Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Saat Ayahnya Sekarat, Dua Bersaudara di India Berburu Oksigen yang Melelahkan

Saat Ayahnya Sekarat, Dua Bersaudara di India Berburu Oksigen yang Melelahkan Pengisian tabung oksigen di India. ©2021 AFP/Uma Shankar MISHRA

Merdeka.com - Ketika pria 54 tahun Niranjan Saha mulai mengeluhkan sesak napas di rumahnya pekan lalu di New Delhi, istrinya, Usha Devi, langsung curiga suaminya terinfeksi virus corona. Dengan memburuknya wabah dan rumah sakit terpaksa menolak pasien, Usha bergegas ke kamar putra mereka.

“Lakukan apa pun yang kalian inginkan tapi carikan saya tabung oksigen,” kata Usha kepada Anikat (21) dan Mukul (19).

“Jual emasku, tapi beli sebuah tabung,” lanjutnya, seperti dikutip dari The New York Times, Kamis (29/4).

Di tengah parahnya krisis wabah Covid-19 gelombang kedua di India, keluarga-keluarga memohon bantuan, api dari tumpukan kayu pembakaran jasad atau kremasi menyala pagi dan malam. Oksigen menjadi satu komoditas langka.

Pada Rabu (28/4), Kementerian Kesehatan India melaporkan 3.293 kematian akibat virus ini, sehingga total kasus kematian telah melampaui 200.000. Selain itu, kasus infeksi baru yang tercatat pada Rabu sebanyak 357.000, memecah rekor kasus harian tertinggi di dunia.

Pemerintah India menyampaikan, ada cukup persediaan cairan oksigen untuk memenuhi kebutuhan medis dan pihaknya dengan cepat meningkatkan pasokan. Tapi fasilitas produksi oksigen yang berpusat di India timur, jauh dari pusat wabah terparah di Delhi dan di negara bagian Maharashtra di wilayah barat, memerlukan waktu beberapa hari melalui perjalanan darat.

Keluarga orang-orang yang sakit memenuhi media sosial dengan permohonan bantuan oksigen karena persediaan di rumah sakit-rumah sakit menipis atau karena mereka berusaha merawat keluarga di rumah. Orang lainnya meminta bantuan keluarga, teman, rekan kerja, politikus lokal, siapapun yang bisa membantu menyediakan tabung oksigen.

Saya tidak ingin mati

Beberapa hari setelah Niranjan Saha, seorang sales, pertama kali mengeluhkan gejala, dia dites positif virus corona. Melihat foto-foto pasien lainnya terengah-engah dalam ambulans, dia mengatakan kepada istrinya dia lebih baik mati di rumah daripada memohon bantuan orang asing.

Kedua putra mereka mulai mencari tabung oksigen.

Mereka keliling Delhi menggunakan sepeda motor, berhenti di rumah sakit ke rumah sakit lainnya menanyakan apakah ada oksigen dan tempat tidur. Mereka menghubungi teman-temannya dan mengirim pesan massal di WhatsApp. Mereka mendekati seorang politikus dari Partai Aam Aadmi. Tapi tak ada yang bisa membantu.

Kondisi Niranjan memburuk dan demamnya semakin tinggi. Terbaring di ranjang, dia memohon istrinya mencari seorang dokter.

“Saya tidak ingin mati,” cetusnya, sembari menggenggam tangan istrinya.

Naik enam sampai 10 kali lipat

Pada Minggu malam, empat hari setelah dites positif Covid-19, kedua putranya berhenti di luar sebuah toko isi ulang oksigen di Delhi selatan. Seorang pria mendekati mereka dan menawarkan bantuan. Lega, Anikat dan Mukul bersiap menyerahkan uang yang ibunya berikan: 10.000 rupee atau sekitar Rp 1,9 juta, harga standar sebuah tabung oksigen.

“Enam puluh ribu,” kata pria itu.

Dua anak muda itu kaget. Itu hampir setara dengan penghasilan ayahnya dalam setahun.

“Tapi apakah Anda punya pilihan?” kata Anikat Saha.

“Apa yang Anda lakukan ketika pasien Anda sekarat?”

Beberapa orang di Delhi mengatakan mereka membayar sedikitnya 10 kali lebih mahal dari harga biasa untuk oksigen, dan sejumlah media melaporkan tabung oksigen dijarah dari rumah sakit-rumah sakit.

Pada Selasa, pengadilan di Delhi mengatakan pemerintah lokal gagal mengatasi menjamurnya pasar gelap dan menyebut mereka yang menimbun oksigen sebagai “burung bangkai”.

“Ketika ratusan orang mati karena sesuatu yang mendasar seperti oksigen medis, itu kegagalan besar pemerintahan,” kata Asim Ali,  seorang peneliti di Center for Policy Research, sebuah wadah pemikir di New Delhi.

