Turki Peringatkan China, Tak Semua Uighur Itu Teroris
Merdeka.com - Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu belum lama ini memperingatkan China agar tidak melabeli semua warga Muslim dari etnis Uighur sebagai teroris, menyusul perundingan dengan Menteri Luar Negeri China di Jerman, seperti dilaporkan AFP.
"Apakah itu Turk, Uighur Turk, China Han, Buddha, atau Kristen. Tak benar menyebut semua Uighur Turk teroris hanya karena satu atau dua orang teroris berasal dari satu kelompok etnis tertentu. Dan, juga tak benar menargetkan semua Uighur karena keyakinan dan etnisitasnya," jelasnya kepada wartawan, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (20/2).
Uighur, sebuah kelompok etnis yang mayoritas Muslim berbahasa Turki terutama dari wilayah barat laut China Xinjiang, telah menjadi sasaran persekusi agama dan etnis oleh otoritas China dan dalam beberapa tahun terakhir lebih dari 1 juta orang telah ditahan di kamp-kamp penahanan, kata PBB.
Ankara mengecam "kebijakan asimilasi sistematis China terhadap Uighur" dan perlakuannya terhadap orang-orang etnik Muslim Uighur sebagai "sangat memalukan bagi kemanusiaan."
Sejumlah negara mayoritas Muslim khususnya anggota OKI, telah dikritik karena bungkam terhadap penindasan China terhadap warga Uighur. Tahun lalu, China mengirim lebih dari 1 juta orang ke kamp pendidikan ulang di Xinjiang.
China mengklaim tujuannya untuk melawan terorisme. Para tahanan mengisahkan penyiksaan mengerikan yang dialami di dalam kamp, termasuk pemerkosaan dan sterilisasi.
Pada Februari 2019, Arab Saudi mengungkapkan rasa 'hormat' pada Presiden China, Xi Jinping sebelum menandatangani kontrak dagang utama dengan negara tersebut. Mesir yang ingin Beijing membiayai pembangunan infrastrukturnya pernah mengizinkan polisi China datang dan menginterogasi orang Uighur yang diasingkan. Bahkan Pakistan juga bungkam dalam kasus Uighur karena mega proyek Chinese Belt and Road Initiative dimulai di negara tersebut.
"Ada solidaritas yang kurang dibandingkan dengan solidaritas untuk Palestina dan kasus Rohingya," kata Direktur Pemantau HAM untuk China, Sophie Richardson dalam wawancara dengan France 24.
China, lanjutnya, berusaha mendapatkan dukungan dari negara-negara tersebut karena mereka membutuhkan investasi China.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
India Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan
India Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan
Baca SelengkapnyaMenlu China dan Mantan PM Inggris Temui Jokowi di Istana, Ini yang Dibahas
Retno mengatakan China adalah salah satu mitra dagang penting Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemerintah Waspadai Konflik Timur Tengah Hingga Pelemahan Ekonomi China
Ada beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
China Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Ini yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.
Baca SelengkapnyaDiwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau
Walaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.
Baca SelengkapnyaTumpas Habis Kelompok MIT, Polri Ungkap 256 Narapidana Teroris Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi Selama 2023
Total 146 terduga teroris ditangkap Polri sepanjang tahun 2023.
Baca SelengkapnyaPria Mahasiswa di China Ini Unggah Momen Ditegur WNA saat Sahur Dini Hari, Tuai Pro Kontra Warganet
Viral WNI di China unggah momen ditegur orang Laos saat sahur dini hari, tuai pro kontra warganet.
Baca SelengkapnyaLakukan Terobosan, Sulut Ekspor Berbagai Komoditi ke China
Sulut telah melakukan terobosan besar setelah mengekspor langsung berbagai komoditi ke China.
Baca SelengkapnyaMomen Manis Prabowo Disambut Gadis Kecil di China, Reaksi Menhan Curi Perhatian
Momen kunjungan Prabowo Subianto ke China ramai jadi sorotan.
Baca Selengkapnya