Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Penunggu Amazon menolak tunduk

Penunggu Amazon menolak tunduk Suku Waiapi. ©AFP PHOTO/Apu Gomes

Merdeka.com - Lelaki itu mau diajak berbincang soal serius. Di kepalanya tersemat hiasan menyerupai mahkota dari bulu burung. Apa yang dia sampaikan tidak bisa diabaikan.

"Sebentar lagi akan ada banyak mobil, truk, perampokan, kekerasan. Kebudayaan akan berganti. Anak-anak muda bakal minta ponsel, baju, komputer. Kemudian orang-orang kulit putih mulai masuk, dan itu adalah akhirnya," kata Calibi Waiapi (57).

Calibi adalah salah satu anggota etnis Waiapi. Salah satu suku pribumi di kawasan Amazon, Brasil. Lokasi yang di dalam berbagai literatur terkenal indah, sekaligus liar dan buas. Hukum manusia tak berlaku di sana.

Pemerintah Brasil menemukan keberadaan Suku Waiapi pada 47 tahun lalu. Namun, saat itu juga mereka hampir lenyap lantaran sang pendatang ternyata membawa bibit penyakit. Alhasil menjangkiti ke hampir seluruh populasi Waiapi.

Suku Waiapi bermukim di kawasan sebelah timur Sungai Amazon, di dalam daerah konservasi Renca. Mereka dikelilingi sungai dan rimbunnya pohon-pohon tinggi di rimba. Kalau hendak bertandang ke sana, mau tidak mau harus melalui jalan rusak selama dua jam. Itu jika dicapai dari sebuah kota kecil bernama Pedra Branca. Jika dari sana ingin menuju bagian paling terpencil di Brasil, yakni Ibu Kota Negara Bagian Amapa, Macapa, masih harus ditempuh beberapa jam perjalanan lagi.

Jalan tanah itu bernama Jalan Tol 210. Dibangun pemerintah Brasil di saat-saat suram, sekitar 1964 hingga 1985. Ketika pemerintah militer diktator sedang duduk di singgasana kekuasaan. Tujuannya buat menghubungkan negara itu dengan Venezuela. Namun, negara tidak punya uang lagi dan pembangunannya terhenti pada 1100 kilometer dari titik akhir.

Di kawasan pemukiman Suku Waiapai jangan berharap menemukan listrik, atau bisa mengabarkan kepada handai taulan melalui ponsel. Sebab tak terjangkau sinyal seluler, seperti dilansir dari laman AFP, Kamis (26/10).

Keberadaan Suku Waiapi sangat penting. Mereka bisa dibilang sebagai suku yang berhadapan paling depan dengan kebudayaan kota, ketimbang yang lainnya. Mereka ibarat sekat antara peradaban modern dan primitif. Meski mereka juga menggunakan sebagian teknologi, seperti memakai radio amatir buat berkomunikasi dengan desa tetangga, tetapi kebiasaan tradisi tetap dipegang kuat-kuat. Kini, ancaman baru muncul. Yakni serbuan industri dan pengusaha pertanian semakin merangsek jauh ke arah jantung Amazon. Lintasan utamanya melalui Jalan Tol 210 itu.

Suku Waiapi pantas khawatir dengan hasrat perluasan bisnis para pemodal. Takutnya suatu saat mereka bakal kehilangan tempat tinggal dan tercerabut dari tanah kelahiran serta akar budaya. Mereka tidak mau cara hidupnya diganggu. Bahkan lebih jauh mereka meyakini lingkungan akan rusak.

Sayangnya, pemerintah Brasil malah mengumbar eksplorasi kawasan Amazon. Agustus lalu, Presiden Michel Temer, yang sedang dibelit kasus korupsi mencabut larangan penambangan di Renca, buat perusahaan asing. Keputusannya dikecam sejumlah pakar dan para pegiat lingkungan. Temer berdalih perambahan Amazon bakal mengungkap kekayaan alam di balik rimbunnya rimba. Ujungnya adalah alasan demi kesejahteraan Brasil. Argumen yang membius.

