Puasa Bikin Ngantuk, Berapa Lama Manusia Bisa Bertahan Tanpa Tidur? Ini Kata Sains
Merdeka.com - Pernah mendengar ada manusia yang tetap hidup walau tidak tidur lebih dari seminggu?
Dilansir dari Live Science, seorang pria berusia 17 tahun bernama Randy Gardner berhasil tidak tidur selama 11 hari 25 menit. Hal ini dia lakukan untuk proyek pameran sains di salah satu SMA di California, Amerika Serikat pada 1963.
Apa yang dilakukan Gardner ini mendapat pantauan khusus dari dokter. "Prestasi tidak tidur" laki-laki ini pernah tercatat di rekor dunia.
Kini, "prestasi" itu tidak akan lagi dipertandingkan sejak 1997 karena dinilai berbahaya bagi kondisi tubuh manusia.
Di saat bulan puasa ini yang sering membuat orang mengantuk, sebenarnya berapa lama manusia bisa bertahan jika tidak tidur?
"Tidur-terjaga"
Sebenarnya, ahli juga belum bisa menentukan berapa lama manusia bisa terjaga tanpa tidur. Namun yang pasti, tetap terjaga selama 24 jam mengurangi kerja tangan dan mata. Kondisi ini setara dengan adanya alkohol di dalam darah sebesar 0,1 persen.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, manusia membutuhkan enam hingga delapan jam tidur secara teratur, setiap harinya.
Namun, masyarakat masa kini sering begadang. Terutama para pelajar yang bisa terjaga selama 24 jam.
Dr. Oren Cohen dari Rumah Sakit Mount Sinai di New York mengatakan jika seseorang memaksakan diri untuk tidak tidur selama 24 jam, maka otak akan mengirimkan sinyal jika mereka sedang berada dalam posisi "tidur-terjaga", sekalipun mereka tampak terjaga.
Merusak sel-sel otak
Kondisi ini disebut "micro-sleep". Ini merupakan gangguan tidur di mana orang-orang yang tidak tidur selama berjam-jam terlihat terjaga. Namun, otak mereka tanpa sadar masuk ke dalam bentuk tidur abnormal yang dapat mencakup kurang perhatian atau halusinasi.
Tidur diperlukan untuk menjaga agar fungsi utama tubuh dan emosional tetap terjaga. Sehingga, kurang tidur dapat meningkatkan risiko beberapa kondisi kesehatan termasuk diabetes, penyakit jantung, obesitas, dan depresi.
Kekurangan tidur berkepanjangan juga dapat menyebabkan penyakit bawaan langka bernama "fatal familial insomia".
Penyakit "fatal familial insomia" menyebabkan protein abnormal menumpuk di otak dan semakin memperburuk tidur, merusak sel-sel otak, hingga bisa menyebabkan kematian dalam waktu 18 bulan.
Reporter magang: Yobel Nathania
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rasa "berat" karena kurang tidur bisa membuat kita lebih mudah lelah. Akumulasi stres fisik & emosional dari kelelahan itu kemudian bisa membuat susah tidur.
Baca SelengkapnyaOrang yang memiliki kebiasaan tidur kurang dari tujuh jam setiap malam memiliki risiko kematian yang lebih tinggi. Yuk, simak penjelasan lengkapnya!
Baca SelengkapnyaTernyata, tidur setelah makan sahur dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan, di antaranya adalah peningkatan kadar gula darah. Berikut adalah penjelasannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Anak yang sering tidur larut malam bisa mengalami berbagai masalah, mulai dari fisik, emosional, hingga akademik. Dampaknya pun bisa memengaruhi perkembangannya
Baca SelengkapnyaKurang tidur atau tidur yang tidak cukup dapat menyebabkan mata mengantuk.
Baca SelengkapnyaMinum kopi di malam hari bisa tidak berdampak pada sejumlah orang.
Baca SelengkapnyaPada saat kita bangun tidur, berbagai hal mungkin terjadi pada diri kita termasuk munculnya bau ketiak yang tak sedap.
Baca SelengkapnyaNggak hanya karena keringat berlebih, ini beberapa masalah kesehatan yang bisa jadi penyebabnya.
Baca SelengkapnyaTidur larut malam bukanlah hal yang baik bagi setiap orang, termasuk anak-anak. Kebiasaan ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan dan perkembangan mereka.
Baca Selengkapnya