Matanya terpejam tak bergerak

Dua bersaudara itu menyampaikan ke ibunya, yang berusaha menghubungi tetangga dan kerabat di Assam, kampung halaman ayahnya. Akhirnya, mereka tidak perlu menggadaikan perhiasan emas ibunya: Mereka mengumpulkan uang bersama dan berhasil membawa pulang tabung oksigen menggunakan sepeda motor mereka.

Di rumah, mereka tidak langsung paham bagaimana memasang oksigen tersebut. Ketika mereka berhasil, oksimeter di jari ayahnya menunjukkan tingkat oksigen darahnya turun di bawah 50 - sangat rendah. Selama beberapa jam, Niranjan menarik napas pendek melalui selang.

Tapi kemudian matanya terpejam dan tubuhnya terbaring tak bergerak.

Mereka menelpon ambulans dan Usha Devi berangkat ke rumah sakit mendampingi suaminya di mana mereka kemungkinan bisa mendapatkan tempat tidur. Mereka tiba mendapati antrean ambulans menunggu di luar rumah sakit bersama pasien. Niranjan Saha meninggal sebelum diterima rumah sakit.

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kenali 4 Hal yang Harus Diperhatikan Orangtua saat Anak Sakit

Kenali 4 Hal yang Harus Diperhatikan Orangtua saat Anak Sakit

Pada saat anak sedang sakit, orangtua biasanya akan mengalami sejumlah kebingungan. Penting bagi orangtua untuk memerhatikan sejumlah hal.

Baca Selengkapnya
Kondisi Terkini Atta Halilintar Usai Jalani Operasi, Masih di Rumah Sakit Ditemani Keluarga Tercinta

Kondisi Terkini Atta Halilintar Usai Jalani Operasi, Masih di Rumah Sakit Ditemani Keluarga Tercinta

Atta merasa sangat beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang terdekatnya yang selalu mendampinginya dalam suka maupun duka.

Baca Selengkapnya
Sudah Bekerja, Perempuan Ini Ceritakan Sikap Manis Ayahnya yang Masih Peduli Kondisi Anaknya

Sudah Bekerja, Perempuan Ini Ceritakan Sikap Manis Ayahnya yang Masih Peduli Kondisi Anaknya

Cinta kasih orang tua terhadap anak tak pernah padam meskipun anaknya telah hidup mandiri.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sosok Awan, Bocah Tewas Dibanting Ayah Dikenal Dekat dengan PPSU dan Bercita-Cita jadi Petugas Damkar

Sosok Awan, Bocah Tewas Dibanting Ayah Dikenal Dekat dengan PPSU dan Bercita-Cita jadi Petugas Damkar

Ibunda Awan mengenang anaknya yang tewas di tangan ayahnya itu orang yang rajin membantu lingkungan.

Baca Selengkapnya
Cara Mencegah Usus Buntu pada Anak, Jaga Asupannya tetap Sehat

Cara Mencegah Usus Buntu pada Anak, Jaga Asupannya tetap Sehat

Usus buntu pada anak adalah kondisi medis di mana apendiks, organ kecil yang menempel pada usus besar mengalami infeksi dan peradangan.

Baca Selengkapnya
Cerita Cewek Cantik Kasih Gaji Pertama ke Orangtua tapi Ditolak, Alasan Sang Ibu jadi Sorotan

Cerita Cewek Cantik Kasih Gaji Pertama ke Orangtua tapi Ditolak, Alasan Sang Ibu jadi Sorotan

Sang ibu justru menolak dengan alasan yang membuatnya terharu.

Baca Selengkapnya
Sosialisasikan 'Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana', Atikoh Kenang Tak Mampu Bayar Kos saat Kuliah

Sosialisasikan 'Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana', Atikoh Kenang Tak Mampu Bayar Kos saat Kuliah

Atikoh berasal dari keluarga yang tumbuh di lingkungan pesantren sederhana.

Baca Selengkapnya
Datangi Makam Ibu yang Terdampak Banjir, Aksi Perempuan Ini Curhat Kesepian Jalani Sahur Sendiri Tuai Haru

Datangi Makam Ibu yang Terdampak Banjir, Aksi Perempuan Ini Curhat Kesepian Jalani Sahur Sendiri Tuai Haru

Kehilangan orang terkasih merupakan kondisi berat yang tak mudah untuk dilalui.

Baca Selengkapnya
Sang Ayah Jatuh Sakit Jelang Pernikahan Putrinya, Kisah Pengantin di Pati Lakukan Akad Nikah di Rumah Sakit Ini Viral

Sang Ayah Jatuh Sakit Jelang Pernikahan Putrinya, Kisah Pengantin di Pati Lakukan Akad Nikah di Rumah Sakit Ini Viral

Viral momen haru pengantin gelar akad nikah di rumah sakit. Sang ayah tengah dirawat di rumah sakit jelang pernikahan.

Baca Selengkapnya