Tsunami Covid-19 Luluh Lantakkan Sistem Kesehatan AS, Tiap 1 Jam 2 Orang Meninggal
Merdeka.com - Meroketnya angka kasus positif Covid-19 di Los Angeles, Amerika Serikat, di akhir tahun ini membuat tenaga kesehatan memberi peringatan keras kepada segenap warga: tidak ada tempat lagi untuk merawat Anda.
Wilayah LA mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang mengerikan dalam beberapa hari terakhir, termasuk angka kematian, menipisnya sumber daya di rumah sakit, dan situasi mencemaskan yang membuat dokter harus memilih siapa yang bisa dirawat dan siapa yang tidak.
"Apakah kita harus mulai merekam orang-orang yang sekarat?" tanya Marcia Santini, perawat di Universitas California, Los Angeles (UCLA) yang tengah menjalani pemulihan akibat penularan Covid-19 yang membuat dia harus dirawat di rumah sakit tempat dia bekerja.
"Orang-orang harus paham, tidak ada tempat lagi untuk merawat kalian. Kalian harus meninggalkan pikiran yang mengatakan ini tidak akan terjadi pada diri kalian. Tidak bisa lagi begitu. Virus ini sudah merajalela."
Mendekati masa liburan panjang akhir tahun, kecemasan meliputi LA karena virus corona menyebar tak terkendali. Wali Kota LA harus menggelar pengumuman sembari menjalani karantina setelah putrinya tertular. Rumah sakit kini sudah mendirikan tenda tambahan. Warga mengantre berjam-jam untuk mendapatkan tes Covid di stadion Dodger. LA juga sudah meminta kiriman tambahan kantong mayat.
Pandemi ini berdampak juga pada toko swalayan, restoran, toko-toko, mal, gudang Amazomn, pabrik, instansi pemerintah, kantor polisi dan pemadam kebakaran, penjara, bahkan syuting film.
Dilansir dari laman the Guardian, Minggu (27/12), pejabat kesehatan di LA memperkirakan satu dari 95 orang saat ini sudah tertular dan dua orang meninggal setiap jam. Saat ini ada lebih dari 6.000 pasien Covid di rumah sakit dan ruang-ruang gawat darurat (ICU) kini sudah penuh.
Mengingatkan New York
LA kini melaporkan rata-rata setiap hari ada 14.700 kasus, meningkat 78 persen dari pekan lalu, menurut data LA Times. Sebanyak 700 orang dirawat di rumah sakit saban hari. Padalah Oktober lalu tidak lebih dari 150 orang yang tiap hari dirawat di RS. Pejabat kesehatan memperkirakan Januari nanti bisa ada 1.400 orang yang harus dirawat di RS setiap hari. Lebih dari 9.000 sudah meninggal.
"Yang tadinya kita mengalami ombak kini kita terkena gelombang tsunami Covid-19 di Los Angeles," kata Dr Robert Kim-Farley, epdemiolog di UCLA seraya mengatakan ini kali pertama keluarganya tidak akan berkumpul di masa liburan.
Krisis di LA ini mengingatkan malapetaka di New York ketika musim panas lalu. Situasi di sejumlah rumah sakit pekan ini sudah tidak terkendali, para petugas kesehatan kini tengah mengalami situasi yang terus memburuk.
"Kita tidak lagi melihat jumlah pasien Covid yang terus meningkat, tapi kita melihat orang-orang menunggu makin lama," kata Yolanda Tominac, perawat di ruang UGD di Rumah Sakit West Hills, tempat para tenaga kesehatan mengancam akan mogok kerja karena kondisi mereka sangat memprihatinkan.
"Kondisi ini sangat melelahkan secara fisik dan mental. Moral kami juga melemah."
Pilihan menyakitkan
Dengan berkurang drastisnya tempat tidur dan tenaga kesehatan, rumah sakit kini mulai mempertimbangkan untuk menerapkan apa yang tidak mereka inginkan sebelumnya: memilih siapa yang boleh dirawat dan tidak. Kondisi ni berarti kualitas perawatan pasien kian menurun di tegah situasi darurat dan ini bisa menambah angka kematian.
"Kami berharap tidak sampai harus mengambil keputusan seperti itu," kata Dr Jorge Reyno, wakil presiden kesehatan penduduk di Rumah Sakit Martin Luther King Jr (MLKCH), yang memiliki angka pasien Covid tertinggi di LA.
Jury Skomorovsky, perawat ruang ICU di Rumah Sakit Hollywood Presbyterian yang kehilangan rekannya karena Covid-19 April lalu mengatakan sungguh menyakitkan menyaksikan banyak warga yang tidak peduli dengan kondisi ini.
"Awalnya kita cukup tegar menghadapi pembatasan dan sangat serius dengan jaga jarak, tapi seiring waktu kita menyerah
"Berapa banyak lagi yang harus meninggal supaya orang menganggap ini serius?" kata Skomorovksy. "Jika kita (tenaga kesehatan) terus-terus berjatuhan, siapa yang akan merawat orang-orang?"
Meski dia dan beberapa rekannya belum lama ini sudah divaksin, sulit untuk merasa opstimistis di tengah banyaknya kematian.
"Kita menghadapi orang-orang yang berduka tapi Anda harus menghapus air mata itu setelah tiga detik dan kembali bertugas."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaSejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaDokter Ungkap Kondisi Terkini Relawan Prabowo-Gibran di Sampang Korban Penembakan Usai Operasi
Tim dokter saat ini masih melakukan perawatan dan observasi terkait kemungkinan gejala sisa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaCovid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Ditemukan pada 11 Daerah di Jateng
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaKombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Baca SelengkapnyaSatu Keluarga Diduga Alami Keracunan AC Mobil saat Mudik, Ketahui Langkah Antisipasinya Sebelum Perjalanan Jauh
Viral satu keluarga pemudik diduga alami keracunan AC mobil hingga sebabkan kematian.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi
Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnya