Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sejak Satu Dekade Lalu Ilmuwan Peringatkan Kebakaran Hutan Australia, Namun Diabaikan

Sejak Satu Dekade Lalu Ilmuwan Peringatkan Kebakaran Hutan Australia, Namun Diabaikan Tim penyelamat sisir hutan hangus di Pulau Kanguru. ©2020 AFP Photo/PETER PARKS

Merdeka.com - Selama berbulan-bulan, amukan api membakar di tenggara Australia, membuat sebagian wilayah negara itu dilanda polusi udara terburuk di dunia.

Sejak September, lebih dari 18 juta hektar lahan terbakar. Setidaknya 28 orang telah meninggal, sekitar 3.000 rumah hancur, dan sekitar 1 miliar hewan terkena dampaknya.

Hujan deras di pantai timur pekan ini untuk sementara mungkin dapat meredakan krisis, tetapi pihak berwenang memperingatkan risiko kebakaran tidak akan berakhir begitu saja, karena musim kebakaran biasanya berakhir pada Maret. Baru pekan lalu, ibu kota Australia, Canberra, menyatakan keadaan darurat ketika kebakaran hutan menjalar dengan cepat di wilayah itu.

Para ilmuwan telah memperingatkan selama lebih dari satu dekade bahwa musim kebakaran hutan yang ekstrem akan terjadi.

"Saya pikir luasan dan intensitas kebakaran ini, ditambah dengan kekeringan, benar-benar baru saja mendorong Australia ke tempat yang tidak terasa seperti rumah lagi," kata Linden Ashcroft, dosen iklim dan komunikasi di Sekolah Ilmu Bumi Universitas Melbourne, dikutip dari CNN, Kamis (13/2).

Australia semakin panas dan kering selama beberapa dekade. Sejak 1910, negara ini telah menghangat lebih dari 1 derajat celcius (setara dengan tingkat global) dan ini berarti gelombang panas menjadi lebih sering dan lebih intens. Tahun lalu adalah tahun terpanas dan terkering yang pernah tercatat di Australia, menurut Biro Meteorologi Australia.

Saat musim panas ekstrem, telah terjadi penurunan curah hujan jangka panjang di Australia selatan, yang biasa terjadi selama bulan-bulan musim dingin. Kota-kota yang dilanda kekeringan di New South Wales, misalnya, menderita kekurangan air yang parah karena negara telah menerima kurang dari 125 mm (5 inci) hujan setiap tahun sejak 2017.

Tanpa hujan, semak kering seperti halnya bahan bakar yang memicu kebakaran tahun ini, yang dibutuhkan hanyalah percikan api untuk melahap semuanya.

Suhu Ekstrem

Selain itu, Australia dikenal dengan fluktuasi ekstrem dalam cuacanya. Di musim panas, tidak jarang bagi kota-kota untuk melihat cuaca hingga 40 derajat celcius suatu hari dan hujan es besar di hari berikutnya.

"Tetapi krisis iklim membuat fluktuasi itu lebih buruk," kata para ahli.

"Apa yang kita lihat sekarang adalah variabilitas alami terjadi di atas perubahan iklim jangka panjang yang disebabkan manusia, dan kita melihat cuaca ekstrem menjadi lebih ekstrem," kata Nerilie Abram, profesor Fakultas Penelitian Ilmu Bumi Universitas Nasional Australia di Melbourne.

Mengendalikan cuaca Australia yang tidak menentu adalah beberapa sistem iklim yang berkonspirasi sedemikian rupa tahun ini untuk memperburuk kondisi panas dan kering.

Fenomena iklim yang disebut Indian Ocean Dipole (IOD) memiliki peran besar, seperti El Nino di Samudra Pasifik. El Nino adalah pemanasan di Samudra Pasifik bagian timur, terutama di sepanjang Khatulistiwa, dan dapat mengubah pola sirkulasi di seluruh dunia.

IOD menggambarkan perubahan suhu permukaan laut antara bagian timur (dekat Indonesia) dan bagian barat (dekat Afrika) yang berlawanan dari Samudra Hindia, dan memiliki tiga fase, yaitu netral, positif dan negatif.

Perubahan di antara fase-fase ini dapat memengaruhi pola curah hujan - jadi kondisi kering di Australia bisa berarti banjir ribuan mil jauhnya di Afrika Timur, atau sebaliknya.

IOD positif - yang telah kita lihat dalam beberapa bulan terakhir adalah pemanasan berkelanjutan dari perairan di dekat Tanduk Afrika sementara air di barat laut Australia menjadi sangat dingin. Ini memotong salah satu sumber utama kelembaban Australia, yang menyebabkan lebih sedikit curah hujan dan lebih tinggi dari suhu normal.

Tahun lalu adalah salah satu peristiwa IOD positif terkuat yang pernah tercatat, menurut Biro Meteorologi Australia, yang berarti Australia mengalami kondisi yang sangat panas dan sangat kering, di atas pemanasan jangka panjang.

Sistem iklim lain yang disebut Southern Annular Mode (SAM) juga berkontribusi pada kondisi cuaca kering Australia tahun ini. SAM adalah pergerakan sabuk angin barat yang didorong ke utara menuju Australia atau selatan menuju Antartika, dan pengaruhnya terhadap Australia berbeda tergantung pada musim.

"Ada kecenderungan jangka panjang SAM menjadi lebih positif," kata Abram. Ini berarti angin barat antara Australia dan Antartika bergeser lebih jauh ke selatan. Sebagai akibatnya, bagian selatan Australia yang menerima curah hujan musim dingin dari angin tidak menerima sebanyak itu.