"Pokoknya kami akan terus melawan. Kalau ada perusahaan datang, kami tetap lawan. Kalau pemerintah Brasil kirim serdadu buat membunuh kami, kami akan berjuang hingga titik darah penghabisan. Kalau Temer datang ke sini, dia akan kami panah," kata Tapayona Waiapi (36) sembari memperlihatkan busur dan anak panah miliknya yang sudah dilumuri racun.

Kini tercatat ada sekitar 1,200 orang Suku Waiapi menetap tersebar di sejumlah perkampungan. Mereka sulit diamati karena tempat tinggalnya sukar dicapai. Baru-baru ini sebuah tambang ilegal berjarak sekitar satu mil ditemukan di Pinoty dan langsung ditutup.

Pada September lalu ada laporan sepuluh orang suku pribumi di Amazon dikabarkan dibantai oleh penambang emas ilegal. Hal ini membuktikan pemerintah Brasil tidak berkomitmen melindungi suku terpencil dan kawasannya yang dirambah oleh kegiatan ilegal.

Pembantaian itu terjadi di Sungai Jandiatuba, kawasan Vale do Javari, dekat dengan perbatasan Kolombia. Daerah itu memang dianggap belum terjamah karena medannya sulit dilalui. Maka dari itu diduga masih banyak sejumlah suku terasing bermukim di daerah itu.

Insiden pembantaian itu ditulis rinci dalam sebuah dokumen milik Yayasan Suku Terasing Nasional Brasil (Funai). Mereka menyatakan para penambang emas ilegal membantai sepuluh anggota suku 'Flecheiros' (pemanah), termasuk perempuan dan anak-anak, pada Agustus lalu. Funai menyatakan kesepuluh anggota suku terasing itu sedang mencari bahan makanan berupa telur penyu di sepanjang garis sungai. Mereka kemudian bertemu dengan penambang emas ilegal.

"Para penambang ilegal beralasan saat itu mereka tidak punya pilihan. Membunuh atau terbunuh," kata Koordinator Funai, Leila Silvia Burger Sotto-Maior.

Leila menyatakan, setelah membunuh para penambang lantas kembali ke kota terdekat. Di sana mereka menceritakan kalau sudah membantai sepuluh orang suku terasing. Lantas kabarnya menyebar dan para penambang itu ditangkap.

"Mereka sangat jumawa. Malah mereka membual sudah memotong tubuh korban dan membuangnya ke sungai," kata Leila.

Sayangnya, lanjut Leila, agak sulit menjerat pelaku lantaran hingga saat ini belum ditemukan bukti soal pembantaian itu. Meski demikian, laporan dari Funai sudah sampai ke tangan jaksa penuntut umum federal Brasil, Pablo Luz de Beltrand. Pablo menyatakan laporan itu sedang diusut.

"Kami sedang menyelidiki, tetapi kawasan itu sangat luas dan aksesnya sulit. Suku terasing ini sulit ditemui, bahkan Funai cuma punya sedikit informasi soal mereka. Jadi ini pekerjaan sulit dan butuh kerjasama dari seluruh lembaga pemerintah," kata Pablo.

Pablo menyatakan kalau laporan soal pembunuhan terhadap suku terasing juga terjadi pada Februari lalu, dan perkara itu masih berjalan.

Perwakilan lembaga Dewan Misionaris Suku Terasing Brazil, Gilderlan Rodrigues, menyatakan pemerintah sepertinya memang tidak pernah serius melindungi suku terasing. Sebab, lanjut dia, pemerintah Brasil lebih tunduk kepada kepentingan bisnis.

"Mereka ingin membuka lahan suku terasing," ujar Gilderlan.

Peneliti suku terasing dari Universitas Reconcavo da Bahia, Profesor Felipe Milanez, menyatakan dalam situasi seperti itu, jejak korban dan bukti pembantaian sangat sulit ditemukan. Sebab kawasan Amazon sangat luas.

Beberapa tahun belakangan, sebagian lahan suku terasing di kawasan Amazon seluas lebih dari 85 ribu kilometer persegi dirambah oleh penambang ilegal dan pembalak kayu liar. Jumlahnya pun semakin bertambah. Para sindikat narkoba juga menggunakan jalur sungai buat menyelundupkan kokain impor dari Peru.

