria kelahiran Gresik, 17 Juni 1963,  ini merantau ke Jakarta untuk memenuhi cita-cita menjadi orang besar. Dia tergoda ke Jakarta karena percaya banyak tokoh besar nasional yang bergelut di ibukota.

Setiba di Jakarta, tahun 1983 dia diterima kuliah di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Al Aqidah. Dia juga aktif di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dari sana dia banyak tokoh nasional yang dikenalnya. Ini menjadi kebanggaan sekaligus melambungkan fantasinya.
Lulus kuliah, dia memutuskan menjadi wartawan. Alasannya sederhana, dia percaya banyak politikus besar yang pernah menjadi wartawan.

Awalnya dia mendapat pos liputan di MPR/DPR RI. Selain itu, dia yakin dengan menjadi wartawan harapan unsur-unsur yang terkandung dalam cita-cita menjadi muballigh atau dai kondang serta jadi guru negeri bisa terangkum. Melalui media, dia dapat berdakwah, amar maruf nahi mungkar, mendidik, menyampaikan kabar atau informasi melalui tulisan. Menjadi wartawan tidak hanya sekedar mencari uang guna menyambung hidup, tetapi ada perasaan mewakili Nahdlatul Ulama di dalam dunia jurnalis.

Karier jurnalistiknya diawali menjadi wartawan di Harian Jayakarta. Kala itu ia masih menjadi wartawan honorer. Lalu, setelah manajemen Jayakarta diambil alih Harian Sore Suara Pembaruan, pria yang biasa disapa Gus Choi ini pindah ke Harian Surya Surabaya pada tahun 1989.

Gus Choi kala itu banyak meliput di Gedung DPR/MPR, di sana dia juga membangun jaringan. Kepribadiannya yang supel, membuat pergaulannya dengan kalangan politikus makin luas. Di antaranya perkenalan dengan bekas Ketua PBNU almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan bekas politikus Partai Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Matori Abdul Djalil. Tak disangka, dia mendapat tawaran menjadi politikus.

Tawaran itu langsung disambutnya dan sejak saat itu, Gus Choi menjadi kader PKB hingga saat ini. Meski partainya tidak pernah sepi dari konflik, Gus Choi tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Sebab, magister agama lulusan IAIN AL Aqidah itu sangat mengidolakan almarhum Gus Dur yang juga pendiri PKB.

Sebagai wakil rakyat, Gus Choi, Effendy Choirie biasa disapa, selalu konsisten dalam memperjuangkan nasib rakyat. Dalam setiap Rapat Kerja (Raker), Rapat Dengar Pendapat (RDP), dia juga dikenal sangat vocal dan kritis dalam menyampaikan aspirasi konstituen maupun rakyat pada umumnya.

Sikap kritis Gus Choi sebagai politikus kembali ditunjukkannya ketika merespon kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Ia menjadi salah satu pengusul Hak Angket Kenaikan Bahan Bakar Minyak tahun 2008. Gus Choi secara langsung menyerahkan usulan tersebut kepada Ketua DPR RI Agung Laksono

Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa yang juga pernah menjadi Wakil Ketua Komisi I DPR RI periode 1999-2004 dan 2004-2009 (satu tahun masa persidangan) ini tergolong aktif merespon isu-isu publik yang berhubungan dengan bidang tugasnya, yakni pertahanan, keamanan, politik luar negeri serta informasi dan komunikasi.

Kelihaian dan ketajamannya dalam menyikapi suatu masalah lainnya dapat terlihat saat pria yang baru saja memperoleh gelar doctor dari Universitas Malaya Kuala Lumpur ini membuat Undang-undang tandingan Rancangan Undang-undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pernah bermanuver memimpin walk out fraksi Kebangkitan Bangsa di rapat paripurna DPR saat mendukung Gus Dur.

Sebagai sosok yang aktif, diwaktu luangnya Effendi lebih sering menghabiskan waktu kosongnya dengan bermain bersama kedua buah hatinya. Namun jika kedua anaknya sibuk dengan kegiatan sekolah, maka ia memilih berolahraga sepakbola/futsal, ngobrol, atau membaca buku.

Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic

Profil

  • Nama Lengkap

    Effendi Choirie M.Ag, MH

  • Alias

    Achmad Effendy Choirie | A. Effendy Choirie | Gus Choi

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Kabupaten Gresik, Jawa Timur

  • Tanggal Lahir

    1963-06-17

  • Zodiak

    Gemini

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Istri

    Noor Akmala Dewi

  • Biografi

    Ahmad Effendy Choirie, pria kelahiran Gresik, 17 Juni 1963,  ini merantau ke Jakarta untuk memenuhi cita-cita menjadi orang besar. Dia tergoda ke Jakarta karena percaya banyak tokoh besar nasional yang bergelut di ibukota.

