Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Siku dan Bahu Manusia Hasil Evolusi dari Primata yang Hidup di Pohon, Berfungsi sebagai 'Rem'

Siku dan Bahu Manusia Hasil Evolusi dari Primata yang Hidup di Pohon, Berfungsi sebagai 'Rem'

Siku dan Bahu Manusia Hasil Evolusi dari Primata yang Hidup di Pohon, Berfungsi sebagai 'Rem'

Manusia modern seringkali tidak menyadari bahwa banyak karakteristik fisik yang dimiliki oleh manusia dewasa ini adalah hasil dari evolusi dari nenek moyang primata kita yang hidup di pepohonan. Salah satu karakteristik yang mencolok adalah fleksibilitas pada siku dan bahu manusia, yang memungkinkan kita untuk melakukan berbagai aktivitas seperti mengangkat benda di atas kepala atau melemparkan bola. 

Baru-baru ini, sebuah penelitian menarik mengungkapkan bahwa fleksibilitas ini mungkin berevolusi sebagai mekanisme alami pengereman saat nenek moyang kita masih aktif mendaki pohon-pohon.

Siku dan Bahu Manusia Hasil Evolusi dari Primata yang Hidup di Pohon, Berfungsi sebagai 'Rem'

Simpanse dan Monyet Mangabey

Para ilmuwan yang melakukan penelitian ini memutuskan untuk mengamati perilaku simpanse dan monyet mangabey berbulu hitam, yang merupakan primata yang lebih jauh terkait dengan manusia dan simpanse, saat mereka mendaki dan turun dari pohon di alam liar. Observasi mereka mengungkapkan perbedaan menarik dalam teknik dari pohon antara kedua spesies ini.

Sumber: Live Science

Ketika simpanse mendekati pohon dan memanjat, mereka menunjukkan kemampuan luar biasa untuk memanjangkan lengan mereka di atas kepala, hampir seperti saat manusia turun dari tangga. Hal ini memungkinkan mereka untuk melambatkan penurunan mereka karena gravitasi menarik mereka ke bawah. Sementara itu, monyet mangabey cenderung tetap menggunakan teknik yang lebih terbatas dalam hal fleksibilitas bahu dan siku mereka.

Para peneliti menganggap perbedaan dalam teknik turun dari pohon ini dapat memberikan wawasan tentang evolusi fleksibilitas pada sendi bahu dan siku manusia dan simpanse. Hasil penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal Royal Society Open Science pada tanggal 6 September, menyiratkan bahwa fleksibilitas ini mungkin telah berevolusi sebagai respons terhadap tekanan gravitasi pada tubuh bagian bawah saat primata ini turun dari pohon-pohon tinggi.

Namun, temuan yang lebih menarik adalah bahwa fleksibilitas ini telah hadir pada saat terakhir nenek moyang bersama antara manusia dan simpanse, meskipun setelah kera dan monyet berpisah dalam pohon evolusi. Fleksibilitas ini kemungkinan memberikan keuntungan evolusioner pada aktivitas-aktivitas yang memerlukan gerakan khusus seperti mengumpulkan makanan, berburu, dan membela diri.

Sumber: Live Science

Selain itu, penelitian ini juga memberikan kontribusi baru dalam pemahaman kita tentang perilaku primata saat turun dari pohon. Sebelumnya, penelitian ilmiah lebih fokus pada saat primata memanjat pohon, dan ini merupakan kali pertama peneliti secara ekstensif mempelajari bagaimana primata, seperti simpanse, turun dari pohon secara rinci.

Siku dan Bahu Manusia Hasil Evolusi dari Primata yang Hidup di Pohon, Berfungsi sebagai 'Rem'

Untuk mendukung temuan ini, para peneliti juga menganalisis sendi-sendi di tengkorak simpanse yang ada dalam koleksi museum. Hasil analisis menunjukkan bahwa sudut bahu simpanse mengalami perubahan 14 derajat lebih besar ketika mereka turun daripada ketika mereka memanjat. Lengan mereka juga memanjang keluar pada siku sekitar 34 derajat lebih banyak ketika turun dari pohon. Perubahan dalam gerakan ini tidak hanya membantu simpanse melambatkan gaya gravitasi, tetapi juga memungkinkan mereka untuk berhenti dengan aman, menghemat energi yang diperlukan saat turun.