Seorang anggota Suku Waiapi, Jawaruwa Waiapi (31), berhasil terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah Pedra Branca. Pendapatnya jauh berbeda dibanding sejawatnya masih bermukim di dalam hutan. Dia menyatakan perlawanan Suku Waiapi terhadap para pemodal, atau memilih masuk lebih jauh ke dalam hutan menghindari peradaban modern tidak bakal menyelesaikan masalah. Namun, belum tentu usulnya diterima oleh pola pikir sukunya.

"Ada jalan dan taktik lain, yaitu masuk ke dunia politik. Sekarang kita enggak usah berperang menggunakan panah. Kita mesti berjuang melalui pengetahuan, lewat politik. Ini senjata kita," ujar Jawaruwa.

(mdk/ary)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Temuan Baru Buktikan Prajurit Perempuan Amazon Pernah Ada, Sosoknya Jago Berkuda dan Memanah

Temuan Baru Buktikan Prajurit Perempuan Amazon Pernah Ada, Sosoknya Jago Berkuda dan Memanah

Temuan Baru Buktikan Prajurit Perempuan Amazon Pernah Ada, Sosoknya Jago Berkuda dan Memanah

Baca Selengkapnya
Batu Bergambar Wajah Manusia Berusia 2.000 Tahun Muncul dari Sungai Amazon, Begini Wujudnya

Batu Bergambar Wajah Manusia Berusia 2.000 Tahun Muncul dari Sungai Amazon, Begini Wujudnya

Batu-batu ini muncul dari dasar sungai yang mengering.

Baca Selengkapnya
Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Miliarder Jeff Bezos Punya Kebiasaan Unik Berikut Ini

Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Miliarder Jeff Bezos Punya Kebiasaan Unik Berikut Ini

Pendiri raksasa teknologi Amazon, ternyata memiliki kebiasaan yang unik.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Di Balik Lebatnya Rimba Amazon, Arkeolog Temukan Kota Kuno Berusia 2.500 Tahun Lengkap dengan Jalan dan Ladang Pertanian

Di Balik Lebatnya Rimba Amazon, Arkeolog Temukan Kota Kuno Berusia 2.500 Tahun Lengkap dengan Jalan dan Ladang Pertanian

Di Balik Lebatnya Rimba Amazon, Arkeolog Temukan Kota Kuno Berusia 2.500 Tahun Lengkap dengan Jalan dan Lahan Pertanian

Baca Selengkapnya
Menegangkan, Tuna Wicara Gelut Lawan Beruang di OKU hingga Kaki Putus

Menegangkan, Tuna Wicara Gelut Lawan Beruang di OKU hingga Kaki Putus

Peristiwa itu terjadi saat korban berada di kebun bersama ayahnya di Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Ogan Komering Ulu (OKU).

Baca Selengkapnya
Awalnya Istri Ngidam Beli Sapi, Kini Pemuda Banyuwangi jadi Juragan Sapi Omzetnya Miliaran Rupiah

Awalnya Istri Ngidam Beli Sapi, Kini Pemuda Banyuwangi jadi Juragan Sapi Omzetnya Miliaran Rupiah

Sapi miliknya pernah dibeli Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin.

Baca Selengkapnya
Arahan Kepala BPIP ke Jajaran untuk Jaga Suasana Damai dan Kondusifitas Pemilu 2024

Arahan Kepala BPIP ke Jajaran untuk Jaga Suasana Damai dan Kondusifitas Pemilu 2024

Kepala BPIP Yudian Wahyudi berharap pihaknya bisa ikut menjaga suasana damai dan kondusifitas Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
AHY soal Wacana Hak Angket Pemilu 2024: Tak Usah Prasangka soal Kecurangan

AHY soal Wacana Hak Angket Pemilu 2024: Tak Usah Prasangka soal Kecurangan

AHY menyebut isu kecurangan memang selalu ada usai pelaksanaan Pemilu.

Baca Selengkapnya
Bak Ketiban Durian Runtuh: Miliarder Jeff Bezos Dapat Uang Rp31,37 Triliun dalam Sepekan, Ini Sumbernya

Bak Ketiban Durian Runtuh: Miliarder Jeff Bezos Dapat Uang Rp31,37 Triliun dalam Sepekan, Ini Sumbernya

Jeff Bezos sukses mengantongi pendapatan hingga lebih dari USD2 miliar, atau setara Rp31,37 triliun.

Baca Selengkapnya