    Setiba di Jakarta, tahun 1983 dia diterima kuliah di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Al Aqidah. Dia juga aktif di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dari sana dia banyak tokoh nasional yang dikenalnya. Ini menjadi kebanggaan sekaligus melambungkan fantasinya.
    Lulus kuliah, dia memutuskan menjadi wartawan. Alasannya sederhana, dia percaya banyak politikus besar yang pernah menjadi wartawan.

    Awalnya dia mendapat pos liputan di MPR/DPR RI. Selain itu, dia yakin dengan menjadi wartawan harapan unsur-unsur yang terkandung dalam cita-cita menjadi muballigh atau dai kondang serta jadi guru negeri bisa terangkum. Melalui media, dia dapat berdakwah, amar maruf nahi mungkar, mendidik, menyampaikan kabar atau informasi melalui tulisan. Menjadi wartawan tidak hanya sekedar mencari uang guna menyambung hidup, tetapi ada perasaan mewakili Nahdlatul Ulama di dalam dunia jurnalis.

    Karier jurnalistiknya diawali menjadi wartawan di Harian Jayakarta. Kala itu ia masih menjadi wartawan honorer. Lalu, setelah manajemen Jayakarta diambil alih Harian Sore Suara Pembaruan, pria yang biasa disapa Gus Choi ini pindah ke Harian Surya Surabaya pada tahun 1989.

    Gus Choi kala itu banyak meliput di Gedung DPR/MPR, di sana dia juga membangun jaringan. Kepribadiannya yang supel, membuat pergaulannya dengan kalangan politikus makin luas. Di antaranya perkenalan dengan bekas Ketua PBNU almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan bekas politikus Partai Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Matori Abdul Djalil. Tak disangka, dia mendapat tawaran menjadi politikus.

    Tawaran itu langsung disambutnya dan sejak saat itu, Gus Choi menjadi kader PKB hingga saat ini. Meski partainya tidak pernah sepi dari konflik, Gus Choi tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Sebab, magister agama lulusan IAIN AL Aqidah itu sangat mengidolakan almarhum Gus Dur yang juga pendiri PKB.

    Sebagai wakil rakyat, Gus Choi, Effendy Choirie biasa disapa, selalu konsisten dalam memperjuangkan nasib rakyat. Dalam setiap Rapat Kerja (Raker), Rapat Dengar Pendapat (RDP), dia juga dikenal sangat vocal dan kritis dalam menyampaikan aspirasi konstituen maupun rakyat pada umumnya.

    Sikap kritis Gus Choi sebagai politikus kembali ditunjukkannya ketika merespon kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Ia menjadi salah satu pengusul Hak Angket Kenaikan Bahan Bakar Minyak tahun 2008. Gus Choi secara langsung menyerahkan usulan tersebut kepada Ketua DPR RI Agung Laksono

    Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa yang juga pernah menjadi Wakil Ketua Komisi I DPR RI periode 1999-2004 dan 2004-2009 (satu tahun masa persidangan) ini tergolong aktif merespon isu-isu publik yang berhubungan dengan bidang tugasnya, yakni pertahanan, keamanan, politik luar negeri serta informasi dan komunikasi.

    Kelihaian dan ketajamannya dalam menyikapi suatu masalah lainnya dapat terlihat saat pria yang baru saja memperoleh gelar doctor dari Universitas Malaya Kuala Lumpur ini membuat Undang-undang tandingan Rancangan Undang-undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pernah bermanuver memimpin walk out fraksi Kebangkitan Bangsa di rapat paripurna DPR saat mendukung Gus Dur.

    Sebagai sosok yang aktif, diwaktu luangnya Effendi lebih sering menghabiskan waktu kosongnya dengan bermain bersama kedua buah hatinya. Namun jika kedua anaknya sibuk dengan kegiatan sekolah, maka ia memilih berolahraga sepakbola/futsal, ngobrol, atau membaca buku.

    Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic

  • Pendidikan

    • Madrasah Aliyah PP Langitan (SMA)
    • S1 Institut Agama Islam AL-Aqidah Jakarta
    • Strata 2 di IAIA Jakarta tahun 1998
    • Universitas Padjajaran, Bandung
    • Gelar doktor di Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia

  • Karir

    • Pengasuh rubrik Agama Jayakarta
    • Wartawan Harian Umum Surya
    • Redaktur Pelaksana HUBYUDHA
    • Staff Redaksi Warta NU (Nahdlathul Ulama)
    • DPR RI Komisi I 1999-2004

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya