Upaya Terakhir Kubu Republik Jegal Kemenangan Joe Biden di Pilpres AS
Merdeka.com - Tanggal 6 Januari 2021, Kongres atau Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat akan mengesahkan kemenangan calon presiden Joe Biden dalam Pilpres November lalu. Momen ini akan dimanfaatkan oleh kubu Partai Republik untuk mencoba terakhir kalinya menggugat kemenangan Biden.
Josh Hawley, seorang Senator asal Missouri mengatakan dirinya akan menjadi senator pertama yang menyampaikan keberatan ketika Kongres mengesahkan kemenangan Biden. Dia mempermasalahkan integritas pelaksanaan pilpres, meskipun kurangnya bukti untuk kecurangan yang meluas.
Langkah Hawley itu juga didukung sejumlah anggota Kongres Partai Republik. Meski begitu, keberatan itu tidak diyakini tidak akan mengubah hasil.
Hawley mengatakan dia tidak bisa memberikan suara untuk mengesahkan hasil pemilihan "tanpa mengangkat fakta bahwa beberapa negara bagian, terutama Pennsylvania, gagal melaksanakan undang-undang pemilihan negara bagian mereka sendiri".
"Paling tidak, Kongres harus menyelidiki tuduhan kecurangan pemilih dan mengadopsi langkah-langkah untuk mengamankan integritas pemilihan kita. Tetapi Kongres sejauh ini gagal bertindak," cetusnya seperti dikutip BBC.
Hawley - seorang senator periode pertama yang dikabarkan memiliki ambisi menjadi presiden - tidak merinci kecurangan pemilihan yang dapat mengubah hasil akhir.
Sebelumnya, Electoral College, yang mengonfirmasi hasil pemilihan presiden November dengan memberikan poin untuk setiap negara bagian yang dimenangkan oleh dua capres mengokohkan kemenangan Biden atas Donald Trump dengan 306-232.
Suara ini harus disetujui oleh Kongres pada 6 Januari sebelum pelantikan presiden dan wakil presiden baru dari Partai Demokrat pada 20 Januari.
Sejak kalah dalam pemilu, Trump berulang kali menuduh kecurangan pemungutan suara sistemik tanpa bukti yang kuat. Upaya hukum presiden Republik untuk membalikkan hasil telah ditolak oleh pengadilan di beberapa negara bagian termasuk mahkamah agung.
Apa yang Terjadi saat Kongres bertemu?
Keberatan penghitungan pemilu yang didukung oleh anggota Kongres dan anggota Senat harus dipertimbangkan oleh anggota parlemen dalam debat dua jam, diikuti dengan pemungutan suara.
Tetapi agar suara elektoral suatu negara bagian ditolak, mayoritas di kedua kamar harus mendukung keberatan tersebut. Skenario ini dianggap mustahil karena Demokrat memegang mayoritas di DPR dan beberapa Republikan di Senat telah mengatakan mereka tidak akan menentang hasil tersebut.
Tapi anggota kongres Mo Brooks, seorang Republikan Alabama, telah berjanji untuk menolak di DPR, yang berarti debat dan pemungutan suara pada 6 Januari hampir pasti akan terjadi.
Pemimpin Senat dari Partai Republik, Mitch McConnell, telah mendesak anggota partainya untuk menghindari memaksa anggota parlemen melakukan tes loyalitas yang secara politik memalukan, baik untuk mendukung presiden atau pemilih.
McConnell mengatakan kepada Partai Republik melalui telepon pribadi awal bulan ini bahwa pemungutan suara seperti itu akan "mengerikan".
Pimpinan Partai Republik lainnya, John Thune, juga memperingatkan itu tidak masuk akal karena "hasil akhirnya" sudah jelas.
Sementara itu juru bicara Biden, Jen Psaki menggambarkan ucapan Hawley kepada wartawan sebagai "kejenakaan".
"Rakyat Amerika berbicara dengan gemilang dalam pemilihan ini dan 81 juta orang telah memilih Joe Biden dan Kamala Harris," katanya.
"Kongres akan mengesahkan hasil pemilu seperti yang mereka lakukan setiap empat tahun."
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Joe Biden Ucapkan Selamat ke Prabowo Unggul di Pilpres 2024: Saya Harap Hubungan Negara Kita Jauh Lebih Kuat
Ucapan Joe Biden itu disampaikan melalui sepucuk surat diantarkan Dubes Amerika Serikat untuk ASEAN Yohannes Abraham.
Baca SelengkapnyaHubungi Prabowo, Presiden AS Joe Biden Beri Ucapan Selamat Atas Keunggulannya di Pilpres 2024
Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 mendapat total suara 96.214.691 suara atau 58,58% dari 164.227.475 suara sah.
Baca SelengkapnyaKisah Tragis Keluarga Presiden Joe Biden, Anak dan Istri Meninggal Sepekan Sebelum Natal
Bulan Desember mungkin bisa menjadi hari menyakitkan bagi Joe Bide, Presiden Amerika Serikat saat ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Survei: Mayoritas Pemilih Anggap Joe Biden Terlalu Tua untuk Kembali Maju sebagai Capres
Survei: 86% Pemilih Sebut Joe Biden Terlalu Tua untuk Kembali Maju Capres
Baca SelengkapnyaJusuf Kalla Dukung Anies, Budiman Sudjatmiko: Joe Biden Sekalipun Kami Santai Saja
Menurut Budiman, dukungan dari Wapres ke-10 dan ke-12 RI itu tidak berpengaruh banyak ke suara Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPutin Ungkap Alasan Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024
Putin Sebut Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024, Alasannya Tak Terduga
Baca SelengkapnyaJoe Biden Marah Ingatannya Dinyatakan Bermasalah: Saya Lansia dan Tahu Apa yang Saya Lakukan
Biden disebut tidak dapat mengingat tonggak sejarah dalam hidupnya seperti kapan putranya, Beau Biden, meninggal
Baca SelengkapnyaTernyata Ini Alasan Jokowi Bagi-Bagi Bansos Beras Jelang Pilpres 2024
Presiden akhirnya buka suara terkait polemik pemberian bansos beras kemasan 10 kg di tahun politik.
Baca SelengkapnyaPejabat Pilihan Joe Biden Mundur karena Geram dengan Kebijakan AS Dukung Israel di Gaza
Agresi Israel di Jalur Gaza sejak Oktober telah menewaskan hampir 22.000 warga Palestina. AS merupakan salah satu pendukung utama Israel.
Baca Selengkapnya