Trump Tolak Dengarkan Rekaman Pembunuhan Jamal Khashoggi Karena Terlalu Kejam
Merdeka.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku tidak ingin mendengarkan rekaman suara berisi momen-momen saat wartawan Jamal Khashoggi dibunuh. Khashoggi tewas di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober lalu.
Pemerintah Turki meyakini Khashoggi dibunuh atas perintah penguasa Saudi. Turki memperkuat klaim tersebut dengan menyerahkan rekaman suara saat detik-detik Khashoggi disiksa hingga kehilangan nyawanya kepada AS.
Meski demikian, Trump menolak mendengarkan rekaman yang menyuarakan penderitaan Khashoggi. Trump menilai hal itu terlalu mengerikan.
"Saya tidak ingin mendengarkan rekaman itu. Tidak ada alsan bagi saya untuk mendengarkan rekaman itu," kata Trump, dalam sebuah wawancara, dikutip dari Middle East Monitor, Senin (19/11).
"Saya tahu semua yang terjadi dalam rekaman itu tanpa harus mendengarkannya. (Rekaman) Itu sangat kejam, ganas, dan mengerikan," lanjutnya.
Di tengah tekanan internasional yang meminta agar AS memberi sanksi kepada Saudi yang diduga terlibat dengan pembunuhan Khashoggi, Trump menegaskan bahwa pihaknya akan tetap mempertahankan aliansi dengan Saudi. Menurutnya, kasus Khashoggi dengan kerja sama antara AS dan Saudi tidak ada kaitannya.
"Kejadian itu tidak ada hubungannya dengan kerja sama kami. Terlebih, banyak orang yang mengatakan bahwa Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman sama sekali tidak tahu tentang pembunuhan itu," jelasnya.
Pernyataan Trump bertentangan dengan penemuan CIA yang mengungkapkan bahwa pembunuhan Khashoggi dilakukan atas perintah Pangeran Muhammad. Temuan itu sudah dilaporkan CIA kepada administrasi Trump yang hingga kini masih menyangkalnya.
"Temuan CIA masih terlalu dini. Kemungkinan besar tidak akan ada orang yang mengetahui siapa yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi," ujar Trump.
Sikap Trump memicu tekanan dari para anggota parlemen senior dari Partai Demokrat maupun Republik. Mereka menilai Trump seharusnya bertindak lebih keras terhadap Saudi. Beberapa bahwa mendesak agar Trump menunda penjualan senjata ke Saudi dan menghentikan dukungannya kepada Pangeran Muhammad. Namun sejauh ini Trump masih mengabaikan tekanan itu.
AS memang memberlakukan sanksi ekonomi terhadap 17 pejabat Saudi yang diduga memainkan peran dalam kasus pembunuhan Saudi. Namun hingga kini pemerintah masih enggan menargetkan sanksi kepada pemerintah Saudi.
(mdk/ias)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi Sebut Sering Dikritik Tajam: Gambar Wajah Saya Aneh-Aneh di Sampul Media, Cucu Komplain
Jokowi tetap menganggap sebuah kritikan sebagai kebebasan berekspresi.
Baca SelengkapnyaPutin Ungkap Alasan Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024
Putin Sebut Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024, Alasannya Tak Terduga
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
VIDEO: Jokowi Perintahkan Semua Menteri Waspada, Singgung Kedatangan Presiden Baru
Presiden Jokowi memerintahkan semua menteri waspada jelang bulan Ramadan dan Idul Fitri
Baca SelengkapnyaPeristiwa Meninggalnya Marhan Harahap Bikin Paspampres Buka Suara, Letkol TNI Langsung Datangi Keluarga
Letkol TNI datangi rumah Marhan, warga Labuanbatu yang meninggal dunia usai ditahan petugas keamanan saat kunjungan Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaMedia Asing Terkemuka Sebut Jokowi Akhiri Masa Jabatan dengan Mengecewakan
Dalam editorialnya, The Economist menyorot soal pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Jangan Teriak-Teriak Curang Tapi Laporkan, Begini Reaksi Timnas AMIN
Tidak tepat rasanya jika temuan-temuan tersebut langsung dibawa dan selesai begitu saja di Bawaslu.
Baca SelengkapnyaBahlil: Jokowi-Megawati Beda Pemikiran dengan Hasto, Masa Disamain sama yang Enggak Pernah jadi Presiden
Bahlil: Jokowi-Megawati Beda Pemikiran dengan Hasto, Masa Disamain sama yang Enggak Pernah jadi Presiden
Baca Selengkapnya