Merdeka.com - Puluhan warga homoseksual berunjuk rasa di Ibu Kota Beirut, Libanon, kemarin. Kelompok menamakan diri HELEM ini menentang kebijakan pemerintah mewajibkan pria terduga gay menjalani tes keperjakaan anus untuk membuktikan apakah mereka penyuka sesama jenis.

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Kamis (16/8), pengunjuk rasa tidak hanya berisi warga pendukung hak homoseksual, melainkan juga dari komunitas lesbian serta transjender. Juru bicara pengunjuk rasa, George Azii menilai ikatan dokter di Libanon telah menyatakan tes semacam itu tidak relevan buat membuktikan orientasi seksual seseorang. "Tes ini tidak rasional, tidak membuktikkan apapun, dan hanya memalukan mereka yang dipaksa mengikutinya," ujar Azii.

Unjuk rasa ini dilakukan setelah pada 28 Juli lalu, polisi menyerbu rumah diduga tempat berkumpul kaum gay, di salah satu distrik di pusat kota Beirut. Belasan pria dipaksa mengikuti tes anus oleh petugas.

Pegiat HELEM mengaku sudah berkonsultasi dengan pejabat Kementerian Hukum Libanon dan siap menggugat aturan tes anus karena tidak sah. Aturan hukum negara itu sejauh ini memang melarang keberadaan penyuka sesama jenis. Merujuk undang-undang pasal 534, warga Libanon yang memiliki orientasi seksual menyimpang dari hukum alam dapat dibui maksimal setahun.

Kelompok homoseksual pada unjuk rasa kemarin juga berang karena biaya melaksanakan tes itu sebesar 125 ribu lira (setara Rp 800 ribu) dibebankan pada mereka. "Kami dipaksa mengikuti tes mirip pemerkosaan itu, kami pula yang harus membayarnya," bunyi salah satu papan milik pengunjuk rasa.