Merdeka.com - Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyampaikan pada Sabtu, dia akan meminta pelaksanaan Pemilu parlemen dipercepat untuk mengatasi krisis politik menyusul bencana ledakan dahsyat yang mengguncang Beirut pada 4 Agustus pekan lalu.

"Kita tak bisa keluar dari krisis ini tanpa mempercepat pemilu parlemen," ujarnya, membaca sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Senin (10/8).

Diab menambahkan, dirinya tak menyalahkan krisis ekonomi mendalam dan kekisruhan politik.

Ledakan di Pelabuhan Beirut itu menewaskan lebih dari 150 orang dan melukai sedikitnya 6.000 lainnya serta menyebabkan ratusan ribu warga Beirut kehilangan tempat tinggal. Ledakan terjadi saat negara tersebut tengah berjuang mengatasi krisis ekonomi dan pandemi virus corona.

Dalam konferensi pers sesaat setelah ledakan, PM Diab menyebut ledakan dipicu 2.750 ton amonium nitrat sitaan yang disimpan di gudang pelabuhan. Bahan kimia ini disita dari sebuah kapal rusak yang bersandar di pelabuhan Beirut.

Laporan menyebutkan, amonium nitrat dibawa kapal Rhosus dari Georgia menuju Mozambik. Amonium nitrat digunakan sebagai bahan pembuat pupuk dan juga bahan peledak. Laporan juga menyebutkan, telah lama ada permintaan kepada pihak berwenang agar bahan berbahaya tersebut dipindahkan dari pelabuhan tapi tak pernah ditanggapi.

Beberapa hari setelah ledakan, ratusan warga berunjuk rasa di Beirut, mengatakan kelalaian pemerintah menyebabkan terjadinya ledakan. Belasan pejabat pelabuhan Beirut ditahan untuk penyelidikan lebih lanjut. Sejumlah pejabat dicekal ke luar negeri dan rekeningnya dibekukan menyusul bencana tersebut.