Tetapi SAM mengalami fase negatif dari akhir Oktober hingga akhir Desember (awal musim panas Australia), sehingga menggeser sabuk angin barat ke arah Samudra Selatan ke arah utara menuju khatulistiwa, yang mengipasi api dari kebakaran hutan.

"Penggerak iklim ini bertindak tidak hanya untuk meningkatkan bahaya kebakaran, tetapi juga menekan aktivitas badai yang biasanya kita perkirakan akan berdampak pada bagian timur Australia selama musim semi dan musim panas," kata Diana Eadie, ahli meteorologi dari Meteorologi Cuaca Australia.

Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca

Para ilmuwan mengatakan bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca mendistorsi pendorong iklim alami itu."Sejak 1960-an, peristiwa positif Dipole Samudera Hindia telah menjadi lebih umum dan kuat, dan model iklim menunjukkan bahwa tren cenderung berlanjut," menurut Abram."Jika kita melanjutkan jalur emisi gas rumah kaca yang tinggi, maka kita akan menghadapi kejadian ini tiga kali lebih sering di abad ke-21 dibandingkan dengan abad ke-20 karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia," katanya.Pekan lalu, lebih dari 400 ilmuwan menandatangani surat terbuka yang menyerukan kepada para pemimpin dan pembuat kebijakan Australia agar mengambil tindakan nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca global. Para ilmuwan secara tegas menghubungkan kebakaran hutan dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.Abram, salah satu penandatangan surat itu, mengatakan telah "mengecewakan" sebagai ilmuwan iklim untuk membuat prediksi yang benar selama bertahun-tahun, sementara pemerintah mengabaikannya."Ini adalah apa yang tampak seperti perubahan iklim, dan itu mempengaruhi kita sekarang. Itu juga akan menjadi lebih buruk kecuali kita secara dramatis mengurangi emisi gas rumah kaca," tambah Abram.Seiring dengan meningkatnya risiko kebakaran, kekeringan yang lebih hebat, gelombang panas, musim panas yang berkepanjangan dan lebih sedikit hujan yang masuk di Australia, jika dunia tidak membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri, sesuai dengan Perjanjian Paris. Emisi C02 global saat ini sedang menjalar untuk menghangatkan bumi sebesar 3 derajat celcius atau lebih pada akhir abad ini.Pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana masa depan yang lebih panas akan berdampak pada sumber daya air, mata pencaharian, bisnis, pariwisata, dan bahkan kemampuan untuk hidup di tempat-tempat tertentu di negara ini.Reporter Magang : Roy Ridho

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955

Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955

Mengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.

Baca Selengkapnya
Sejarah Kembang Api: Dulunya Cuma Satu Warna dan Tercipta Karena Tidak Sengaja

Sejarah Kembang Api: Dulunya Cuma Satu Warna dan Tercipta Karena Tidak Sengaja

Berikut sejarah singkat kembang api yang selalu ditunggu-tunggu banyak orang.

Baca Selengkapnya
Asyiknya Berkemah di Bukit Kanaga Cikijing, Pemandangan Kabut dan Hutan Pinusnya Bikin Nagih

Asyiknya Berkemah di Bukit Kanaga Cikijing, Pemandangan Kabut dan Hutan Pinusnya Bikin Nagih

Bukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan

Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan

Saat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras

Baca Selengkapnya
Perubahan Iklim Ancam Penduduk Dunia, Pemerintah Antisipasi dengan Menanam Pohon & Perbaiki Lingkungan

Perubahan Iklim Ancam Penduduk Dunia, Pemerintah Antisipasi dengan Menanam Pohon & Perbaiki Lingkungan

Aksi yang melibatkan beberapa unsur masyarakat itu merupakan langkah nyata untuk menuju Indonesia Maju.

Baca Selengkapnya
Alat ini Diklaim Bisa Bedakan Ledakan Bom Nuklir Bawah Tanah atau sedang Terjadi Gempa

Alat ini Diklaim Bisa Bedakan Ledakan Bom Nuklir Bawah Tanah atau sedang Terjadi Gempa

Ilmuwan menyebutkan usaha yang dilakukannya ini mempunyai akurasi 99 persen.

Baca Selengkapnya
Ini Bukti Bumi Indonesia Berisi 'Harta Karun', Bukit Dikeruk Isinya Batubara Semua

Ini Bukti Bumi Indonesia Berisi 'Harta Karun', Bukit Dikeruk Isinya Batubara Semua

Berikut bukti bahwa Nusantara berisikan 'harta karun' menakjubkan.

Baca Selengkapnya
Semeru Erupsi Lagi, Begini Sejarah Letusan Gunung Tertinggi di Pulau Jawa

Semeru Erupsi Lagi, Begini Sejarah Letusan Gunung Tertinggi di Pulau Jawa

Teramati kolom abu setinggi 800 meter dari puncak gunung dan guguran material ke arah Besuk Kobokan.

Baca Selengkapnya
Cek Fakta: Cak Imin Sebut Kekayaan 100 Orang Indonesia Setara 100 Juta Penduduk, Benarkah?

Cek Fakta: Cak Imin Sebut Kekayaan 100 Orang Indonesia Setara 100 Juta Penduduk, Benarkah?

Menurut Cak Imin, ketimpangan itu harus dibenahi. Dia berharap, ketimpangan Tanah Air bisa ditekan.

Baca Selengkapnya