"Simpanse dapat keluar dari pohon dan turun tanpa harus menjaga otot bahu dan siku mereka tetap tegang, yang menghasilkan banyak energi. Sebagai manusia, pengenalan rentang gerakan yang lebih besar ini memiliki banyak manfaat, seperti memungkinkan kita mengangkat tangan di atas kepala atau melemparkan bola. Gerakan ini adalah warisan dari tekanan evolusi pada nenek moyang kita, yang memberi kita kemampuan untuk melakukan banyak hal," jelas Mary Joy, salah satu penulis studi.

Dengan temuan ini, kita semakin memahami bagaimana evolusi telah membentuk tubuh manusia dan memberikan kita kemampuan-kemampuan unik yang dimiliki oleh nenek moyang kita yang pernah hidup di pepohonan. Fleksibilitas pada siku dan bahu kita bukan hanya sebuah ciri fisik, tetapi juga merupakan jejak sejarah evolusi yang memungkinkan kita untuk beraktivitas dengan lebih efisien dan variatif.

Sumber: Live Science

Siku dan Bahu Manusia Hasil Evolusi dari Primata yang Hidup di Pohon, Berfungsi sebagai 'Rem'

Artikel ini ditulis oleh
Hari Ariyanti

Editor Hari Ariyanti

Reporter Magang: Jurnalia Sibunga

Reporter
  • Hari Ariyanti

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Rambut Keriting Diyakini Ilmuwan Jadi Cikal Bakal Evolusi Otak Manusia

Rambut Keriting Diyakini Ilmuwan Jadi Cikal Bakal Evolusi Otak Manusia

Ini alasan mengapa rambut keriting menurut penelitian ilmuwan dasar evolusi otak manusia.

Baca Selengkapnya icon-hand
Bagian Teka-Teki Evolusi yang Hilang Ditemukan dalam Batuan Berusia 130 Juta Tahun

Bagian Teka-Teki Evolusi yang Hilang Ditemukan dalam Batuan Berusia 130 Juta Tahun

Peneliti menemukan fosil-fosil ikan laut dalam yang usinya mencapai 130 juta tahun lalu

Baca Selengkapnya icon-hand
Temuan DNA Kuno Ungkap Proses Kawin Silang Antar Manusia Purba

Temuan DNA Kuno Ungkap Proses Kawin Silang Antar Manusia Purba

Setelah Homo Sapiens muncul di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu, para ilmuwan memahami para manusia purba hidup bersama dengan hominin lainnya.

Baca Selengkapnya icon-hand
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Manusia Sudah Merokok Sejak 12.300 Tahun Lalu, Biji Tembakau Gosong Ini Buktinya

Manusia Sudah Merokok Sejak 12.300 Tahun Lalu, Biji Tembakau Gosong Ini Buktinya

Temuan baru ini membuktikan bahwa manusia telah mengenal rokok jauh sebelum yang diperkirakan para ilmuwan.

Baca Selengkapnya icon-hand
Jerman Telusuri Keluarga dari 1.100 Tengkorak Orang Afrika yang Dicuri, Ternyata Ada yang Masih Hidup

Jerman Telusuri Keluarga dari 1.100 Tengkorak Orang Afrika yang Dicuri, Ternyata Ada yang Masih Hidup

Diyakini tengkorak ini diambil dari pemakaman dan berbagai situs pemakaman di seluruh dunia. Kemudian mereka dibawa ke Jerman untuk eksperimen "ilmiah".

Baca Selengkapnya icon-hand
Bukan Kera atau Primata, 2.000 Tahun Lalu Hewan Ini Dianggap 'Hampir Seperti Manusia'

Bukan Kera atau Primata, 2.000 Tahun Lalu Hewan Ini Dianggap 'Hampir Seperti Manusia'

Penelitian ini memeriksa situs arkeologi Curracurrang di selatan Sydney.

Baca Selengkapnya icon-hand
Manusia Sudah Pakai Sepatu Lari Sejak 150.000 Tahun Lalu, Ini Buktinya

Manusia Sudah Pakai Sepatu Lari Sejak 150.000 Tahun Lalu, Ini Buktinya

Penemuan jejak sepatu kuno yang berusia hingga 150.000 tahun di pantai Afrika Selatan mengungkapkan bukti penting sejarah penggunaan alas kaki oleh manusia.

Baca Selengkapnya icon-hand