Merdeka.com - Perusahaan pengiriman barang di Kota Gaza, Al-Yamama, mengatakan mulai kebanjiran pesanan makanan cepat saji dari merek dagang waralaba asal Amerika Serikat, Kentucky Fried Chicken (KFC).

Kantor berita Xinhua melaporkan, Rabu (15/5), tidak tersedianya bahan baku dan pembatasan dari Israel bagi mereka yang ingin menyeberang ke Jalur Gaza tentu saja menyulitkan restoran cepat saji internasional, seperti KFC, untuk membuka cabang mereka di sana.

Namun, memesan makanan cepat saji dari restoran yang memiliki logo Kolonel Sanders itu saat ini sudah bisa dilakukan di Jalur Gaza. Ini lantaran Al-Yamama kini mulai membuka layanan pesan antar makanan KFC dari Sinai Utara, Mesir, yang berbatasan dengan Jalur Gaza.

Makanan-makanan KFC ini nantinya dikirim melalui satu dari banyaknya terowongan yang biasa dipakai untuk menyelundupkan persediaan bagi warga Gaza, yang terletak di bawah tanah perbatasan dengan Mesir.

Akuntan dari Al-Yamama, Mohammed Al-Madani, mengatakan mereka memulai bisnis baru itu secara tidak sengaja. "Ketika itu kami memesan dan meminta dibawakan beberapa makanan dan empat jam kemudian makanan itu tiba."

Dia menjelaskan setelah itu mereka kemudian mengunggah satu gambar layanan pesan antar makanan cepat saji di situs perusahaan mereka. Hanya dalam waktu singkat, Al-Yamama mendapat banyak pesanan dari warga di Jalur Gaza.

Sejak akhir April lalu, mereka telah melakukan empat pengiriman makanan KFC buat warga Palestina di Jalur Gaza. Setiap pengiriman biasanya meliputi dua lusin paket combo.

Para pelanggan Al-Yamama mencakup mereka yang telah melakukan perjalanan ke luar dari Jalur Gaza dan mereka yang tidak pernah menginjakkan kaki mereka di luar Gaza.

"Rasanya enak meskipun tidak panas," kata seorang mahasiswa 22 tahun bernama Aboud Fares. Saudarinya, yang beberapa kali pernah pergi ke Mesir, juga menikmati pie apel KFC.

Harga satu paket ayam goreng paket 'family' berkisar Rp 110 ribu di satu restoran KFC dari Kota Arish, di Sinai Utara. Namun, untuk bisa sampai ke Jalur Gaza, harganya melonjak sekitar Rp 270 ribu.

Al-Yamama menyatakan peningkatan harga itu disebabkan oleh biaya transportasi dan penyelundupan.

Al-Madani juga mengatakan mereka tidak menghadapi banyak halangan ketika membawa makanan-makanan itu ke Jalur Gaza. Tetapi dia menjelaskan pegiriman terkadang tertunda akibat bermacam alasan.

"Kadangkala Hamas memeriksa kotak-kotak makanan dan terkadang taksi yang mengambil pesanan dari Sinai juga terlambat," katanya.