WHO Bantah Donald Trump Soal Tudingan Bias China
Merdeka.com - Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu membantah lembaganya bias terhadap China atau China sentris seperti tudingan yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berkaitan dengan wabah virus corona. Pejabat ini juga mengatakan fase akut pandemi bukanlah waktu yang tepat untuk memotong dana bagi WHO setelah Trump juga mengancam akan menahan dana untuk WHO.
AS adalah pendonor utama lembaga yang bermarkas di Jenewa ini yang disebut Trump mengeluarkan pernyataan tak layak selama wabah.
Kontribusi AS kepada WHO pada 2019 naik USD 400 juta, hampir dua kali lipat dan negara penyumbang terbesar kedua, menurut data Departemen Luar Negeri AS. Sementara China menyumbang sebesar USD 44 juta.
"Kita masih dalam fase akut pandemi, jadi sekarang bukan waktunya memotong dana," kata Direktur Regional WHO Eropa, saat pemaparan online, dilansir dari Alarabiya, Kamis (9/4).
Tak begitu jelas bagaimana Trump bisa memblokir pendanaan untuk organisasi ini. Di bawah hukum AS, Kongres, bukan presiden, yang memutuskan penggunaan anggaran federal.
Penasihat Senior Dirjen WHO, Dr Bruce Aylward, juga membantah hubungan khusus lembaga PBB ini dengan China, mengatakan kerjasama dengan pemerintah China penting untuk memahami wabah yang muncul pertama kali di Wuhan pada Desember 2019.
"Sangat genting di awal wabah ini harus memiliki akses penuh untuk memudahkan semua hal, untuk terjun langsung ke lapangan dan bekerja sama dengan China untuk memahami ini," jelasnya kepada wartawan.
"Ini yang kami lakukan dengan setiap negara yang terdampak parah seperti Spanyol dan tak ada kaitannyan dengan China secara spesifik," lanjutnya.
Aylward, yang memimpin pakar WHO ke China pada Februari lalu, membela rekomendasi WHO terkait tetap membuka perbatasan, mengatakan China berupaya sangat keras untuk mengidentifikasi dan mendeteksi kasus-kasus awal dan kontak mereka dan meyakinkan mereka untuk tidak bepergian.
China bekerja sangat, sangat keras sejak awal, setelah mengerti apa yang sedang dihadapi, untuk mencoba dan mengidentifikasi dan mendeteksi semua kasus potensial untuk memastikan bahwa mereka dites untuk melacak semua kontak dekat dan memastikan mereka dikarantina sehingga mereka benar-benar tahu di mana virus itu berada, di mana risikonya, jelasnya.
Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji China sejak awal wabah, memuji "kepemimpinan langka" Presiden Xi Jinping.
David Heymann, seorang profesor di London School of Hygiene & Tropical Medicine yang memimpin upaya WHO menangani wabah SARS 2003, mengatakan pemotongan dana AS akan menjadi pukulan besar.
Jika WHO kehilangan dana, ia tidak dapat terus melakukan tugasnya. Lembaga bekerja dengan anggaran terbatas, kata Heymann di London. "Tentu saja akan menjadi bencana bagi WHO kalau kehilangan dana."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sempat Diremehkan Calon Ibu Mertua Lantaran Dulunya Santri, Perempuan Ini Buktikan Diri Jadi Abdi Negara
Perempuan ini membagikan kisah pahit asmaranya di masa lalu yang diremehkan ibu dari kekasihnya.
Baca SelengkapnyaDidukung Petani Sawit, Ganjar Diminta Tiru China Hukum Mati Koruptor
Jika terpilih jadi presiden, Ganjar diharapkan bisa meniru China dalam menghukum koruptor
Baca SelengkapnyaNasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur
Kisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Badak Sudah Ada Sejak 14 Juta Tahun Lalu, Fosilnya Ditemukan di China
Penemuan ini memiliki dampak besar terhadap pemahaman evolusi dan distribusi spesies badak di Asia.
Baca SelengkapnyaCerita Konglomerat China Gagal Melamar Kerja 30 Kali hingga Akhirnya Punya Kekayaan Ratusan Triliun
Mereka bilang ini ide paling bodoh yang pernah saya lakukan. Saya tidak peduli selama orang dapat menggunakannya
Baca SelengkapnyaBerkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaCatat, Ini Lima Jenis Surat Suara Pemilu 2024 yang Harus Dicoblos
Hak suara terhadap pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg).
Baca SelengkapnyaDiwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau
Walaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.
Baca SelengkapnyaBawaslu Ingatkan Menteri Jadi Tim Kampanye Hati-Hati Dalam Tugas Kenegaraan
Bagya mengakui teguran itu sudah disampaikan ke Presiden. Namun, Bagya enggan menjelaskan teguran itu.
Baca Selengkapnya