Uni Eropa Sepakati Sanksi untuk Militer Myanmar Terkait Kudeta 1 Februari
Merdeka.com - Para menteri luar negeri Uni Eropa sepakat menjatuhkan saksi untuk militer Myanmar terkait kudeta 1 Februari dan menunda berbagai bantuan pembangunan.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell menyampaikan pada Senin, Uni Eropa tak akan menghentikan hubungan perdagangan dengan Myanmar karena bisa berdampak besar terhadap masyarakat umum.
“Kami mengambil kesepakatan politik untuk menerapkan saksi terhadap militer yang bertanggung jawab atas kudeta dan kepentingan ekonomi mereka,” jelas Borrell, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (23/2).
“Semua bantuan keuangan langsung dari sistem pembangunan kami kepada program reformasi pemerintah ditahan,” lanjutnya.
Pada 1 Februari, militer Myanmar menangkap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dalam sebuah kudeta yang menuai kecaman internasional. Sejak saat itu, unjuk rasa massal menentang kudeta berlangsung di negara tersebut sampai saat ini.
Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan AS telah mengumumkan sanksi terhadap para pemimpin militer Myanmar, termasuk Jenderal Senior Min Aung Hlaing.
Namun sampai saat ini militer Myanmar yang dikenal sebagai Tatmadaw, menolak seruan untuk mengembalikan pemerintahan sipil, mengatakan akan menggelar pemilu baru dan menyerahkan kekuasaan kepada pemenang pemilu.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
17 April Memperingati Hari Sirkus Sedunia, Kenali Sejarahnya
Hari Sirkus Sedunia adalah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus.
Baca SelengkapnyaIndonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaRektor Universitas Pancasila Mangkir Hari Ini, Pemeriksaan Dijadwalkan Ulang 29 Februari
ETH meminta penundaan pemeriksaan hingga Kamis, 29 Februari
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemberontakan PETA 14 Februari 1945, Berikut Sejarahnya
Tentara Pembela Tanah Air (PETA) merupakan pasukan militer yang aktif selama Perang Dunia II di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBantah Sindiran Anies, Airlangga Tegaskan Indonesia Dianggap Leader Negara di Selatan
Presiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Baca SelengkapnyaKetum Muhammadiyah Minta Capres-Cawapres dan Pendukung Harus Siap Kalah
Haedar mengatakan menjadi pemimpin negara bukan suatu hal yang ringan karena harus mengurusi sangat banyak hal.
Baca SelengkapnyaIstana Buka Suara Soal 4 Menteri Jokowi Dipanggil MK Bersaksi Soal Sengketa Pilpres
Sebagai informasi, empat menteri tersebut akan dipanggil MK pada hari Jumat 5 April 2024.
Baca SelengkapnyaRingkus Sindikat Narkoba Fredy Pratama, Polisi Usut Kaitan dengan Murtala Ilyas
Ada empat tersangka ditangkap di Jawa Tengah yang membawa barang bukti 51 kilogram sabu dengan modus kamuflase menjadi teh China.
Baca Selengkapnya9 Agustus Peringati Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia, Ini Sejarahnya
Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan kebutuhan masyarakat adat di dunia.
Baca Selengkapnya