Trump hampir pasti jadi capres, tanda Partai Republik sudah gila
Merdeka.com - Bakal calon presiden dari Partai Republik Donald Trump kini tinggal selangkah lagi menjadi kandidat capres. Setelah senator Texas Ted Cruz menyatakan mundur usai kalah dalam pemilihan primer di India kemarin, Trump kini tinggal menghadapi bakal capres Partai Republik lainnya, John Kasich.
Menjadi presiden Amerika Serikat, negara adidaya di dunia, tentu bukan perkara main-main. Publik sudah mengetahui jejak rekam masing-masing kandidat sebelum mereka maju menjadi capres.
Donald Trump sebagaimana diketahui, sudah sering menjadi sorotan media karena pernyataan-pernyataannya yang kontroversial. Dia pernah mengatakan akan melarang muslim masuk ke Amerika dan mau membangun tembok pembatas untuk mencegah para imigran Meksiko masuk ke Amerika.
Tak kurang koresponden senior stasiun televisi Fox News Geraldo Rivera mengatakan, para pendukung partai Republik hanya mau mendukung 'orang gila' macam Trump bagi capres mereka.
Dalam wawancara dengan pengamat media Howard Kurtz Senin lalu, dia sebelumnya mengagumi sosok Trump. Tapi ketika pria 69 tahun itu berkomentar soal para imigran Meksiko, Rivera sangat menyesalkan pernyataan Trump.
"Dia teman saya. Saya suka dia. Tapi kemudian dia bilang imigran Meksiko adalah pengedar narkoba dan pemerkosa," kata Rivera, seperti dilansir Rawstory, Senin (1/5).
"Meski saya menghormati dia (Trump) dan keluarganya, saya tidak akan pernah memilihnya kecuali dia mengubah pandangannya," kata Rivera.
Sophia McClennen, profesor isu internasional dan perbandingan sastra di Universitas Pennsylvania dalam kolomnya di situs Salon.com menyatakan, dia menyangsikan kesehatan mental dari Donald Trump yang kemungkinan besar akan menjadi capres Partai Republik.
Maret lalu dalam wawancara dengan koran the Washington Post, Trump ditanya oleh Ryan, editor koran itu, apakah dia akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan ISIS.
Trump menjawab: Saya tidak akan memakainya. Saya tidak memulai proses nuklir. Ingat apa yang semua orang bilang, saya seorang yang mampu menangkis semua pukulan. Rubio menghajar saya. Bush menghajar saya. Dia menghabiskan USD 18 juta untuk berkampanye hitam tentang saya.
Ryan: Ini soal ISIS. Apakah Anda akan memakai senjata nuklir melawan ISIS?
Trump: Saya beritahu, di sini banyak orang tampan menyaksikan. Bolehkah saya berbalik untuk tahu siapa orang yang saya ajak bicara?
Dari jawaban-jawaban semacam itu, kata McClennen, terlihat ada salah dengan Trump. Dia bahkan tidak bisa menangkap apa yang ditanyakan.
Dalam survei teranyar yang digelar oleh Asosiasi Industri di Negara Bagian Florida, responden menyatakan mereka akan memilih Hillary Clinton dari Partai Demokrat ketimbang Trump jika pemilu diadakan hari ini. Angkanya adalah 49 persen berbanding 36 persen.
Jika tren ini terus berlanjut maka Partai Republik tidak akan menang dalam pemilu presiden November nanti.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Survei Indikator merilis Warga Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur cenderung mendukung Capres-Cawapres pilihan Jokowi.
Baca SelengkapnyaBerkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali
Baca SelengkapnyaHarta kekayaan Mantan Wapres AS, Mike Pence yang tolak mendukung Donald Trump maju Pilpres AS 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mencapai 56,2 persen di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaAHY menegaskan ingin fokus memenangkan Partai Demokrat dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaMenurut Raja Juli, presiden maupun menteri merupakan warga negara yang memiliki hak politik untuk mendukung kandidat pilpres.
Baca SelengkapnyaKebijakan diputuskan sesuai dengan aspirasi publik.
Baca SelengkapnyaIndikator Politik Indonesia merilis hasil survei dengan tema 'Dinamika Elektoral Di Tingkat Nasional Dan 13 Provinsi Kunci'.
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca Selengkapnya